Suatu hari, saya pernah berbagi keluh kesah bersama teman dekat saya. Tentang rindu.
Awalnya saya yang bertanya pada teman dekat saya tersebut.
"Kamu pernah merasakan rindu?""Tentu saja pernah,kurasa hampir semua manusia normal pernah merasakan rindu." Begitu jawabnya.
"Lalu bagaimana caramu untuk mengobati atau sekedar menenangkan rindu yang terasa?" Tanyaku lagi.
"Tergantung situasi." Katanya.Kemudian dia tertawa kecil melihat saya bingung dengan jawabannya.
"Begini, anggap ini kasus pertama. Bila kamu merasa orang yang kamu rindukan juga merindukanmu,maka bisa kamu katakan padanya bila dirimu rindu dengannya. Dan kemudian kalian bisa saling mengobati rindu itu. Bertemu misalnya? (Bila jarak memungkinkan). Atau memanfaatkan teknologi masa kini berupa video call yang memungkinkan kalian untuk saling bertatap muka walaupun jarak yang tak bersahabat."
"Lalu bagaimana bila saya sendiri yang merasakan rindu itu? Maksudnya tak ada seorang pun yang mengetahui bila saya merindukan seseorang dan bahkan termasuk orang yang saya rindukan tersebut?" Tanyaku memotong penjelasan nya.
"Hei,aku belum selesai kawan." Dia tersenyum dan melanjutkan.
" Itu kasus kedua. Bila memang seperti yang kamu katakan tadi. Ada baiknya bila rindu mu itu kamu bawa, ceritakan di hadapan Tuhan mu tentang rindumu kepada orang tersebut. Dan jangan lupa,Berdo'alah untuk kebaikan orang yang kamu rindukan. Mintalah pula pertolongan-Nya untuk menenangkan hatimu yang terlanjur dicabik rindu.
Bagaimana? Jika punya,boleh juga melihat potret senyumnya agar semakin lega hatimu.Dia berhenti sejenak dan menatapku.
"Ngomong-ngomong, aku haus" Katanya.
"Hahahaha" Tentu saja saya tertawa mendengar nya, karena saya kira dia akan melanjutkan penjelasannya lagi.
Segera saya berikan air minum milik saya kepadanya.Setelah selesai minum. Dia kembali melanjutkan penjelasannya tentang rindu tadi.
"Untuk kasus pertama,kamu juga harus bisa melihat situasi sebelum kamu mengatakan rindu. Situasi yang bagaimana? Walaupun kamu sudah tau dan merasa yakin bahwa orang yang kamu rindu juga merindukanmu. Kamu tetap harus mengerti posisi nya.
Lihat dulu bagaimana kesibukannya?
Bagaimana kegiatannya? Bisakah dia menerima ungkapan rindumu dan membantumu mengobatinya?
Jangan karena kamu tergesa-gesa mengatakan rindu malah kemudian membuat nya merasa terganggu.
Bila menurutmu dia sedang berkonsentrasi dengan kegiatannya maka ada baiknya kamu tidak usah mengungkapkan dulu rindu mu. Biarkan dia menyelesaikan apa yang sedang dia kerjakan.
Lakukan seperti pada kasus kedua.
Berdo'alah, mintalah kebaikan atas dirinya."Lalu apakah itu sebuah penyelesaian daripada rindu?" Tanyaku lagi.
"Tentu saja tidak.
Rindu tidak akan pernah selesai dan membutuhkan sebuah penyelesaian kamu tau?Karena dua orang yang saling merindu akan selalu merasa rindu satu sama lain sekalipun mereka sedang bersama.
Yang dibutuhkan, hanyalah hati yang ikhlas sebagai rumah untuk menerima rindu pulang."
Saya langsung memeluknya erat selama beberapa detik,mengucapkan terimakasih. Tepat setelah ia menyelesaikan penjelasan nya tentang rindu.
Dia tersenyum,dan menepuk-nepuk pelan bahu saya. Seolah mengerti apa yang saya rasakan."Lain kali jangan ragu untuk berbagi keluh kesah mu denganku. Sebab kadang penyelesaian yang didapat tak sebanding dengan kelegaan setelah berbagi." Bisiknya tepat di telingaku sebelum melepas pelukannya.
Yaaah lalu sore itu kami habiskan dengan mengucap syukur menikmati keindahan matahari yang bergerak pulang menuju peraduannya. Meninggalkan semburat jingga keemasan di ujung cakrawala senja.
Meuraxa,2019
If.