"Anna, bangunlah, sayang, ayo kita makan malam dulu"
"Anna, ayo bangun"
Seorang pria mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur Anna dan sedang membangunkan adik semata wayangnya itu.
Perlahan Anna membuka matanya dan mengedarkan pandangan ke seluruh kamarnya. "Axell? Aku sedang berada di kamarku?" tanyanya yang terheran dan mendudukkan tubuhnya di atas kasur.
"Iya Anna, adikku sayang. Kau sedang berada di dalam kamarmu, memangnya kau kira kau sedang berada di mana?" kini Axell malah berbalik tanya pada Anna seraya membelai rambut adiknya dengan lembut.
Anna pun langsung terdiam sejenak dan mencoba mengingat sesuatu.
"Jadi yang tadi hanya mimpi saja?" gumamnya.
"Yang tadi apa?" tanya Axell yang mulai terheran dan mengernyitkan dahinya.
"Ah, tidak. Bukan apa-apa, lupakan saja" dengan cepat Anna mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita makan malam dulu nanti tidak enak jika makanannya keburu dingin" ucap Axell yang masih membelai rambut adiknya yang berwarna hitam kecoklatan.
"Baiklah, ayo" ucap Anna sambil mengangguk pelan dan segera bangkit dari tempat tidurnya.
Dan kemudian mereka pun segera berjalan menuju meja makan yang berada di lantai bawah.
***
A
nna terdiam dan merenung di dalam kamarnya seraya memandangi langit malam seperti biasanya. Sementara pikirannya terus memikirkan mimpinya yang tadi.
Sungguh ia tidak menyangka jika dapat bertemu kembali dengan pria misterius itu di dalam mimpinya. Dan kini, ia jadi semakin ingin bertemu dengan pria itu yang menurutnya tinggal di dalam sebuah kastil. Namun sayangnya, ia tidak tahu di mana letak dan nama kastil yang di tempati oleh pria itu.
Ia pun menghela nafasnya dan meraih ponselnya yang ia taruh di atas tempat tidurnya. Dan kemudian ia segera menekan nomor Marcel dan bermaksud untuk menceritakan mimpinya itu kepada Marcel. Karena hanya Marcel lah yang tahu tentang hobi Anna yang cukup aneh itu, yaitu menyukai segala hal yang berbau kegelapan dan berserta dengan dua makhluk kegelapan itu.
Sementara Axell tidak pernah tahu akan hal itu, karena Anna yang memang tidak pernah menceritakannya pada kakaknya itu. Ya, Anna memang sengaja tidak menceritakannya kepada Axell, karena ia tahu kalau kakaknya itu sudah disibukkan oleh pekerjaannya sebagai seorang fotografer dan juga mengurus segala keperluannya Anna.
"Hallo Anna..." sapa Marcel di sebrang sana.
"Marcel, apa kau sedang sibuk?" tanya Anna.
"Tidak, memangnya ada apa, Na?" kini Marcel yang berbalik tanya padanya.
"Tidak apa-apa, hanya saja ada yang ingin aku ceritakan padamu"
"Apa? Ceritakan saja, Na"
"Begini, tadi pria misterius itu kembali datang ke mimpiku. Dan kau tahu? Di mimpiku itu aku terbangun di sebuah kamar yang begitu besar dan juga mewah. Lalu pria itu masuk ke dalam kamar tersebut dan mengatakan padaku, kalau aku tertidur begitu nyenyak karena habis menempuh sebuah perjalanan yang begitu panjang untuk sampai di rumahnya itu. Dan kemudian setelah itu ia mengajakku untuk makan di sebuah ruangan yang di mana di dalamnya terdapat sebuah meja makan yang cukup panjang, dan disertai oleh kursi-kursi yang cukup untuk diduduki oleh sekitar 20 orang. Dan di atas meja makan itu terdapat begitu banyak makanan yang kelihatannya begitu lezat dan enak. Namun sayang, pria itu tidak ikut makan bersama denganku karena katanya ia sudah makan sedari tadi" jelas Anna.
"Apa kau tahu siapa nama pria tersebut?" tanya Marcel kembali.
"Tidak, ia tidak memberitahuku siapa namanya. Dan aku pun juga tidak sempat menanyakannya. Namun ia sangat ramah dan begitu sopan, ia melayaniku dengan sepenuh hatinya bak aku majikannya. Bahkan katanya, ia sendiri yang memasak dan menata makanan sebanyak itu" jawab Anna kembali teringat dengan mimpinya itu.
"Wow, oh ya? Aku jadi penasaran dengan pria misterius itu"
Anna pun menghela nafasnya dan kembali memandangi langit malam. "Aku juga. Bahkan aku ingin sekali bertemu dengannya" ucapnya.
"Bertemu dengannya? Apa kau tidak takut dengannya? Dan... bagaimana jika ternyata ia mempunyai rencana jahat padamu?" kini Marcel mulai menghujami Anna dengan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari bibirnya, sehingga membuat Anna kembali menghela nafasnya.
"Bisakah kau menanyakannya satu-satu saja?" ucap Anna sambil memutar matanya.
"Maafkan aku, Na, habisnya aku begitu penasaran dengan pria itu" ucap Marcel yang terkekeh di sebrang sana.
"Baiklah, tidak apa-apa" jawab Anna menganggukkan kepala. "Dan kurasa ia tidak akan melukaiku apalagi mempunyai rencana jahat padaku"
"Kau yakin? Kau kan belum mengenalnya, bahkan kau hanya bertemu dengannya di mimpimu saja"
"Ya, aku tahu hal itu tapi kau tidak boleh berpikiran buruk kepada seseorang, Marcel. Apalagi pada seseorang yang belum kau kenal" Anna berkata dan menatap lurus ke depan.
Marcel pun langsung terdiam di sebrang sana. Anna benar, ia sudah menilai buruk seseorang padahal ia belum mengenalnya dan bahkan ia belum pernah bertemu dengannya sama sekali.
"Baiklah Anna, tapi bagaimana caranya untuk bertemu dengannya?" tanya Marcel yang mulai mengeluarkan suaranya kembali.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya, mungkin nanti akan kupikirkan"
"Ya sudah dan sebaiknya sekarang kau beristirahat saja, lagipula ini sudah malam. Dan sampai bertemu besok" ucap Marcel yang mengakhiri pembicaraan ditelepon.
Anna pun menganggukkan kepalanya dan menghela nafas dengan kasar. Lalu ia menjauhkan ponsel dari telinganya dan kembali memandangi, langit malam.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Immortal Prince ✔ [Proses Revisi]
Vampir"Mencintaimu seperti mencintai kematian" ─ Count Dracula "Hanya makhluk kegelapan seperti dirimu lah yang bisa mencintai dengan setulus hati" ─ Anna Pernahkah kau membayangkan jika dirimu dicintai oleh seorang makhluk dari kegelapan? Yang kapan saja...