Dua Penolong dari Allah

2.2K 125 3
                                    

"Dan dia pun tau kapan saat menemukan dan kapan saatnya mempersatukan"

-Tnf-

                            ***

Dering telepon sedari tadi tak henti-hentinya mengusik kenyamanan Uliya dari tidurnya.
Dengan malas, Uliya mengambil handphone dari atas nakas di samping tempat tidurnya.

"Assalamu'alaikum, kenapa?"ketus Uliya

"Gue butuh penjelasan, semalam kenapa lo nangis?" Serbu Amila

Semalam Amila sempat menelepon Uliya, niatnya ingin membahas stok barang di toko mereka. Ya, mereka mempunyai bisnis online dan offline bersama yaitu berjualan hijab. Hijab ini mereka produksi sendiri. Bisnis ini dijalankan sekitar satu setengah tahun lalu.

Awalnya, mereka tidak sengaja menjual hijab hasil produksi mereka sendiri.
Uliya yang sering mengenakan hijab produksinya sendiri untuk kuliah mendapat banyak perhatian dari teman-teman perempuannya. Banyak yang tertarik dengan hijab Uliya. Apalagi Uliya menggunakan hijabnya dengan gaya yang simple, cocok sekali untuk anak kuliahan.
Mulai dari situ, banyak yang menanyakan di mana Uliya membeli hijab seperti ini? Uliya pun menjawab seadanya. Teman-teman Uliya mengusulkan agar Uliya memproduksi banyak hijab sepertinya, karena pasti banyak yang akan tertarik.

Saat itu Uliya ragu karena takut harapan tidak sesuai bayangan. Takut tidak akan ada pembeli, dan kendalanya juga Uliya tak memlunyai banyak modal untuk produksi banyak hijab.

Saat Uliya menceritakan hal itu, beruntungnya, Amila juga menyetujui ide tersebut dan ia mengajak Uliya agar bersama mendirikan bisnis tersebut.

Kebetulan pula Uliya mempunyai kenalan penjual kain dan tukang jahit langganan Uliya membuat hijabnya. Jadi, Uliya meminta tukang jahit itu untuk bekerja sama dengannya, beliaupun mau.

Awal produksi hijabnya tak banyak. Uliya hanya berani memproduksi sesuai jumlah pesanan yang ada. Hingga sekarang, produksi hijab Uliya bertambah banyak karena pesanan yang banyak pula.

Alhamdulillah, sekarang Uliya dan Amila memiliki kios untuk produksi dan toko hijabnya. Kiosnya tidak besar mungkin, namun bisa digunakan untuk produksi dan toko dengan lima karyawan. Tiga sebagai penjahit dan satu sebagai pelayan toko offline dan satu pelayan toko online.

Sebenarnya Uliya ingin mengendors model untuk memasarkan hijabnya, namun Uliya belum cukup berani. Jadi, Uliya sendirilah yang menjadi model hijabnya, sedangkan Amila sebagai fotografer.

"Stok hijab sudah berkurang hampir setengah produksi? Nanti setelah kuliah gue ke toko, cek barang ya" Uliya mengalihkan pertanyaan Amila. Ia tahu pasti sahabatnya ingin mewawancarai perihal alasan semalam ia menangis.

"Nggak perlu, semalam Rina udah email hasil penjualan. Pagi tadi juga gue udah cek ke toko. Lo nggak perlu ke toko. Sekarang lo jangan mengalihkan peryanyaan gue, kenapa lo nangis?" Amila menuntut jawaban dari Uliya

Uliya menghela nafasnya
"Panjang ceritanya, makanya gue mau ke toko biar cerita di sana aja"

"No, gue pengin inti ceritanya sekarang!"

"Bener kata dr. Revan, ternyata yang ngeselin bukan dr. Revan, tapi lo Mil"

"Nggak usah bawa-bawa dokter jadi-jadian deh"

"Suka kan lo sama dr. Revan?"

"Lah kok malah jadi bahas gue sih?"

"Ngaku lo, suka kan sama dr. Revan?"

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang