Chapter 6 ~ Unexpected

1.5K 218 73
                                    

(adj) not expected or regarded as likely to happen

Tidak diduga-duga atau disangka-sangka

🎶 mohon memutar video di atas untuk mendapatkan suasana yg pas dengan alur cerita. 🎶

Eren tengah memainkan helai-helai rambut ketika pintu ruangan tempatnya dirawat terbuka, menampilkan sosok lelaki yang membuatnya bingung beberapa hari ini.

"Kudengar dari si kacamata kalau kau didiagnosis kelelahan (1). Hal itu dapat terjadi karena kau tidak memiliki pola makan yang baik dan bergizi, kurang tidur ataupun stress emosional. Kau tentunya mengetahui bahwa gejala kelelahan tidak dapat diabaikan begitu saja, karena beresiko menjadi chronic fatigue syndrome (2) . Dokter macam apa yang tidak dapat menjaga kondisi tubuhnya?" omel Levi sesaat memasuki ruangan. Eren tak dapat berbicara apa-apa lagi, karena tepat sekali petuah yang disampaikan pria yang lebih tua darinya itu.

Sebelum Levi melanjutkan marahnya, pintu ruangan kembali digeser, memperlihatkan Armin dan Mikasa.

"Eren." panggil Mikasa lembut. Armin tersenyum melihat keadaan Eren yang berangsur membaik.

"Maaf ya kami baru sempat menjengukmu sekarang. Tiga hari ini kami berdua mendapatkan jadwal operasi yang padat." ucap Armin sembari mengambil tempat duduk di sisi kiri tempat tidur Eren.

"Tidak apa-apa. Aku di sini tidak merasa kesepian karena Connie dan Sasha sering menemaniku. Bahkan Ymir sesekali datang, bercerita bahwa dia saat ini sedang dalam masa pendekatan dengan Krista." Eren bergosip yang disambut gelak tawa Armin serta senyuman malu-malu Mikasa. Eren tak lupa dengan keberadaan Levi, menyaksikan pria itu diam-diam meninggalkan ruangan.

"Kenapa kau bisa kelelahan, Eren?" tanya Mikasa khawatir. Eren menghela napas lamat-lamat, kemudian bercerita mengenai kondisi pamannya yang masuk rumah sakit serta kegundahannya kalau pamannya tidak mendapatkan donor jantung.

"Langkah yang dilakukan oleh Dr. Ackerman sesuai prosedur. Hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah berdoa agar pamanmu dapat menemukan donor jantung tepat waktu." Kalimat Armin membuat Eren rileks. Dia sudah lama tidak berdoa, mengadu kepada Tuhan semenjak Bunda Carla meninggalkan dia selama-lamanya. Mungkin benar kata Armin, berdoa adalah langkah terakhir yang bisa dia lakukan.

💚💚💚

Setelah seminggu beristirahat memulihkan fisik, Eren akhirnya kembali bertugas. Dia diminta oleh Mitabi untuk menemaninya menemui keluarga pasien.

"Tuan Carsten, saat ini terdapat sejumlah besar perdarahan dan kerusakan otak istri anda. Dia mengalami mati otak (3) ." jelas Mitabi kepada seorang pria tinggi rata-rata, dengan rambut hitam pendek belah samping serta kumis tipis yang menghiasi wajahnya. Eren menggigit bibir, khawatir penjelasan Mitabi tidak dapat diterima oleh suami pasien.

"A..pa maksud anda, Dr. Jarnach? Bukankah jantungnya masih berdetak" tanya bingung lelaki itu.

"Jantungnya masih berdetak tetapi otaknya tidak dapat berfungsi. Dia tidak dapat bernapas tanpa mesin bantuan. Bahkan dengan mesin pernapasan, rata-rata jantungnya akan berhenti setiap dua minggu sekali." Jawaban Mitabi sontak membuat wajah Carsten pucat pasi. Berulang kali ia menatap lekat wajah sang istri yang tengah tertidur pulas.

"Apakah anda terpikirkan untuk donasi organ?" Pertanyaan itu membuat pria paruh baya tersebut menarik kerah jas Mitabi seraya berteriak,

"Apa yang kau katakan? Istriku sedang dalam kondisi sekarat dan kau tidak ingin menyelamatkannya. Bagaimana mungkin kau mengatakan hal sekejam itu?" Eren segera berusaha memisahkan Mitabi dengan suami pasien.

Apple and Cinnamon [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang