Tanpa Pamit

4K 164 2
                                    

Hari bahagia Uliya tiba, setelah 10 hari dia menahan rindu dengan teman-temannya serta menahan rindu juga dengan Ibu kantin di sekolahnya. Bukan rindu dengan Ibu kantin sebenarnya, tapi rindu masakannya. Wah jahat yah Uliya yang dirindukan masa masakannya, padahal kan masakannya juga tidak akan ada kalo Ibu kantin tidak memasak.

Antara sedih dan bahagia saat ini Uliya rasakan. Bagaimana tidak? Dia sedih karena sampai siang ini tidak dikunjungi dokter ganteng itu. Jangankan dikunjungi, melihatnya saja tidak. Setidaknya jika memang tidak dikunjungi Uliya harap bisa melihatnya.

"Ayok Uliya, kita pulang"suara Ayah Uliya sedikit membuatnya kaget karena sedari tadi pikirannya fokus kepada dokter ganteng.

"Eh iya, Yah."
Dengan wajah sedikit kecewa Uliya berdiri lalu berjalan melewati koridor rumah sakit.

"Ya Allah masa iya gue suka sama dokter itu sih, ah nggak mungkin. Dia udah om-om kali." ucap Uliya dalam hati.

"Astaghfirullah."
Uliya tersadar dengan omongannya dalam hati, tidak bagus mengatai orang seperti itu.

"Kenapa Uliya?" tanya Ibu keheranan melihat Uliya tiba-tiba beristighfar.

"Oh, nggak papa Bu."

"Jangan-jangan kesambet kamu yah."

"Astaghfirullah Ibu, Uliya masih waras Bu, masa iya orang kesambet baca istighfar"

"Dari tadi di depan ruang administrasi kamu melamun terus, Ibu kira kamu kesambet setan rumah sakit."

"Ibu kalo ngomong yang bener ah, Uliya baik baik aja kok."

Setibanya di parkiran, Uliya dan Ibunya menunggu sebentar Ayahnya yang sedang membayar uang parkir.

Mobil Ayah berhenti tepat di hadapan mereka. Tak menunggu waktu lama Ibu Uliya membukakan pintu belakang untuk Uliya.

"Ayok Uliya, masuk." Panggil Ibu Uliya ketika Uliya nampak menengok kanan kiri melihat sekeliling depan rumah sakit seperti mencari seseorang. Ya, pastilah Uliya mencari Dokter ganteng itu. Sayang, memang Uliya tidak ditakdirkan bertemu dokter itu.

***

Rasanya lega sekali kembali menginjakkan kaki di sebuah gubuk sederhana namun menuai bahagia. Ya, Uliya sangat bersyukur hari ini sudah kembali lagi di rumahnya.

"Uliya, kamu ngapain nyapu? "

"Ya karena kotor jadi disapu lah Bu."

Uliya memang anak yang rajin, dia tak betah jika tidak ada hal yang ditanganinya di rumah.
Seperti saat ini, dia lebih memilih menyapu seisi ruangan yang ada di rumah ketimbang duduk atau berdiam diri istirahat di kamarnya. Uliya anggap jika dirinya bermalas- malasan tubuh ini akan manja, tubuh ini perlu bergerak supaya penyakit tak mudah mendatanginya.

"Kamu baru pulang dari rumah sakit, istirahat sana!"

"ini kotor banget Bu."

"Nanti biar Ibu yang nyapu."

"Nggak ah Bu, Ibu pasti capek kan? "

"Sini sapunya!"

"Enggak Ibuuu, biar Uliya aja yang nyapu."

"Sini biar Ibu aja! "

"ehh anak sama Ibu ribut terus, apa perlu Ayah aja yang nyapu?"

Mereka menoleh bersamaan"Nih, Yah."jawab Uliya dan Ibu kompak sambil menyerahkan sapu.

Ayah tersenyum kaku, niatnya untuk melerai Anak dan Ibu malah beliau yang harus menggantikan mereka menyapu.

"Assalamu'alaikum"

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang