Sungguh, Kamu yang Aku Cinta

1.3K 92 5
                                    

Assalamu'alaikum wr. wb
Sudah lama banget enggak up, saya minta maaf untuk itu 😩

Tapi aku harap, kalian masih setia dan minat membaca cerita ini.

Terima kasih untuk yang selalu menunggu cerita ini, ILY!

Selamat membaca🌻

Ingat!
1. Tap bintang
2. Komen, dan
3. Koreksi typo

***

Memang tidak mudah merangkai kembali hati yang sudah terurai

Namun, atas izin semesta, aku yakini bahwa pengharapan ini bukanlah sia-sia yang pasti

-AR-

Sudah sepekan sejak kedatangan sang suami di tempatnya. Selama itu, Uliya dipusingkan dengan tingkah dr. Akbar. Bagaimana tidak? Sekarang ia menjadi suami yang sangat posesif.

Tapi, meski begitu Uliya masih memasang kuat benteng pertahanan. Barangkali Uliya kena dengan rayuan maut buaya. Oh tidak, bahkan Uliya baru menyadari jika sekarang suaminya dapat digolongkan ke dalam spesis "Buaya" sebab sikap dan tuturnya yang manisnya persis dengan spesies itu.

"Sayang, Mas mau mandi dulu. Awas, jangan coba-coba minta Amila ke sini buat nganter kamu terapi!"

"Hm"

"Kamu jangan di luar, nanti pasti ada laki-laki sebelah yang modus lagi ke kamu kaya kemarin. Ya, sayang?"

"Hm"

"Hm itu tanda apa, sayang?"

"Hm, aku mau duduk di luar biar ketemu mas-mas yang kemarin ngasih seperangkat alat sholat. Kemarin ngasih seperangkat alat sholat, kali aja hari ini ngasih cincin emas, terus ngajak nikah"

"Sayang..." dr. Akbar merengek.

"Apa sih! Aku bukan sayang kamu."

"Ck, perlu bukti gimana lagi sih biar kamu percaya kalau aku itu beneran sayang sama kamu?"

Tiga hari yang lalu, dr. Akbar resmi mutasi tempat kerja. Yang dulunya di RS MMC Jakarta Selatan, sekarang di RSUD Sleman, tempat Uliya terapi. Ini adalah bukti bahwa ia serius mencintai Uliya, katanya.

"Tanda tangani gugatan cerai dari aku."

"Nggak akan pernah." Tolak dr. Akbar, kekeh.

"Berarti kamu nggak sayang aku."

"Masa nggak sayang masih mau pertahanin kamu sih?"

"Itu egois namanya"

"I see, Mas udah sering bilang kalau Mas akan egois mempertahankan kamu. Memepertahankan hubungan kita, Uliya."

"Dasar egois!" Ketus Uliya

dr. Akbar terkekeh melihat raut kesal Uliya. Mulutnya yang mencucu dan pipinya yang mengembung membuat  tangan dr. Akbar gemas. Kedua tangannya pun menarik gemas pipi sang istri.

"Hiiiih gemes banget sih istriku ini."

"eh, ingat ya enggak boleh ada skinship selama belum ada bukti yang aku minta."

"Jahat kamu." dr. Akbar mendengus, ia bangkit.

"Lebih jahatan mana sama suami yang nyelakain istrinya, nuduh istrinya sekingkuh, tapi ternyata si suami yang ada hubungan sama perempuan lain, bahkan si suami cintanya sama perempuan lain. Hayo jahat mana?"

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang