eighteen; everything has changed

868 35 4
                                    

Hati²! Alvis drama mode on!

Baga$kara : beb
Baga$kara : sayangku
Baga$kara : cintaku
Baga$kara : aku kangen

J Aldendi : sok banget lu njing
J Aldendi : biasanya ngatain gw mulu
J Aldendi : napa sih?
J Aldendi : minta gw rajam, ya?

Baga$kara : kejam lu nyet
Baga$kara : ama pacar sendiri gitu amat

J Aldendi : gausah basi²
J Aldendi : napa lu nyet?

Baga$kara : w beneran kangen lu, njing
Baga$kara : buka pager rumah, deh. Satpam gaada, soalnya

J Aldendi : canda ya lu?
J Aldendi : tumben banget rajin nyamperin gue

Baga$kara : liat keluar, dongs, sayangkuh

J Aldendi : ANJING BAGAS GAK USA CANDA! INI DAH MAGHRUB BEGO!
J Aldendi : sialan typo

Baga$kara : gw beneran kangen lu, njing. Semenjak lu kerja, kita jarang kontekan. Lo mending buka pager rumah lo sekarang, deh. Nyamuk² di luar pd ngefans kayanya sama gue

J Aldendi : gw otw, nyet

Baga$kara : gw tunggu, njing

Nadiar segera menuruni tangga rumah dengan cepat dan sedikit berlari. Ia kemudian membuka pintu rumahnya, lalu membukakan pagar dan membiarkan orang yang sedari tadi berchat ria dengannya masuk. Ya, yang tadi chat itu adalah Nadiar yang menggunakan ponsel Alden. Awalnya, Bagas mengechat Alden terlebih dahulu dan menanyakan perihal pesannya yang tidak di balas-balas Nadiar.

Alden langsung mengatakannya pada Nadiar dan menyuruh Nadiar cepat-cepat membalas pesan Bagas agar Bagas tidak cerewet lagi dan membom pesan pada Alden.

Wajah Bagas terlihat tidak senang dan bete setengah mati saat Nadiar tiba di depan gerbang rumah. "Lama banget lu, njing."

"Bacot lu, nyet."

Bagas terlihat berkomat-kamit, lalu menjitak kepala Nadiar dengan kejam hingga Nadiar mengaduh kesakitan. "Sebel gue lama-lama ama lo."

"Sakit, tau! Kasar ah, kamu mah! Bete aku sama kamu!" seru Nadiar dengan cemberut sambil mengusap daerah yang sudah di pukul Bagas tadi.

Bagaskara, namanya. Laki-laki yang berada 1 tahun di atas Nadiar itu adalah salah satu dari ke-4 pacar Nadiar. Bagas tipe orang yang ekspresif dan hyperactive. Dan jangan lupakan sifat Bagas yang amat sangat pede itu. Bagas tipe laki-laki yang tidak bisa di ajak romantis-romantisan.

Pernah dulu, waktu Nadiar meminta dibelikan bunga, Bagas malah berkata, "Anjir ngapain? Buang-buang duit kalo gue ngasih lo begituan! Gue tanya, sekarang. Kalo gue ngasih lo bunga, apa bunga itu bakal berguna? Atau lo berencana buat makan bunga itu? Iihh, serem banget lu, nyet."

Huh, apalagi saat Nadiar ingin kejutan di anniversary mereka. Bagas malah tertawa dan berkata, "Lo sumpahnya mau kayak anak alay gitu? Apa-apa dirayain tanpa berpikir kalo bisa aja mereka putus keesokan harinya. Bego!"

Dan jangan harapkan balasan bagus saat Nadiar mengucap I love you pada Bagas. Pacar Nadiar yang satu itu malah tersenyum lebar sambil berkata. "Gue tau. Gue juga cinta sama diri gue yang penuh kharisma dan ketampanan ini."

Makanya, jika sudah bersama Bagas, Nadiar akan mengeluarkan kata-kata kasarnya daripada kata-kata romantis. Begitupun dengan Bagas. Lihat saja chat mereka tadi. Bagas berkata kangen saja, Nadiar sampai menyangka Bagas kesurupan. Benar-benar pasangan yang gila.

"Masuk, yuk, ah. Pegel gue lama-lama disini," dengan tidak tahu dirinya, setelah mengatakan hal tersebut, Bagas berjalan menuju pintu dan meninggalkan Nadiar yang menutup pagar rumah sambil menggerutu panjang lebar.

"Dasar pacar gak tau diri, lo! Mati aja sana!"

Bagas hanya terkekeh dan menghilang dari pandangan Nadiar saat laki-laki itu masuk ke dalam rumah. Hah! Benar-benar tamu yang sopan santun!

Sambil menggerutu panjang lebar dan tiada henti, Nadiar mengikuti Bagas masuk ke dalam rumah.

***

Alvis diam termenung di dalam kamar apartemennya. Matanya menatap lurus-lurus pada sebuah figura yang di dalamnya terdapat foto seorang perempuan yang kemarin tidak sengaja berpapasan dengannya di salah satu kafe yang jarang Alvis kunjungi.

Alvis masih ingat bagaimana mata itu memancarkan ketakutan. Alvis masih ingat saat tubuh itu gemetar di bawah tatapannya. Alvis masih ingat raut wajah ketakutan itu.

Namun Alvis tidak dapat berhenti. Sungguh, Alvis benar-benar tidak dapat membiarkan perempuan yang sangat dicintainya itu bersama orang lain. Terlalu menyakitkan. Dada Alvis sesak tidak melihat senyuman perempuan itu dipandangannya.

Alvis menghela napas panjang, namun hal itu malah membuat dadanya terasa ngilu. Tangan Alvis kemudian terulur untuk menggapai bingkai foto tersebut, lalu mengusap kacanya, tepat dibagian di mana wajah perempuan yang amat dicintainya itu terlihat. "Rene ...," jeda, Alvis memejamkan matanya rapat, lalu menghela napas panjang saat kejadian masa lalu terulang kembali di ingatannya.

Alvis kembali membuka matanya, dan kini, di kelopak matanya tergenang sebuah air bening yang akan lolos jika Alvis berkedip. "Rene ..., maafin aku. Aku tetep gak bisa lepas kamu, Rene. Walaupun kamu kelihatannya bahagia dengan anak yang kamu kandung, aku tetep gak bisa lepas kamu. Aku akan lakuin segala cara. Dan maaf, kalo karna hal ini, kamu bakal banyak ngeluarin air mata. Aku janji, aku yang bakalan bahagiain kamu, Rene."

Racauan Alvis di sambut dengan keheningan. Keheningan yang membuat Alvis lagi-lagi mengingat kenangan indahnya bersama Irene. Namun, jangan harap jika dengan itu, Alvis bisa tersenyum. Sebaliknya, dada Alvis semakin berdenyut dengan nyeri ketika mengetahui akhirnya.

Masih teringat jelas di ingatan Alvis bagaimana ia mencoba untuk menjadikan Irene milik Alvis seutuhnya. Masih teringat jelas saat Alvis berpamitan dengan Irene dengan cara yang amat sangat tidak menyenangkan.

Dan masih teringat jelas bagaimana bejatnya Alvis saat mencoba memisahkan Irene dan Satria Inandra.

Handsome CEO [repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang