Masalah di Hari Tenang

1.9K 112 4
                                    

Hari ini adalah satu hari tenang menuju UN, setelah kemarin evaluasi soal-soal yang Uliya kerjakan dan dikoreksi oleh Dr. Akbar dan berujung pada keributan kecil.

Dr. Akbar yang marah karena hasil evaluasi Uliya yang jauh dari espektasi.

Dan sekarang Uliya ada di sebuah cafe bakery. Pesanan Uliya datang. "Terima kasih mbak" ucap Uliya pada pelayan

Ritual Uliya sebelum makan yaitu kadang-kadang memotret makanan yang dia nilai instagramable. Secangkir kopi dengan pancake cokelat diposisikan agar terlihat bagus dipotret.
Cekrek
"Yap perfect, editnya nanti deh" Uliya bermonolog

Uliya minum kopinya dan menarik pancake yang tadinya dipotret tengah meja kini dihadapan Uliya "Bismillahirrohmanirrohiim" mulut Uliya terbuka ingin melahap pancake yang sudah ada di sendok

"Pancake cokelat dan secangkir kopi disore hari?" Suara tidak asing menginterupsi Uliya

Uliya menengok ke samping "Hai Uliya, lama tidak jumpa" Laki-laki tersebut memperlihatkan deretan giginya, penampilannya yang terkesan santai dan casual.

"Boleh saya duduk di sini?"

"Tidak ada larangan duduk di situ Pak"

Pak Galang tersenyum dan segera duduk "Terima kasih"

"Untuk? "

"Ya karena sudah mengizinkan saya duduk di sini lah" Pak Galang terkekeh

"Makasihnya sama yang punya cafe ini dong"

"Kan meja ini yang menempati kamu"

"Cuma menempati bukan memiliki"

"Seperti saya ke kamu dong"

Dahi Uliya berkerut, tidak mengerti maksud omongan Pak Galang "Hah, apaan Pak?"

"Cuma mendekati tapi tidak bisa memiliki" senyum hambarnya  terlihat

"Ya Allah jauhkan hamba dari laki-laki bucin"

"Ya Allah dekatkan hamba dengan perempuan yang ada di hadapan hamba" Pak Galang menanggapi monolog Uliya

"Selamat Pak, do'anya sudah terkabul?" Uliya kembali melahap pancakenya

"Jadi kamu mau dekat dengan saya, Uliya?" Wajah Pak Galang sumringah dan matanya berbinar, dia menyangka jika ada harapan yang diberikan Uliya.

"Ya emang sekarang Bapak lagi dekat sama saya kan? ini Bapak duduk di depan saya, berarti kita dekat dong"

"Hhh sudahlah lupakan" Pak Galang gemas dan kembali patah harapan

"Siapa juga yang mengingat, Pak"

"Kode saya yang kurang keras, atau kamu yang pura-pura tidak peka sih Uliya, sepertinya saya.. " Obrolan mereka berhenti karena pelayan datang membawa pesanan Pak Galang

"Terima kasih mbak" ucap Pak Galang pada pelayan

Pak Galang ingin kembali melanjutkan kalimatnya yang menggantung karena kedatangan pelayan, namun baru saja Pak Galang membuka mukutnya untuk bersuara, Uliya mendahuluinya "Sepertinya Pak Galang harus segera meminum kopi Bapak mumpung masih hangat" Uliya mengucap dengan senyum sedikit meledek

Pak Galang meminun kopinya "Oh iya, kok kamu sendirian di sini Uliya?"

"Karena nggak berdua atau bareng-bareng"

"Ck saya juga tahu, maksudnya biasanya kamu kan sama tiga temanmu itu"

"Saya lagi pengin sendiri Pak"

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang