°°°
Trying to love you isn't wrong, right?
°°°
Disinilah Jimin berada sekarang. Pemakaman. Dirinya memandang sendu gundukan tanah yang terdapat foto kedua orang tua Seulgi dari balik kacamata hitamnya.
Sementara Seulgi dan Jungkook sudah menaruh buket bunga berukuran kecil tepat didepan bingkai foto. Jimin merasa ia buruk sekarang karena tidak membawa apapun untuk orang tua Seulgi.
Ketika Kakak beradik itu pergi dari sana, barulah Jimin mendekati gundukan tanah itu lalu membungkuk hormat. Kedua tangannya bergetar hebat dan terasa dingin.
"Maaf tidak membawa apapun untuk kalian," ucapnya serak dengan terus menatap sebuah foto yang dibingkai dengan warna hitam.
"Lain kali aku akan bawa bunga yang cantik untuk kalian," Jimin membenarkan letak kacamatanya, "maaf sudah membuat kalian seperti ini." satu tetes air mata berhasil membasahi pipi Jimin. Buru-buru ia menyekanya.
Kepala Jimin otomatis menoleh saat Seulgi memanggilnya untuk segera pergi dari sana. Jimin pun berjalan menjauhi pemakaman dan menuju ke taman yang tak jauh dari sana. Seulgi bilang, ia selalu ke taman jika sudah selesai berziarah karena Jungkook akan bermain disana.
Sesampainya di taman, Jungkook langsung berlari kearah penjual balon cair dan disusul Seulgi untuk membayar satu kaleng balon yang diambil adiknya. Jungkook berlarian ditengah taman membuat beberapa balon itu terbentuk memanjang. Melihat Jungkook sudah mulai asik dengan mainannya, Seulgi pergi ke sudut taman untuk membeli tiga cup es krim.
Selagi Jungkook jauh dari keberadaan Seulgi, Jimin perlahan mendekati Jungkook yang sekarang sedang terduduk dibawah pohon besar dengan bibirnya yang setia meniup balon.
"Hei kawan, sedang apa?" Jimin memilih duduk di samping Jungkook.
Mungkin karena terlalu asik dengan mainannya, Jungkook sampai mengabaikan ucapan Jimin. Jimin tersenyum tenang lalu mengelus pucuk kepala Jungkook.
"Hei, bisa ceritakan tentang Kakakmu?" mendengar Jimin menyebut Kakak, membuat kepala Jungkook menoleh dengan cepat.
"Maksud-hyung-Seulgi-noona?" Jimin mengangguk samar sebagai respon dari kalimat Jungkook.
"Seulgi-noona-cantik, banyak-yang-menyukainya-dan-ingin-menjadikan-noona-sebagai-kekasih mereka." ujar Jungkook dengan terbata namun lancar diakhir kalimat.
"Benarkah? Lalu kenapa Seulgi tidak punya kekasih?" persetanan tidak punya kekasih. Bahkan Jimin tahu kekasih Seulgi tidak baik, bisa Jimin lihat hanya dari cara dia mencumbu Seulgi kemarin. Omong-omong masalah Seulgi yang dicumbu oleh kekasihnya, tidak tahu kenapa Jimin selalu merasa kesal.
"Punya. Jooheon hyung-dia-jahat-sering-memukuli-Seulgi noona." jawaban Jungkook membuat tangan Jimin mengepal sampai buku-buku jarinya memutih dan rahangnya yang mengeras pertanda dirinya sedang menahan amarah.
Tepat saat itu juga, Seulgi datang dengan tangannya yang penuh memegang tiga cup es krim. Seulgi langsung saja memberikan rasa strawberry kepada Jungkook dan memberikan rasa coklat pada Jimin. Dua lelaki itu menerimanya dan segera memakannya.
"Terima kasih, noona." Jungkook dengan senyumnya yang manis mengatakan itu membuat Seulgi ikut tersenyum. Bisa dikatakan jika sumber kebahagiaan nya sekarang ini hanya ada pada Jungkook saja.
Sementara Jimin masih diam tidak mengatakan apapun. Sejujurnya, Seulgi sedang menunggu atasannya itu mengucapkan terima kasih atas es krim yang sudah Seulgi beli untuknya, namun bukan ucapan terima kasih yang Seulgi terima melainkan protes yang terlontar dari bibir tebal milik Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
CEO, Mr. Park [SeulMin]
Fiksyen Peminat[ON HOLD] Kang Seulgi bekerja di Daeyoon Group kurang lebih satu tahun sebagai sekretaris dari CEO perusahaan besar itu. Selama itu, ia bekerja dengan nyaman terlebih lagi dengan CEO nya yang sudah ia anggap sebagai Ayah sendiri karena baiknya bukan...