~ flashback
Selepas mengadakan acara kemenangan untuk tim sepak bola sekolahnya, aula sekolah penuh dengan sisa sampah dan Eren sebagai salah satu anggota tim sepak bola merasa bertanggung jawab untuk membersihkannya. Namun, beberapa menit meninggalkan aula untuk mengembalikan speaker audio yang dipinjam dari Ruang Dewan Siswa, Eren melihat siluet tak asing di aula tengah mengumpulkan sampah bungkusan makanan sambil berdecih. Eren menajamkan pandangannya, kaget melihat sang Ketua sedang bersih-bersih.
"Senpai, kenapa belum pulang dan malah bersih-bersih?" Pertanyaan pun terlontar dari bibir Eren nan polos, yang tak mengerti situasi dan aura gelap tengah berkecamuk disana.
"Tch! Itu karena bocah macam kalian tidak becus merapikan aula sehabis meminjamnya untuk acara." Eren akhirnya sadar bahwa manusia di depannya tengah menahan kesabaran dengan susah payah akibat sikap tak bertanggung jawab ekskulnya.
"Maafkan kami, Senpai." ucap Eren sembari membungkuk dalam.
"Kalau kau merasa bersalah, ambil sapu dan bantu aku bersih-bersih!"
💚💚💚
"Kitz Woermann, 39 tahun. Apakah anda mengalami sakit di bagian atas perut anda?" tanya Eren kepada pasien perdananya, yang merupakan seorang pria berambut cokelat tua dengan kumis dan janggut tebal senada dengan warna rambutnya. Manik emas pria baya itu menatap tajam seraya memekik histeris, "Apakah kau tuli tadi? Aku mengeluhkan sakit perut dan beberapa kali aku tersedak."
"Anda tidak bisa mengatakan bahwa anda hanya merasa anda sakit perut biasa, Tuan Woermann." sahut Eren tenang sambil mencatat beberapa keluhan di buku saku miliknya.
"Aku hanya sakit perut saja. Aku bahkan pergi ke rumah sakit sebulan lalu dan telah melakukan pemeriksaan gastroskopi (1), rontgen (2). Hasil semuanya menunjukkan bahwa aku terkena esofagitis (3). Kau lebih baik meresepkanku obat cair untuk pencernaan!" suruh si pasien. Tampaknya Tuan Woermann tegang sehingga sang istri turut menenangkannya.
"Biarkan saya mengonfirmasi beberapa hal lain. Apakah anda merasa sakit sekali saat menaiki tangga?"
"Tidak tahu. Jika perutku sakit, mengapa aku harus naik tangga?"
"Bukankah kau pernah mengeluhkan hal itu sebelumnya, sayang." sambung si istri.
"Tidak tahu. Aku tidak ingat." teriak pria berjanggut itu.
"Apakah anda pernah merasa sesak seperti tertindih batu bata?" lanjut Eren karena instingnya merasa bahwa pasien di hadapannya bukanlah sakit perut biasa.
"Aku sedang sakit perut. Lumrah aku merasa sesak. Sudahlah!!! Resepkan saja obat cair untuk pencernaan."
"Apakah anda juga melakukan tes Elektrokardiografi (4) saat anda melakukan rontgen?"
"EKG? Tidak!" sahut si istri.
"Kalau begitu, lebih baik anda melakukan EKG bersama dengan pemeriksaan dasar lainnya."
"Wah!!! Luar Biasa!!!! Beginikah cara kau untuk mencari uang? Mencari keuntungan dengan meminta pasien melakukan tes-tes."
"Ini hanya untuk memastikan saja. Bisa saja anda hanya mengalami esofagitis seperti yang anda katakan tadi. Tapi, jika anda juga mengalami sakit parah saat naik tangga dan gejala itu dibiarkan saja, ada kemungkinan terjadi sesuatu di jantung anda. Dan, apabila anda..."
"Aku telah menyelesaikan maraton untuk amal akhir-akhir ini. Bagaimana mungkin aku sakit jantung." potong Tuan Woermann. Istrinya kembali menenangkan dengan berucap, "Sayang, ini hanya untuk memastikan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple and Cinnamon [RIREN]
FanfictionEren, putra bungsu Grisha Jaeger, ingin membuktikan bahwa ia mampu menjadi dokter bedah yang dapat diandalkan tanpa bantuan dan campur tangan ayah juga kakak tirinya, Zeke. Maka dari itu, selepas menjalani pendidikan dokter spesialis dan menjalani p...