‘Ali bin Qasim Hanasy rahimahullah mengatakan,
“Manusia terbagi menjadi tiga tingkatan:
1) Tingkatan tertinggi, yaitu para ulama kibar.
Mereka mengetahui yang benar dan yang batil. Jika mereka berbeda pendapat, tidak akan muncul fitnah (kerusakan) dari perselisihan tersebut, karena mereka mengetahui ilmu yang dimiliki oleh pihak yang lain.
2) Tingkatan terendah, yaitu orang awam yang berada di atas fitrah.
Mereka tidak lari dari kebenaran. Mereka hanya mengikuti orang yang mereka jadikan anutan. Jika anutan mereka berada di atas kebenaran, mereka pun serupa. Ketika anutan mereka berada di atas kebatilan, demikian pula keadaan mereka.
3) Tingkatan pertengahan.
Inilah sumber keburukan dan asal munculnya fitnah (kerusakan) dalam agama. Ilmu mereka belum mapan sehingga tidak termasuk tingkatan pertama. Akan tetapi, mereka juga tidak meninggalkan ilmu sehingga tidak tergolong tingkatan terendah.
Ketika melihat seseorang yang termasuk tingkatan pertama mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui dan menyelisihi keyakinan mereka yang keliru, mereka lemparkan panah-panah kecaman terhadapnya dan menyalahkannya dengan segala ucapan yang buruk.
Dengan berbagai pemalsuan yang batil, mereka mengubah fitrah tingkatan yang terendah sehingga tidak mau menerima kebenaran. Saat itulah, muncul fitnah (kerusakan) yang besar dalam agama.”
(al-Badru ath-Thali’ karya asy-Syaukani, 1/473)
___________
Adab di Hadapan Guru
An-Nawawi rahimahullah meriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata,
“Di antara hak seorang alim yang harus engkau tunaikan ialah
engkau memberi salam kepada manusia secara umum, lalu memberi salam hormat secara khusus kepadanya,
engkau duduk di depannya,
di majelisnya, engkau tidak boleh menunjuk dengan tangan atau pandanganmu,
engkau tidak boleh berkata, ‘Si Fulan menyelisihi pendapatmu.’
di sisinya, engkau tidak boleh mengghibahi seorang pun,
di majelisnya, engkau tidak boleh bermusyawarah dengan teman dudukmu,
engkau tidak boleh memegangi bajunya ketika dia hendak bangkit,
engkau tidak boleh meminta dengan mendesak ketika dia sedang enggan,
engkau tidak boleh berpaling, dan
engkau tidak boleh merasa bosan karena lama bergaul dengannya.”
(at-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an hlm. 44)
__________
Hakikat Yakin
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Yakin adalah engkau tidak mencari keridhaaan manusia dengan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’la, engkau tidak memuji seorang pun atas rezeki dari-Nya, engkau tidak pula mencela orang lain atas sesuatu yang tidak Dia berikan untukmu. Sesungguhnya, rezeki itu tidak ditarik oleh semangat seseorang, tidak pula bisa ditolak oleh ketidaksukaan seseorang. Allah subhanahu wa ta’la—dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya—menjadikan kelapangan dan kesenangan ada bersama keyakinan dan keridhaan. Dia juga menjadikan kegundahan dan kesedihan ada bersama keraguan dan ketidakridhaan.”
(Jami’ul Ulum wal Hikam hlm. 392)
________
Contoh Rendah Hati di Kalangan Salaf
Dari Muhammad bin Ishaq, dia mengatakan,
Seorang Arab badui menemui al-Qasim bin Muhammad dan bertanya, “Engkau lebih berilmu ataukah Salim?”
Al-Qasim bin Muhammad menjawab, “Itu rumah Salim.”
Beliau tidak menambahi jawaban tersebut hingga si Arab badui pergi. Beliau tidak suka mengatakan bahwa Salim lebih berilmu dari beliau sehingga jatuh dalam kedustaan. Beliau tidak suka pula mengatakan bahwa beliau lebih berilmu dari Salim sehingga memberi rekomendasi untuk diri sendiri.
Dari Sufyan,
Sekelompok orang berkumpul di kediaman al-Qasim bin Muhammad yang hendak membagi-bagikan sedekah. Beliau saat itu sedang shalat, mereka lalu berbincang-bincang.
Putra beliau berkata, “Kalian berkumpul di hadapan seseorang yang—demi Allah—tidak mengambil sedekah meski satu dirham atau satu daniq (seperenam dirham).”
Al-Qasim kemudian memperingkas shalat dan berkata, “Wahai anakku, katakanlah, ‘Sebatas yang aku ketahui’.”
Putra beliau berkata jujur, tetapi beliau ingin menjaga dan mendidiknya dalam hal berucap.
(Shifatush Shafwah hlm. 322)
________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqidah Dan Akhlaq
Spiritual*❗JIKA ENGKAU MERASAKANNYA, MAKA PERBANYAKLAH TOBAT* Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: من رأى أنه لا ينشرح صدره، ولا يحصل له حلاوة الإيمان، ونور الهداية، فليكثر التوبة والإستغفار. "Siapa yang merasa dadanya tidak lapang, tidak mendapatkan kelezat...