"Anda datang ke sini terlalu siang sehingga hasil pemeriksaan anda tidak dapat keluar hari ini. Datanglah ke laboratorium besok pagi dalam keadaan perut kosong untuk tes darah(1)! Jangan lupa untuk mampir ke unit ini setelah mendapatkan hasil!" ucap Eren kepada sepasang lansia di depannya. Pasiennya itu lalu berpamitan sembari mengucapkan terima kasih yang direspons senyuman manis oleh Eren.Tiba-tiba, ponsel yang pemuda Jeager itu letakkan di saku jas bergetar dan menampilkan nama kontak 'Dr. Ackerman' di layarnya. Eren pun menerima panggilan itu dengan segera,
"Ya, Dr. Ackerman. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kau datanglah ke ruang VVIP di lantai 5 sekarang!" suruh Levi singkat sebelum pria di seberangnya mengakhiri panggilan. Dengan tungkai panjangnya, Eren berjalan cepat menuju ruangan yang dimaksud menggunakan bantuan lift. Sesampainya di sana, Eren menemukan keberadaan mentornya yang sedang menunggu di depan ruangan.
"Aku akan memeriksa adik dari Dr. Inocencio. Kau coba bacakan hasil rekam medis pasien dan catat semua diagnosisku di sana!" perintah Levi pada Eren sambil mengeluarkan stetoskop (2).
Kedatangan mereka di ruangan mewah itu disambut oleh Xavi dengan heboh. Dia tak lupa memperkenalkan seorang gadis yang memiliki surai panjang serupa dengannya bernama Sharle Inocencio. Gadis itu tersenyum ramah ketika melihat dua orang asing di depannya.
Levi tanpa basa-basi meletakkan bell stetoskop pada dada Sharle, mencoba mendengarkan suara detak jantungnya. Setelah itu, Levi menyuruh Eren untuk membacakan catatan terakhir di rekam medis Sharle.
"Sharle Inocencio mengidap atresia pulmonal (3) dan pernah dioperasi mayor sebelumnya di Military Police Hospital. Lima hari yang lalu, pasien dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak akibat terlambat minum obat dan berhasil pulih berkat operasi."
Levi menghela napas, kemudian mengecek CT Scan terbaru milik Sharle. Xavi yang berada di samping kanan bed Sharle pun penasaran bertanya, "Apakah adikku baik-baik saja, Dr. Ackerman?"
"Ya, dia baik-baik saja." jawab Levi singkat.
"Apakah aku akan memerlukan operasi lagi, Dok dalam waktu dekat?" tanya Sharle sembari dibimbing Xavi untuk bangkit dari tempat tidurnya.
"Kemungkinan paling cepat 10 tahun dan bisa jadi lebih lama. Kita tidak akan tahu sebelum memeriksanya. Kau harus rutin memeriksakan jantungmu jadi apabila menemukan sesuatu, akan terdeteksi lebih awal." saran Levi. Pria Ackerman itu meletakkan kembali stetoskop ke saku jasnya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan.
"Baiklah, karena aku sudah selesai memeriksa adikmu. Aku akan kembali ke unit bedah jantung untuk membantu dokter yang lain." ujar Levi. Xavi dengan segera berdiri kemudian mengatakan,
"Terima kasih atas bantuanmu, Dr. Ackerman. Saya harap apabila Sharle memerlukan operasi, anda lah dokter yang mengoperasinya. Oh ya, maukah anda ikut saya makan siang bersama dengan para direksi Military Police? Saya tadi diperintahkan oleh Direktur Bernhart untuk mengajak anda."
Levi mengerutkan dahi heran. Saat dia ingin menolak ajakan Xavi, Xavi menerima panggilan dari seseorang.
"Ah, Direktur baru saja menelepon saya menanyakan anda. Ayo, Dr. Ackerman! Kita telah ditunggu staf lain di lobi rumah sakit." ajak Xavi berseri-seri. Dengan langkah yang berat, Levi mengiakan undangan dari Xavi dan mengikuti langkah Xavi keluar dari ruangan.
"Maafkan kakakku ya. Dia memang pemaksa." ucap Sharle lirih kepada Eren yang keberadaannya terlupakan oleh Xavi.
"Ah..tidak apa-apa, Nona Inocencio." tutur Eren.
"Panggil aku Sharle. Siapa namamu?"
"Eren Jaeger. Sebut saja aku Eren." jawab Eren sembari merapikan dokumen rekam medis dan hasil CT Scan milik Sharle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple and Cinnamon [RIREN]
FanfictionEren, putra bungsu Grisha Jaeger, ingin membuktikan bahwa ia mampu menjadi dokter bedah yang dapat diandalkan tanpa bantuan dan campur tangan ayah juga kakak tirinya, Zeke. Maka dari itu, selepas menjalani pendidikan dokter spesialis dan menjalani p...