Kehancuran Uliya

3.2K 162 9
                                    

Assalamu'alaikum Guys
Nggak jawab dosa! Hehe
Aku up date nih :)
Biasakan tap bintang dulu ya guys sebelum scroll cerita, Ok!

Kalo pengin cepet up date, syaratnya gampang guys:
1.tap bintang
2.komen yang banyak
Udah itu aja kok:)
Nggak nguras tenaga, uang jajan, pikiran, apalagi perasaan :)

Rasaku tiba-tiba kelabu
Melihatmu yang semakin keliru
Dulu, kebaikanmu yang meyakinkanku
Sekarang, justru kau hilangkan keyakinan itu
-AR-

                             ***

Sejak kepulangan mereka bertiga dari mall kemarin malam, Amila sedikit berbeda pada Uliya. Uliya berulang kali menjelaskan bahwa tidak ada hubungan khusus antara Uliya dan Reza. Namun, entah apalagi alasan yang membuat Amila mendiaminya. Hal itu membuat perasaan Uliya semakin gundah.

Uliya tidak ingin kepergian Amila dari rumah Reza ini masih dengan keadaan diam seperti ini. Sedangkan malam ini adalah malam terakhir Amila menginap di rumah Reza.

"Mil, beneran gue nggak ada apa-apa sama Reza. Kita cuma terbiasa pakai aku-kamu di rumah, jadi terbawa juga kalo di luar rumah" Uliya berusaha menjelaskan dan meyakinkan Amila.

Amila masih belum berkutik, ia sedang menatap layar laptopnya.

"Mil, jangan cuekin gue dong. Gue tanpa lo bagai dora tanpa peta. hilang arah." Uliya melangkah maju, sekarang Uliya berada tepat di depan Amila.

Amila mendongak, menatap Uliya dengan diam.

Mereka masih saling diam, hingga Amila tiba-tiba mematikan laptopnya, lalu menutupnya. Amila mendongak "Untung bukan tanpa boots, gue ogah jadi boots nya"

Uliya menyadari perubahan Amila, kini tidak ada kesal di kedua mata Amila. Amila sudah kembali. "Gue rela jadi boots yang selalu setia sama dora"

"Gue nggak mau, nanti dikira nggak ada manusia lagi kalo mainnya sama monyet terus" Meski Amila berbicara dengan ekspresi datar, Uliya justru tertawa pecah.

"Hahaha..ya ampun Mil, lo lucu pasang ekspresi datar gitu"

Uliya mendekat pada mila, tubuhnya dicondongkan hingga wajahnya dekat dengan wajah Amila, memastikan tidak ada kemarahan lagi di wajah sahabatnya.
"Udah nggak marah lagi kan?"

"Siapa yang marah. Kalo mau ngomong ada tarifnya, gue cuma lagi belajar jadi konsultan" kelakar Amila membuat Uliya kembali menyunggingkan senyum.

"Jadi, tarif per jamnya berapa Dok?" Tanggap Uliya

"Nggak usah bayar pake duit, sate di perempatan jalan depan cukup kok. Baik kan gue?" Sudut kiri bibir Amila terangkat, seperti orang menyombongkan diri. Tapi Uliya tentu paham, itu hanya candaan.

"Siap bosku, yuk kelur"

***
Uliya kira Amila akan menghabiskan satu kodi sekaligus di tempat sate tadi. Ternyata satu kodi sate itu Amila meminta untuk menikmatinya berdua. Tidak lupa juga Uliya membeli satu kodi lagi untuk Bunda, Reza, dan dr. Akbar.

"eh bentar, gue mau ke apotek beli obat"

"Apotek emang tempatnya obat Mil"

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang