Perasaan Pak Galang

3K 133 8
                                    

Revisi

Hari ini, Uliya berangkat lebih pagi. Ia harus membersihkan ruang kelas. Pasalnya, hari ini adalah hari piketnya. Harusnya, kemarin usai pulang sekolah Uliya dan kelompok piketnya membersihkan ruang kelas mereka terlebih dahulu. Namun, karena suatu hal ia dan kelompok piketnya meninggalkan kewajibannya itu.

Butuh waktu 15 menit untuk Uliya tiba di parkiran. Terlihat masih satu deret motor mengisi parkiran.

Uliya membuka ritsleting jaket dusty pinknya, kemudian ia masukan ke dalam box motornya.

Uliya berjalan meninggalkan parkiran. Kelasnya yang lumayan jauh dari parkiran membuat ia melangkahkan kakinya dengan cepat.

Saat Uliya akan menyebrang jalan menuju lokal 1 alias kelasnya, nampak Pak Galang yang melangkah berlawanan.

Pak Galang berhenti di hadapan Uliya. Uliya mendadak ikut menghentikan langkahnya. Sadar akan jarak mereka yang begitu dekat, Uliya mundur beberapa langkah.

"Maaf, karena saya tangan kamu jadi bengkak."

Uliya mengembuskan nafasnya pelan. "Hhh, Bapak sudah minta maaf kemarin."

"Maaf Uliya, karena perlakuan saya seperti itu. Saya bingung harus gimana, kamu sudah nggak kaya dulu lagi. Kamu berubah."

Uliya terkekeh, dengan sedikit keberanian ia menanggapi. "Hidup itu dinamis. Seiring berjalannya waktu, entah fisik, pemikiran maupun kepribadian seseorang, pasti berubah. Apalagi sebelumnya dia sudah melewati berbagai hal di hidupnya."

"Melewati berbagai hal di hidupnya, termasuk saya ninggalin kamu, itu salah satu alasan kamu berubah?" Tuding Pak Galang.

Uliya bergeming, pandangannya ia alihkan ke lantai. Tidak lama, ia kembali mendongak "Duh Pak, saya mau piket ni, kalau kelas masih kotor bisa-bisa nama saya dicoret dari kelas IPA 4. Saya permisi ya, Pak."

Uliya sudah berlalu beberapa menit lalu. Pak Galang masih bergeming di tempatnya, menatap punggung Uliya hingga sang empu hilang, berbelok ke arah kelasnya.

"Kamu mungkin berubah. Tapi, hingga saat ini saya masih sama. Masih menyimpan rapih rasa ini untuk kamu, Uliya."

***

Jam istirahat, Uliya bersama ketiga sahabatnya, tidak termasuk Amila. Karena Amila tadi lebih dulu keluar kelas bersama temannya yang lain. Keempatnya beranjak dari kelas menuju ke kantin.

Fyi, Amila memang sahabat Uliya, dua tahun mereka menjalin persahabatan karena duduk sebangku. Namun, kedekatannya dengan Uliya tidak membawanya masuk ke dalam persahabatan antara Uliya dengan Annisa, Annasya, dan Nuzulitha. Bukan karena tidak suka, bukan. Hanya saja, Amila dengan ketiga sahabat Uliya yang ini tidak satu server. Paham kan maksudnya?

Di saat-saat tertentu, Uliya akan menghabiskan waktunya bersama ketiga sahabatnya. Salah satunya ya ini, di waktu istirahat. Uliya lebih sering bersama ketiga sahabatnya ketimbang Amila.

Karena Uliya dan Amila juga sudah memahami kebiasaan masing-masing. Seperti, Uliya biasa menghabiskan waktu istirahat dengan ketiga sahabatnya, Amila tidak mempermasalahkan. Begitupun sebaliknya, Amila menghabiskan waktu istirahat bersama temannya yang lain, Uliya tidak mempermasalahkan. Mereka biasanya lebih sering menghabiskan waktu di luar sekolah.

"Eh bentar! Gue lupa belum anter absensi ke BK. Gue ke BK dulu ya." Pamit Uliya, segera berbalik badan kembali ke kelas mengambil buku presensi untuk diantarkan ke ruang BK.

    KEMBALI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang