Perpisahan dan Merelakan

2.1K 119 4
                                    

"eh iya, Dokter?" Amila terkejut melihat sosok laki-laki yang ada di hadapannya.

"Maaf, saya ingin bertemu Uliya" Ucap dr. Akbar menyadarkan keterkejutan Amila

Amila buru-buru terdasar, dia akan segera memanggil sahabatnya. Pasti Uliya akan sangat terkejut.
"Itu Uliya, mau saya panggilkan atau dokter mau ke sana?" Amila menunjuk keberadaan Uliya

"Terima kasih, biar saya ke sana"Pamit dr. Akbar tidak lupa dengan senyum ramahnya

Sementara Uliya kembali memeluk tiga sahabatnya, berada dipelukan orang-orang yang dia sayang memang sangat nyaman. Hingga tidak sadar kehadiran dr. Akbar

"Uliya"

Uliya menengok pada suara yang memanggilnya, dan betapa terlejutnya melihat sosok yang sudah lama dia tidak pernah temui.

Iya, setelah ujian selesai Uliya tidak pernah menemui dr. Akbar lagi. Saat itu juga Uliya sadar akan perasaannya. Dia memang bukan sekadar kagum namun bisa dikatakan cinta. Kenapa dikatakan cinta? Coba kalian rasakan bagaimana jika orang yang kalian cintai tidak hadir di dekat kalian? kehilangan bukan? hal yang serupa Uliya rasakan selama ini menghindari dr. Akbar.

Uliya melangkah kikuk ke arah dr. Akbar. Baru disadari, ternyata dr. Akbar tidak sendiri, beliau bersama Naura?

Uliya enggan menghadapi mereka berdua, namun bagaimanapun Uliya harus menemuinya. Dia harus berterima kasih banyak pada dr. Akbar yang selama ini sudah mengajari banyak hal khususnya mata pelajaran untuk ujian.

Dengan senyum getirnya, Uliya menyapa dr. Akbar dan Naura
"Hai dr. Akbar, hai Mbak Naura"

Mereka berdua tersenyum "Selamat, kamu tidak mengecewakan saya Uliya" Ucap dr. Akbar seraya menyerahkan buket bunga yang ia bawa.

"Terima kasih banyak Dok, saya juga nggak mau dimarahin dr. Akbar terus" lelucon Uliya

dr. Akbar dan Mbak Naura kembali tertawa

"Nggak usah repot-repot ke sini juga kali Dok, sampe bawa bunga lagi, saya tersanjung nih" Hiperbola Uliya

"Nggak repot kok, kebetulan tadi kita abis ada acara makanya saya ajak Akbar ke sini, kata Akbar hari ini kamu kelulusan yasudah saya beli bunga" Senyum ramah nan manis terukir dibibir Naura

Lain hal denga Uliya, dia justru tersenyum hambarendengar pernyataan Mbak Naura.

"Oh gitu yah, acara apa Mbak?" Uliya bertanya hanya sekadar basa-basi

"Dilamar"

"Hah?" Uliya tidak paham

"Tadi, Akbar melamar saya" senyum Mbak Naura terus merekah

Entah apa yang ada di dalam hati Uliya, dia merasa tersayat-sayat. Sudah tidak ada harapan untuk bersama dr. Akbar.

"Waaah, akhirnya dilamar juga. Gimana rasanya melamar cewek Dok?" Ucap Uliya menahan diri agar tidak terlihat patah hati.

"Tentu saya gugup" respon dr. Akbar singkat namun wajahnya terlihat bahagia

Kini mata Uliya tertuju pada jari manis Mbak Naura. Ia benar, dr. Akbar memang sudah melamarnya.

dr. Akbar melingkarkan tangannya ke pundak Mbak Naura. Uliya merasa terganggu melihat pemandangan tersebut, belum lagi Mbak Naura yang terus tersenyum bahagia.

"Oh iya saya lupa bilang" tiba-tiba Mbak Naura kembali bersuara

dr. Akbar dan Uliya pun mengedarkan pandangannya ke Mbak Naura "Bilang apa Mbak?"tanya Uliya

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang