Bella oh Bella

11.5K 217 7
                                    

Arini duduk di pinggir tempat tidur. Hatinya terasa begitu lengang. Pemakaman ayahnya telah selesai selepas asyar tadi. Ada beberapa prosesi adat yang harus dilakukan sebelum penyelenggaraan jenazah sang ayah. Karena ayahnya adalah seorang datuak untuk kaumnya. Sehingga gelar datuknya harus diturunkan langsung sebelum ayahnya dikuburkan.

Hanafi dan keluarganya mengurus semua hal menyangkut penyelenggaraan jenazah sampai pemakaman. Dokter Adrian juga menjadi orang yang paling sibuk.

Beberapa kerabat masih berada di luar, mungkin ada juga yang akan menginap untuk beberapa hari. Tapi semuanya adalah kerabat jauh. Etek Halimah dan Annisa juga sudah berjanji akan menemani Arini untuk beberapa hari ke depan.

Meski duka yang dirasakan Arini amat dalam, tetapi dalam hati Arini tidak henti bersyukur, penyelenggaraan jenazah dan pemakaman ayahnya berlangsung dengan baik dan lancar. Baru terasa hidup di tengah-tengah masyarakat yang kekeluargaannya masih sangat erat.

Tanpa berniat mengganti pakaiannya, Arini merebahkan tubuhnya di kasur. Setelah berbaring, baru terasa kalau tubuhnya amat lelah. Arini mencoba memejamkan mata. Dalam satu minggu ini begitu banyak peristiwa-peristiwa besar yang menimpanya. Dan yang terberat adalah kepergian ayahnya.

Teringat lagi dengan kenangan-kenangan indah semasa kecil dulu. Pernah ayahnya menyewa bendi satu hari penuh hanya untuk mengajak Arini keliling kota Bukit Tinggi. Ayahnya langsung yang menjadi kusirnya. Padahal sebelumnya Datuak Sutan Bandaro tidak pernah membawa bendi. Hanya belajar beberapa menit dengan kusir aslinya dan ayahnya langsung mahir menguasai kudanya. Ayahnya memang hebat. Arini tersenyum, namun bening itu kembali mengalir dari sudut-sudut matanya.

Pernah juga Arini kecil sakit karena harus berpisah dengan kucing kesayangannya. Entah menagap, tiba-tiba kucingnya hilang tak berbekas. Seharian ayahnya keliling kota Bukit Tinggi untuk mencari kucing tersebut. Sebelum magrib, ayahnya pulang dalam keadaan basah kuyub karena bukit tinggi diguyur hujan lebat. Di tangan ayahnya telah tertidur si Missy, kucing kesayangan Arini. Esoknya Arini langsung sembuh karena telah bertemu lagi dengan kucingnya.

Terlalu banyak kenangan indah dan juga pahit Arini dengan ayahnya. Arini mengusap air matanya dengan telapak tangannya. Ia harus kuat. ia tidak boleh menangisi terus kepergian ayahnya. Arini tidak ingin memberati jalan ayahnya. InsyaAllah Arini telah mengiklaskan ayahnya. Kini hanya doa yang bisa dikirimkan Arini untuk ayah dan ibunya.

Malam makin larut. Dingin semakin menusuk tulang. Arini mengambil selimut dan membungkus seluruh tubuhnya dengan kain tebal itu. Hanafi tadi pamit pada uminya untuk kembali ke rumah sakit. Karena ada pasien yang harus dioperasi malam ini juga. Akhirnya karena rasa lelah, Arini tertidur juga.

Pukul 03.30, Arini terbangun. Arini menggeser selimutnya dan segera duduk. Masih ada waktu untuk salat malam. Bergegas Arini turun dari tempat tidur. Sebelum masuk ke kamar mandi, Arini melangkah ke kamar masa kecilnya yang hanya dibatasi oleh pintu kaca transparan. Arini melihat lampu di kamar itu menyala. Ayahnya membangun rumah ini ketika Arini duduk di kelas lima sekolah dasar. Dan ayahnya merancang kamar untuk Arini dengan dua kamar yang bersisian. Satu kamar diperuntukkan untuk Arini kecil dan satu kamarnya lagi untuk Arini dewasa. Karena menurut ayahnya, Arini tidak punya saudara, jadi dua kamar untuk Arini sendiri rasanya tidak terlalu berlebihan. Setelah kuliah, Arini baru menempati kamarnya yang sekarang. Namun kamar masa kecil dan remajanya itu masih tetap terawatt dengan baik. Ayanya memang ayah terbaik sedunia menurut Arini.

Dengan rasa penasaran, Arini menggeser pintu kacanya. Arini terpaku, di spring bed kecil bergambar hello kitty, Hanafi tertidur masih dengan pakaian kerjanya. Sedikit ragu Arini melangkah pelan menuju sring bednya. Arini memandangi wajah Hanafi yang terlihat amat tenang dalam tidurnya. Baru kali ini Arini melihat dan memperhatikan wajah suaminya itu. Ternyata laki-laki ini benar-benar tampan. Arini berdecak kagum dalam hati.

Arini Bias RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang