two; bring it back

2K 61 2
                                    

"Masuk!"

Pintu tinggi yang barusan diketuk dari luar itu terbuka, menampakan seorang lelaki muda berjas hitam yang tersenyum pada seseorang yang duduk di kursi singgasananya.

Lelaki yang duduk itu membuka kacamatanya, lalu menyandarkan punggungnya di kursi.

"Pak Alvis-"

"Gausah basa-basi, lo! Udah keluar, juga." Lelaki yang duduk di kursi singgasananya itu bersuara, memotong panggilan dari lelaki berjas itu.

Lelaki yang masih berdiri di ambang pintu itu tertawa pelan mendengarnya. Kakinya lalu melangkah masuk lebih dalam dengan sebuah map berwarna coklat yang dibawanya. Ia berjalan santai menghampiri lelaki yang tadi dipanggilnya Pak Alvis.

Hingga akhirnya ia sampai di samping meja Alvis yang berantakan. Di sana terdapat banyak kertas dan juga map-map yang bertebaran. Juga 1 gelas, dan tanda pengenal yang di ukir pada kaca dengan tulisan;

Alvis Lucifer Gideon
Presiden Direktur

"Gimana, Dave? Pengganti lo, kapan datengnya?" Alvis bersuara. Ia mengacak rambutnya pelan, lalu menatap lelaki yang masih berdiri di depannya dengan tatapan datar.

Devan. Lelaki yang akrab di panggil Dave itu, menyimpan map cokelat yang ia bawa di atas meja milik Alvis. Devan tersenyum senang menatap sahabatnya. "Besok pagi dia dateng. Lo tunggu aja. Namanya Nadiar."

Alvis mengangguk mengerti. Ia mengambil map itu, kemudian menyimpannya di sisi kiri meja. "Oke. Kapan lo pergi?"

"Malam ini," jawab Devan, lalu tersenyum miring. "Kenapa? Lo mau nganter gue?"

Alvis menatap Devan datar. "Bercanda? Lo mau gue di lempar ke ban pesawat ama bonyok lo?"

Devan tertawa, namun Alvis hanya tersenyum tipis. Memang, sebenarnya, orangtua Devan benar-benar memblack list Alvis. Karena saat itu, Alvis mati-matian membantu Devan di saat yang Devan lakukan itu di anggap salah. Yaitu, mencari seorang perempuan di saat Devan sendiri akan ditunangkan dengan perempuan lainnya.

Masalah percintaan dalam perjodohan. Klise. Tapi akhirnya, Devan mendapat yang terbaik, yaitu perempuan yang tadinya ditinggalkan Devan.

Dan karena itulah Devan mengundurkan diri. Karena Devan diperintahkan untuk menjadi Presdir di perusahaan ayahnya setelah menikah. Devan setuju-setuju saja dan harus mengurus beberapa urusan dulu dengan ayahnya yang kini sedang berada di Turki, lalu kembali ke Indonesia.

"Bro," kata Devan sambil mengadukan kepalan tangannya dengan bahu Alvis. "Saat gue kembali, gue harap, lo juga kembali."

Alvis menaikan sebelah alisnya dengan bingung. "Maksud lo? Lo ngigo ya?"

Devan tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya. "Jadi Alvis yang dulu. Yang kerjaannya ngurusin kerjaan doang, bukan ngurusin pernikahan orang."

Alvis tersenyum sinis. "Maksud lo? Lo nyuruh gue berhenti?"

Devan mengangguk pelan. "Dia udah sama yang lain. Lo juga harus cari kebahagiaan lo sendiri."

Alvis tertawa merendahkan. "Jangan nasihatin gue, Dave."

"Gue nggak kasih lo nasihat. Gue cuma ngasih jalan keluar biar lo gak tersiksa lagi."

Handsome CEO [repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang