Masihkah Ada Rasa?

2.3K 136 7
                                    

Assalamu'alaikum Guys
I'm coming again hehe

Sebelum baca, tekan tombol bintang dulu yuk ❤ setelah baca, boleh banget kok kalo kalian mau komentar 😊

Maaf sekali nih, setelah sekian lama aku menghilang, akhirnya aku kembali lagi hehe

Apalah dayaku yang hanya manusia bisa, yang tak pandai memanfaatkan waktu, sampai buat up date pun sok-sokan nggak sempet dengan alibi SIBUK wkwk.

Sebenernya aku emang sibuk sih. Iya, sibuk ngusir malas buat up date hehe.

Terima kasih untuk kalian yang menunggu dan membaca cerita ini ❤

***

Sebuah fakta yang sangat mengejutkan, terutama bagi Uliya. Entah ini hanya kebetulan atau semacamnya. Ah tidak, di dunia ini tidak yang disebut dengan kebetulan. Karena sejatinya, memang Allah yang telah mengatur skenario hidup.

Meski masih tidak percaya, bagaimanapun juga memang inilah faktanya. Reza adalah adik Kak Raisa a.k.a bunda Difa, dan dr. Andri adalah suami kakak Reza. Dan itu sudah jelas, Kak Raisa bukanlah isteri dr. Akbar

"Kok kamu bisa kenal Uliya, Mas?" Kak Raisa memecahkan keheningan, penasaran atas kejadian saat dr. Andri menyebut nama Uliya

"Oh itu, dulu waktu Mas masih koass di daerah Uliya tinggal dan kebetulan Uliya jadi pasien konsulen Mas" Tutur dr. Andri

"Wah bisa yah ketemu lagi begini" Kak Raisa mengangguk paham

"Eh tunggu, kan Mas Andri koassnya bareng sama Abang yah?" Tanya Kak Raisa

dr. Andri diam, ingin menjawab namun mulutnya terasa berat, ia hanya takut jika fakta akan terbongkar.

Sedari tadi pun dr. Andri sangat was-was barangkali seseorang yang menjadi topik utama akan muncul di hadapan mereka.

"Berarti Uliya juga kenal Bang Akbar dong?"

dr. Andri merutuki mulut manis sang isteri yang begitu cerewet hingga membongkar fakta yang ada, akhirnya dr. Andri pun mengangguki pertanyaan sang isteri.

"Kamu kenal dr. Akbar?" pertanyaan itu kembali ditujukan pada Uliya

Sedari tadi Uliya juga penasaran, apakah dr. Akbar yang Kak Raisa maksud adalah dokter yang memang dulu pernah ada di dalam kenangan hidup Uliya?

Belum sempat menjawab, suara lain menginterupsi "Ada apa bawa-bawa nama Abang?"

dr. Akbar sampai di hadapan meja makan dan matanya langsung tertuju pada sosok gadis yang sangat ia benci.

Sama terkejutnya dengan Uliya, bahkan sendok yang ada di genggaman tangannya kini terjatuh di piring makannya hingga menimbulkan suara denting.

Beberapa saat dr. Akbar dan Uliya saling mengunci kontak mata mereka, hingga akhirnya dr. Akbar memutuskan kontak mata mereka.

"Raisa, tolong bawa makanan ke kamar Abang. Abang tidak ingin makan di sini" perintah dr. Akbar pada adik perempuannya. Namun, kalimat terakhir diucapkan dengan penuh penekanan hingga membuat penghuni meja makan terheran, terkecuali dr. Akbar dan Difa tentunya.

Uliya cukup sadar diri apa penyebab dr. Akbar mengeluarkan kalimat penuh penekanan seperti itu, tentu kalimat itu ditujukan karena adanya Uliya.

Reza melihat Uliya yang berada di seberangnya. Jelas jika raut wajah yang ia anggap sahabatnya, ah lebih tepatnya Uliya lah yang menganggap mereka sekadar sahabat, iya raut wajah Uliya pucat pasi. Reza pun bisa membaca situasi ini.

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang