“lo kemana aja beberapa hari ini? wonwoo lagi enggak baik selama lo ngilang. hari ini dia nggak masuk kelas.”
mingyu hanya mengangguk sekenanya, ia sudah tahu tentang hal ini. maka disinilahㅡ di halaman belakang yang tidak ada seorang pun disana bersama junhui. mingyu juga merasa tidak enak pada junhui yang memintai untuk cabut dari kelas karena mingyu ingin mengatakan suatu hal yang penting pada junhui.
bukan tanpa sebab mereka berada di tempat sangat sepiㅡ ini demi kebaikan bagi junhui untuk menghindari dari tatapan aneh dari orang-orang.
karena junhui juga bisa melihat mingyu.
dari awal junhui memang sudah tahu bahwa mingyu adalah sesosok arwah yang masih belum tenang.
“lo tau kan waktu gue udah enggak lama lagi?” buru-buru junhui mengecek ponsel yang berada di genggamannya, tanggal 13. junhui mendongak mendapati mingyu tersenyum ke arahnya.
“4 hari lagi, setelah itu gue benar-benar pergi. jadi alasannya gue menghilang gue buat perjanjian sama malaikat.”
“perjanjian? perjanjian apa? gue harap ini yang terbaik buat lo berdua.”
“gue minta sama malaikat buat hilangin ingatan wonwoo tentang gue.” mingyu memghembuskan nafasnya berat, “pas nanti gue udah benar-benar pergi wonwoo udah langsung lupa sama gue.”
“kenapa lo minta gitu!” kesal junhui, merasa keputusan mingyu ini tidak benar.
“ini buat kebaikan kami berdua. wonwoo nggak akan sedih lagi saat gue pergi, dan gue akan damai di alam sana.”
rasanya junhui ingin menangis, mengapa mereka berdua ditakdirkan harus berpisah seperti ini.
“junㅡ gue mau bilang makasih sama lo. makasih ya karena lo selalu menjadi orang ketiga saat gue lagi sama wonwoo. maksudnya gue gini lo selalu ikut dimana saat wonwoo bercerita sama gue dengan itu wonwoo enggak dikira sama orang-orang lagi ngomong sendirian. dan juga ramenㅡ gue merasa bersalah tapi sekali lagi makasih udah habisin ramen punya gue hehe.” mingyu maju ke depan memeluk junhui yang ternyata sudah menangis, “gue titip wonwoo sama lo ya.”
“tanggal 17 pas jam 12 malam nanti lo harus dateng ke rumah wonwoo.”
