Firasat

41 3 0
                                    

"Gue mau lo sandiwara di depan bokap nyokap gue besok." Ucap eza to the poin

"Sandiwara apa?" Tanya kaisya penasaran. Ya, yang sedang bersama eza sekarang adalah kaisya kembaran keyla.

"Lo jadi pacar pura pura gue." Perkataan eza membuat mata kaisya melotot tak percaya. Bagaimana bisa eza memintanya untuk menjadi pacar pura pura? Memangnya dia perempuan yang seperti apa? Hingga eza berani mengucapkan ini kepadanya.

"Za, lelucon lo ga lucu." Jawab kaisya masih tidak percaya

"Gue serius, bonyok gue mau datang kesini besok sampai gue ga ngenalin pacar gue ke mereka, yang ada gue akan dijodohin dengan anak sahabatnya. Dan gue ga mau itu terjadi." Jelas eza panjang semakin membuat kaisya terngangga

Pasalnya kaisya tidak perna mendengar eza berbicara sepanjang ini, bahkan eza cenderung diam.

"Hanya sepuluh menit." Ucap Eza membenarkan posisi duduknya dengan kedua tangan dia lipat di depan dada dan mata yang tak berhenti menatap kaisya.

"Sepuluh menit." Jawab kaisya yang berhasil membuat eza tak percaya.
"Artinya?" Tanya eza mengulang

"Gue mau, tapi ingat hanya sepuluh menit." Jawab kaisya kemudian berdiri dan pergi meninggalkan eza sendiri di kantin.

Sebenarnya berat bagi kaisya untuk menerimanya tapi bagaimana lagi, eza berhasil membuat kaisya tak berdaya dan merasa seakan akan masa depan eza ada di tangannya lalu jika dia menolaknya bagaimana nasib eza?

Eza yang masih di kantin dengan sejuta pikiran, bagaimana bisa kaisya memiliki saudara kembar seperti keyla? Sedangkan dari keduanya sangat bertolak belakang. Eza tiba tiba teringat sesuatu, segera berlari untuk menyusul kepergian kaisya. Setelah melihat kaisya yang masih berjalan pelan segera menggenggam tangannya.

"Eh." Kaisya sedikit terkejut dengan genggaman tangan eza yang cukup kuat membuatnya sedikit merasa kesakitan.

"Ada apa lagi za?" Eza perlahan melepaskan genggamannya dari tangan kaisya

"Jangan pernah bilang ke siapa siapa masalah ini, atau lo tau sendiri akibatnya." Ancam eza dengan wajah datarnya, kemudian dia pergi menuju kelas meninggalkan kaisya dengan wajah kebingungan, bagaimana bisa eza mengancamnya sedangkan nasibnya ada di tangan kaisya.

•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu namun keyla, rani dan linka masih belum keluar dari kelasnya dengan alasan mereka bertiga malas untuk berdesak desakan. Setelah mereka merasa di luar sudah sedikit sepi baru mereka bertiga keluar dengan tas yang mereka pakai hanya di punggung kanan saja.

Keyla memiliki kebiasaan memegang beberapa buku paketnya yang dia rasa bisa membuat tasnya berat, dia lebih suka mengendong tas yang ringan dengan tangan yang penuh buku tertimbang tas yang sangat berat yang bisa membuat pundaknya capek.

Saat keyla berjalan menuju parkiran tiba tiba kaisya datang tepat di hadapan keyla.

"Apa?" Tanya keyla malas
"Gu... gue pulang bareng siapa?" Tanya kaisya takut. Padahal saat dia di uks tadi keyla lah yang memijat punggung bawahnya hingga merasa sedikit enakan.

"Nih lo bawa mobil gue." Jawab keyla sembari memberikan kunci mobilnya dan segera berjalan menuju gerbang sekolah.

"Kita pulang bareng aja key!" Kaisya berusaha mengejar keyla dan berhasil.
"Ga, lo mau kerja kelompok dan gue mau pulang, jadi lo bawa aja, gue bisa naik angkot." Jawab keyla dan segera meneruskan jalannya.

EzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang