Almunawwar.or.id – Bolehnya kita berkehendak atau merencanakan sesuatu itu haruslah berdasarkan pencapaian yang bisa di raih dengan sesuai dengan kemampuan semata, jangan sampai keluar dari batas yang memang itu jauh dari pada pencapaian kesanggupan jiwa dalam menggapainya karena itu akan menibulkan sebuah panjangnya angan-angan.
Dimana keinginan seseorang dalam bermaksud untuk melakukan suatu perkara itu di tangguhkan menunggu waktu yang dimana jiwa mampu terpanggilnya, padahal itu justru akan membuat dampak yang buruk terhadap sisi baik seorang manusia yang beriman di kala menjalani dan mengamalkan ketaatannya.
Alangkah lebih baik dan indahnya apabila kehendak tersebut langsung di respon positif oleh segenap jiwa dan raga agar jangan sampai menunda-nunda dan menunggu saat yang sangat memungkinkan untuk bisa melakukannya, dan hal inilah yang mungkin di sebut dengan thulul amal (panjangnya angan-angan).
Dimana istilah tersebut merupakan sebuah kendala dan paling di takuti oleh para Ulama salaf dahulu, karena sesungguhnya jika jiwa sudah terasuki dengan perasaan thulul amal tersebut, maka tertutup kemungkinan untuk bisa berbuat amal sholeh.
Seketika juga harapan untuk bisa meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam sebuah pengamalan perintah agama itu seolah sirna karena sudah berbaur dengan harapan yang belum nyata yang di timbulkan dari adanya kelalaian hati untuk serentak bisa berbuat dan mewujudkan apa yang menjadi kehendaknya tersebut.
Nah di sinilah peran penting sesungguhnya dari pengolahan diri jangan sampai terhasut oleh perasaan nanti dan nanti, jika bisa dan mampu berbuat secepatnya, maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan dan nikmati hasil dari pada buah jerih payah dalam meraih harapan tersebut.
Lalu apa saja dampak negatif yang mungkin perlu di ketahui bagi semua orang tentang bagaimana lahirya sebuah stilah thulul amal serta dari pengertian, dampak negatif, cara menyembuhkan juga pandangan serta perhatian para Ulama mengenai Thulul Amal itu sendiri, Berikut penjelasannya.
Pengertian Thulul Amal
Thulul Amal atau Panjang Angan-Angan berasal dari bahasa Arab. Al-amal maknanya adalah Ar-raja’ yaitu harapan atau angan-angan. Amal (angan-angan) adalah apa yang diharapkan oleh jiwa dari sesuatu yang dicintai seperti umur panjang, menginginkan kekayaan, (dan lain-lain).Dikatakan juga bahwa angan- angan (khayalan) adalah kehendak seseorang untuk memperoleh sesuatu yang mungkin untuk didapatkannya, dan apabila hal itu telah berlalu maka ia masih tetap saja mengharapkannya.
Jadi thulul amal merupakan suatu harapan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan kita di dunia ini, seperti angan-angan untuk menjadi orang yang terkenal,angan-angan supaya menjadi orang yang kaya, angan-angan supaya mendapatkan orang yang kita cintai.
Padahal orang yang kita harapkan itu notabene adalah orang yang jauh dari Allah, dan setumpuk angan-angan dan khayalan-khayalan yang lain yang berkisar tentang dunia yang menyebabkan kita tidak sempat lagi untuk memikirkan bagaimana azab Allah, bagaimana balasan yang diberikan oleh Allah kepada amal perbuatan yang kita lakukan.
Perhatian Para Ulama Salaf terhadap Thulul Amal
Betapa takutnya para generasi salaf terhadap thulul amal ini sehingga mereka banyak sekali mencantumkannya dalam kitab-kitab mereka. diantaranya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Imam AI-Bukhari. Beliau membuat bab khusus dalam kitab shahihnya tentang hal ini yaitu ”Bab Tentang Angan-Angan dan Panjang Angan-Angan”, kemudian setelah itu beliau menyebutkan beberapa ayat yang berkenaan tentang thululama!.Anas bin Malik berkata: ”Empat hal yang termasuk bagian dari kecelakaan yaitu mata yang banyak memandang (tidak ghadhul bashar dan terlalu menginginkan dunia”
Yahya bin Mu’adz berkata: ”Hal yang menyebabkan manusia enggan untuk bertaubat adalah panjang angan-angan, tanda-tanda orang yang bertaubat adalah banyak menangis, senang untuk selalu berkhalwat dengan Allah dan menjadikan muhasabah sebagai sesuatu yang dipentingkannya”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqidah Dan Akhlaq
Spiritual*❗JIKA ENGKAU MERASAKANNYA, MAKA PERBANYAKLAH TOBAT* Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: من رأى أنه لا ينشرح صدره، ولا يحصل له حلاوة الإيمان، ونور الهداية، فليكثر التوبة والإستغفار. "Siapa yang merasa dadanya tidak lapang, tidak mendapatkan kelezat...