Husnul khatimah merupakan obsesi tertinggi seorang mukmin ketika ajal tiba. Merupakan kebahagiaan yang tiada tara ketika seorang hamba mampu meraih predikat mulia tersebut. Inilah sepenggal kisah orang terdahulu saat menjalani detik-detik yang menentukan. Meski deraan siksa fisik menghimpitnya, muka tetap tegar di atas al-haq, bahkan melantunkan ayat-ayat Al-Quran hingga lisannya basah dengan dzikrullah.
Abu Dzar al-Hafizh berkata,
“(Ibnu Nabulisi) ia disiksa hingga mati oleh Bani Abid (dari Bani Fathimiyyun). Ia disalib karena berpegang teguh pada As-Sunnah. Aku sering mendengar Imam Ad Daruquthni sering menyebut namanya lalu menangis. Ad Daruquthni berkata, ketika (Ibnu Nabulisi) disayat, ia membaca,كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
“Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh).” (Q.S. Al-Isra: 58)
Abul Faraj bin Al-Faraj berkata, “Jauhar Abu Tamin, seorang komandan perang yang memerintah Mesir menggelar sidang terdakwa Abu Bakar An-Nabulisi, ketika itu ia singgah di Al-Akwakh. Dia berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu (Abu Bakar An-Nabulisi) pernah mengatakan, “Jika seseorang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 1 anak panahnya ke bangsa Romawi dan 9 anak panah lainnya kepada Bani Fathimiyyun”. An-Nabulisi membantah, “Aku tidak pernah berkata demikian, tetapi aku mengatakan, “Seseorang yang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 9 anak panahnya kepada kalian (Bani Fathimiyyun) dan anak panah yang ke-10 juga dibidikkan kepada kalian. Karena kalian telah mengubah-ubah agama Islam dan kalian juga membunuh orang-orang shalih. Kalian juga mengaku memiliki cahaya ketuhanan”.
Maka An-Nabulisi langsung ditikam dan dipukuli. Atas sebuah perintah, seorang Yahudi lalu menyayat-nyayat tubuh An-Nabulisi.
Ma’mar bin Ahmad bin Ziyad Ash-Shufi berkata, “Aku dipertuturkan oleh seorang yang tsiqah (terpercaya) bahwa Abu Bakar (An Nabulisi) disayat dari kepala pada bagian rambutnya yang dibelah ke arah wajah, sementara itu Abu Bakar senantiasa berdzikir dan bersabar hingga sayatan tersebut sampai pada bagian dadanya. Pada waktu itu, si Yahudi merasa kasihan, kemudian langsung menusuk beliau dengan pisau tepat pada rongga hatinya, lalu beliau pun meninggal”.
Begitu juga sampai kepadaku bahwa Abu Bakar seorang imam ahli hadits dan fikih, sepanjang hidupnya biasa berpuasa, terpandang di mata semua orang. Ketika tubuh beliau disayat-sayat terdengar senandung bacaan Al-Qur’an dari jasad beliau” (Siyar A’lamin Nubala, 16/148).
Allahu akbar..! Akhir yang bahagia ketika seorang hamba senantiasa dalam ketakwaan dan terbiasa membasahi lisannya dengan kitabullah maka di saat meninggal ungkapan terakhirnya pun adalah kalamullah.
Tak kalah menggugah iman kita, kisah Sa’id bin Jubair ketika di hadapkan kepada Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Saat Sa’id bin Jubair akan dibunuh, beliau menghadap kiblat sambil membaca firman Allah Ta’ala,إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (Q.S. Al-An’am: 79).
Hajjaj pun mengatakan: “Palingkan ia dari kiblat!”. Sa’id kembali membaca firman Allah Ta’ala:وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.” (Q.S. Al-Baqarah: 115).
Hajjaj berkata lagi, “Sungkurkan dia ke tanah!” Sa’id pun membaca firman Allah Ta’ala:مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (Q.S. Thaha: 55).
“Sembelihlah musuh Allah ini! Aku belum pernah menjumpai orang yang suka berdalih dengan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti dia”. Kata Hajjaj kemudian. Sa’id pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah jangan lagi Kau beri kesempatan ia melakukannya atas orang lain setelah aku”.
Sungguh dua penggal kisah yang mampu mencambuk keimanan seseorang untuk menjaga istiqamah di atas Islam hingga akhir hayat. Sungguh keperkasaan akidah dan kuatnya kesabaran dalam membela Islam telah menjadikan mulia di sisi-Nya. Dan saatnya kita berbenah diri menjadi pribadi yang tegar. Amin.Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
Mereka adalah Para Tabi’in, Dr. Abdurrahman Ra’at Basya, At-Tibyan, Cetakan VIII, 2009
99 Kisah Orang Sholih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahhab, Darul Haq, Jakarta, 2012Artikel Muslimah.or.id
Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini.Jazakallahu khaira
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqidah Dan Akhlaq
Spiritual*❗JIKA ENGKAU MERASAKANNYA, MAKA PERBANYAKLAH TOBAT* Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: من رأى أنه لا ينشرح صدره، ولا يحصل له حلاوة الإيمان، ونور الهداية، فليكثر التوبة والإستغفار. "Siapa yang merasa dadanya tidak lapang, tidak mendapatkan kelezat...