"Sayang, bangun sudah siang kamu ga sekolah?" Ucap citra sedikit berteriak agar terdengar oleh eza.
Eza perlahan membuka matanya dan menarik ponselnya untuk melihat jam disana. Jam sudah menunjukkan pukul 06.40 wib, itu artinya sekolah akan di mulai 20 menit lagi dan eza sama sekali belum mempersiapkan diri.
"Eza, bangun nak sudah siang." Ucap citra lagi sembari terus mengetuk pintu kamar anaknya itu
"Iya ma." Eza bangkit menuju ke kamar mandiHanya memerlukan waktu 15 menit untuk eza menyelesaikan mandinya, setelah memakai seragam yang tidak berdasi dengan satu kancing paling atas yang ia buka itu memperlihatkan kaos putih polos di dalamnya, dengan rambut yang sedikit disisir ke belakang membuat penampilan eza semakin menggila.
"Sini sayang sarapan dulu." Sapa citra saat melihat eza sudah turun dari kamarnya.
Eza berjalan menuju meja makan lalu mengambil sepotong roti tawar tanpa toping apapun di atasnya kemudian mencium tangan kedua orang tuanya dan- "eza pamit." Ucapnya kemudian pergi.
Eza sampai di sekolah pukul 07.15 itu artinya eza sudah terlambat 15 menit yang lalu.
"Pak bukain." Teriak eza kepada satpam penjaga."Tolong kek." Sahut seseorang dari belakang eza. Eza memutar kepalanya dan menatap seseorang yang menyauti perkataannya barusan.
"Pak udin tolong bukain gerbangnya." Ucap seseorang itu keras namun sopan.
"Eh iya nak keyla." Dengan sedikit tergesa gesa pak udin satpam sekolah membukakan gerbang. Setelah gerbang sedikit terbuka keyla bergegas masuk dan tak lupa menyalami pas udin."Makasih ya pak, saya masuk dulu." Ucap keyla yang mendapat anggukan dari pak udin. Keyla berlalu pergi sedangkan eza masih terdiam di depan gerbang
"Den eza ga mau masuk?" Tanya pak udin tersenyum kikukEza memasukkan motor sportnya lalu menghampiri pak udin.
"Makasih pak." Katanya sebelum memasuki sekolah. Biasanya eza tidak seperti itu dia lebih yang memaksa dengan nada datarnya.
"Sama sama den." Balas pak udin ramahSaat eza melewati koridor yang cukup sepi tiba tiba seseorang memanggilnya.
"Eza sini, enak saja kamu mau melarikan diri." Tanpa berbalik badan pun eza sudah tau siapa yang memanggilnya. Bu ista guru BK"Sini ikut saya kelapangan." Tarik bu ista dan segera mendapat perlawanan oleh eza.
"Apa?" Bu ista melotot kepada eza sedangkan eza tetap biasa biasa saja."Ga usah pegang pegang." Ucap eza. Eza berjalan mendahului bu ista dan segera menuju ke lapangan namun pandangannya jatuh pada seseorang yang sedang berdiri di bawah tiang bendera dengan tangan di posisikan seperti hormat.
"Sana lakukan hal yang sama seperti keyla." Perintah bu ista sedikit membentak, eza segera berlalu kesamping keyla dan melakukan hal yang sama seperti gadis itu.
Setelah satu jam mereka berdua berdiri di bawah terik matahari, keyla segera menuju kantin untuk membeli minuman dingin agar mengobati rasa lelahnya.
Di sisi lain eza terus mengikuti langkah keyla, bukan sengaja mengikuti namun eza memang sudah haus dan rasanya dia ingin membeli dua minuman dingin sekaligus. tiba tiba keyla berhenti dan tanpa sadar eza menabrak punggung keyla.
"Apa apaan sih lo? Lo ikutin gue?" Tanya keyla heran. Tanpa niat menjawab pertanyaan dari keyla, eza berjalan terlebih dulu menuju kantin dan segera menghampiri salah satu penjual jus.
"Jus jeruk satu." Eza berjalan kesalah satu bangku disana.
"Air dingin satu." Ucap keyla yang langsung di layani oleh penjual minuman dan keyla segera memberikan satu lembar lima ribu
KAMU SEDANG MEMBACA
Eza
Teen FictionEza Alvaro Dirganta Sosok pria yang nyaris mendekati kata sempurna. Berparas tampan, kekayaan orang tua yang tak perlu di ragukan dan posisi leader di geng buana membuatnya semakin di junjung tinggi keberadaannya, tak heran jika banyak sekali wanit...