Aku hanyalah lemah yang seringkali lelah.
Aku hanyalah rapuh yang mudah patah.
Aku hanyalah tangis yang mudahnya turun.Berulang kali ku bangun dinding hati agar semakin kokoh.
Tapi justru semakin dalam semakin rapuh.Lisanku tak mampu mengucap aksara rasa.
Mataku tak mampu memandang jiwa.
Tanganku tak mampu menggenggam ruang di sela jemari mu.
Mudah sekali airmata ku menetes kala terngiang namamu.Kamu bersemayam di hatiku.
Diantara rindu yang ku pupuk selalu.
Lantas bagaimana aku mampu untuk mencabut nya paksa.
Jika setiap kali mengingat mu,telah ku patahkan hatiku sendiri.Sudah.
Sudah cukup.
Tak perlu ada lagi drama rasa.
Biarkan cermin yang mengajarkan mu cara untuk mengulas senyum tanpa airmata.Apresiasi untuk dirimu.
Sudah mampu bertahan sejauh ini.
Meski harus jatuh menangis dan terluka..
.
.
.
.
.
.
."Percakapan dari hati ke hati antara aku dan cermin dihadapanku."
Syiah Kuala
Januari,2020.