XII

2.4K 283 59
                                    

°°°

She made it into my heart

°°°

Mobil Ferrari dengan tipe F60 America itu membelah gang kecil menuju jalan besar. Banyak pejalan kaki di sisi kanan ataupun kiri trotoar membuat Jimin dengan terpaksa memelankan laju mobil seharga 25.6 miliar itu agar tidak tersenggol dengan para pejalan kaki yang berlalu lalang dan pada akhirnya membuat badan mobil kesayangannya itu tergores.

Jimin menghela nafas lega disaat mobilnya sudah berada di jalan besar. Menoleh pada sisi kursi penumpang dimana Seulgi duduk dengan ocehannya yang sedari tadi terdengar pelan di kedua rungu Jimin.

Bukan tanpa sebab Seulgi mengoceh tidak jelas. Pasalnya, pagi ini Jimin benar-benar membuatnya dongkol setengah mati. Pria dengan setelan jas biru tua itu memaksanya untuk pergi ke pusat perbelanjaan Daeyoon yang baru hanya berdua dengan dirinya dan meninggalkan Taehyung pun Joohyun dirumah.

"Tidak perlu khawatir, mereka akan naik taksi, sudah ku pesankan." suara Jimin mengalun indah bersamaan dengan hembusan lembut angin yang menerpa kulit keduanya.

Seulgi hanya memandang Jimin dengan jengkel, lalu kembali membuang atensinya ke jalan—memandangi bangunan-bangunan klasik yang menjulang tinggi dengan rasa kagum. London memang kota yang damai dan indah, persis seperti apa yang orang bicarakan selama ini. Akan lebih indah lagi jika Seulgi disana bersama seorang yang spesial, namun semua itu hanya ada di dalam mimpinya saja, karena faktanya yang berada di samping nya hanyalah seorang yang sangat menyebalkan bagi Seulgi.

"Omong-omong, siapa itu Seokjin?" suara Jimin kembali mengudara membuat Seulgi mengalihkan atensinya dari jalanan kota ke presensi yang berada disebelahnya. Pria itu tiba-tiba saja kembali dilanda rasa penasaran apa alasan Seokjin bisa menelepon Seulgi dan ingin tahu apa yang Seokjin bicarakan dengan gadisnya—ups, sekretaris maksudnya.

"Ah itu, kakak dari teman Jungkook. Dia seorang psikiater dan ingin merawat Jungkook selama aku tidak ada di Korea. Bukankah dia sangat baik ingin menolongku?" terdengar nada gembira disana membuat Jimin mencebikkan mulutnya.

"Iya baik sekali sampai ingin kubunuh rasanya," cibirnya seperti bisikan.

"Lalu kenapa dia menelepon mu?" lanjut Jimin masih mempertahankan notasi pelannya.

"Sebelum berangkat kesini aku menitipkan Jungkook pada Bu Choi. Tapi ketika Yerim sedang bermain bersama Jungkook, kakaknya yang bernama Kim Seokjin datang dan dengan baik hatinya, ia ingin mengurus adikku saat aku sedang tidak ada disana. Dan baiknya lagi, ia ingin menjadi dokter khusus untuk Jungkook, dan aku tidak perlu membayarnya untuk itu. Wah, dia benar-benar baik sekali. Andai saja jika jodohku nanti seperti Seokjin-ssi." ucap gadis itu yang hari ini membiarkan rambut hitamnya tergerai, membuatnya ber-terbangan tertiup angin.

"Berhenti membicarakan bajingan itu." ujar Jimin dengan dingin membuat Seulgi bungkam. Kan, aura malaikat pencabut nyawa sudah datang kepada Jimin. Kalau sudah seperti ini, lebih baik menutup kedua belah bibir dengan rapat, dari pada harus terkena caci makian pria disebelahnya itu.

Kendaraan roda empat itu berhenti tepat didepan pintu utama dari pusat perbelanjaan Daeyoon. Jimin lebih dulu keluar dari mobil dan membanting keras pintu mobil mewahnya akibat rasa kesal karena ucapan Seulgi yang sungguh menjengkelkan untuk didengar.

Bangunan megah lima lantai yang seluruhnya bercat putih menyambut Jimin yang berjalan masuk semakin dalam. Tepat ditengah bangunan miliknya, sudah terdapat Taehyung dan Joohyun serta pria tua yang sekiranya berusia sama dengan ayah Jimin. Bedanya, pria itu tingginya melebihi Joyeon dan memiliki rambut blonde asli karena dia orang London.

CEO, Mr. Park [SeulMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang