To : siders
From : me
Thank you for making me lazy to continue this story😗 anyway, happy reading, polaristique! 💛°°°
My way to love her is different
°°°
Bandara Heathrow seperti biasa selalu menjadi bandara tersibuk di negara sana. Suhu yang lumayan dingin cukup membuat Seulgi dan Joohyun memeluk tubuh mereka sendiri. Meskipun di London sedang masanya musim gugur, tidak menutup kemungkinan suhu dingin akan menyapa warga disana dengan senang hati.
Tanpa membuang waktu lebih banyak, keempatnya memilih langsung ke penginapan. Tempat penginapannya adalah milik Jimin. Sebuah rumah tingkat dua dengan nuansa modern klasik dipinggir kota London. Jimin membeli rumah itu saat pergi liburan dengan teman-temannya yang berada di California hanya untuk menginap tiga hari. Semua temannya saat itu tercengang karena dengan mudahnya Jimin membeli rumah seharga tiga miliar hanya untuk menginap selama tiga hari.
Sesampainya disana, Joohyun dan Seulgi menatap bangunan itu dengan decak kagum. Meski hanya dua tingkat tapi rumah itu sangat besar dan luas. Seulgi bisa jamin, rumah itu dapat menampung lebih dari dua puluh orang. Sementara itu, Taehyung menurunkan semua koper dari bagasi dengan bibirnya yang terus saja berceloteh tidak jelas. Penyebab Taehyung seperti itu adalah karena Jimin. Pria itu hanya berdiam diri dengan lagak congkak tanpa ada niatan membantu Taehyung menurunkan koper.
Kehadiran pria paruh baya dihadapan Jimin cukup menarik atensi Seulgi, Taehyung, dan Joohyun untuk berjalan mendekat ke arah Jimin yang sedang bicara dengan pria itu dengan bahasa inggris.
"Nice to meet you again, Sir," senyum pria itu membuat beberapa kerutan disekitar bibir dan matanya nampak jelas.
"This is the key. Have a nice day." ucapnya sembari memberikan sebuah kunci berwarna emas kepada Jimin lalu melenggang pergi dari hadapan mereka saat Jimin memberikan senyum kecil—bertanda pria tua itu boleh pergi dari hadapan nya.
"Dia siapa, Pak?" tanya Joohyun dengan nada yang amat penasaran.
"Suruhan saya untuk menjaga rumah ini." kemudian Jimin melangkahkan tungkainya menuju pintu yang bercat krem. Pintu itu sudah terbuka lebar setelah tiga kali Jimin memutar kuncinya, namun Jimin belum melangkahkan kakinya masuk lebih dalam keruangan yang sudah pasti akan terasa hangat.
"Pak Kim, berikan semua koper itu pada sekretaris Kang. Saya ingin dia yang membawanya masuk, dan tidak ada satupun yang boleh membantu," titah Jimin dengan smirk yang terpatri di wajahnya.
Akan tetapi, yang disuruh nya tak kunjung juga bergerak. Taehyung pikir Jimin itu gila. Bagaimana bisa Seulgi membawa koper sebanyak lima buah dengan ukuran yang besar itu masuk kedalam rumah sendiri? Rasa gatal ditangannya untuk meninju wajah jelek bosnya itu semakin menggebu kalau saja Jimin tidak kembali mengatakan rentetan kata yang ia benci.
"Kalau anda tidak mau, dengan terpaksa saya harus memecat anda dan sekretaris Kang." setelah itu barulah Jimin masuk kedalam rumah tanpa menutup pintu. Sengaja, agar tidak menyusahkan para bawahannya itu untuk membuka pintu kembali.
Lihat, aku sangat baik, bukan?
Taehyung memandang Seulgi dengan tatapan bingung. Sementara Seulgi lebih memilih menarik kedua sudut bibirnya membentuk kurva lalu dengan cekatan tangannya memindahkan koper-koper itu dari sisi Taehyung ke sisinya.
"Tidak apa, aku bisa mengatasinya. Kalian masuk lah lebih dulu. Angin semakin dingin, nanti kalian berdua bisa demam." ucap Seulgi menatap Taehyung dan Joohyun bergantian dengan sirat kepedulian. Lagipula, ini adalah konsekuensi nya dari bujukan agar Taehyung tetap bekerja di Daeyoon. Jadi Seulgi pun tidak bisa berkutik.

KAMU SEDANG MEMBACA
CEO, Mr. Park [SeulMin]
Fanfiction[ON HOLD] Kang Seulgi bekerja di Daeyoon Group kurang lebih satu tahun sebagai sekretaris dari CEO perusahaan besar itu. Selama itu, ia bekerja dengan nyaman terlebih lagi dengan CEO nya yang sudah ia anggap sebagai Ayah sendiri karena baiknya bukan...