Help

3.9K 429 4
                                    

Aku bahkan tidak sadar kalau mataku berair saking perihnya,

"Kau kenapa?"

Aku menoleh begitu mendengar suara familiar itu menyapa indera pendengaranku, Yoongi tengah berdiri di hadapanku, wajahnya sedikit terkejut melihat air mata mengenang di mataku.

"Hei, ada apa?" Ia mengarahkan pandang ke arah lututku lalu berujar, "Astaga, kau terjatuh?" Aku mengangguk menahan tangis. Entah kenapa aku menjadi cengeng tiba-tiba begini?

"Hei, Jangan menangis." Yoongi terlihat panik lalu tiba-tiba berjongkok membelakangiku,

"Naik." titahnya

"Tidak perlu, aku-"

"Aku bilang naik" Aku menuruti ucapan Yoongi dan mengalungkan lenganku dilehernya, aroma citrus lantas menyeruak masuk tanpa seijinku.

"Sakit sekali?" Yoongi bertanya dan aku mengangguk, walaupun sepertinya Yoongi tidak dapat melihatku.

"Jangan menangis lagi." Yoongi berujar dengan lembut.

Setelah sampai di ruang kesehatan, Yoongi menurunkanku dengan hati-hati di brankar, mengecek keadaan sekitar, "Ssaem?" Tapi tidak ada suara. Kemana guru Jung saat dibutuhkan seperti ini?

"Sepertinya guru Jung tidak ada." Yoongi tidak menangapi dan malah membongkar lemari kaca yang berisi obat-obatan lalu berjalan menghampiriku.

"Yoong- kau...kau mau apa?" Aku bertanya karena Yoongi memangku kakiku yang terluka di pahanya,

"Mengobatimu. Apa lagi?" Kalau yang tidak mengenal Yoongi, pasti mengira kalau ia judes. Ucapan dan perlakuannya itu tidak selaras, ia berkata dengan nada kelewat datar dan sedikit sinis tapi ia justru mengobatiku.

"Aah... Sakit." aku mengerang, "Pelan-pelan, ihh. Aduh." Yoongi melirikku tajam karena tidak bisa diam berceloteh.

"Diam sebentar, Ji" Ia melirikku kesal -lagi- sambil memegang pergelangan kakiku agar tidak bergerak.

Habis mau bagaimana, sakit tahu! Masa aku hanya diam saja?

"Tanganmu terluka tidak?" Ia bertanya usai memasangkan sebuah plaster di lututku,

Aku melirik sikut sebelah kiriku, hanya lecet sedikit sih. "Kemarikan," Yoongi menarik paksa lenganku, memberikan obat merah di sana.

Aku yang terlalu mendramatisir atau jarak diantara kami memang terlalu dekat? Aku bahkan dapat merasakan terpaan nafas Yoongi mengenai lenganku.

Setelah di lihat-lihat, Yoongi jadi lebih kurusan. Ia pasti sibuk mengurus tim basketnya, belum lagi ia harus belajar untuk menghadapi test perguruan tinggi. Dulu kalau aku tidak memaksanya untuk makan, pemuda ini pasti tidak akan makan karena terlalu sibuk.

"Lihat apa?" Bodoh, Ji! Kau tertangkap basah memperhatikan mantan!

"Ti-tidak ada." jawabku, Yoongi melirik sekilas kepadaku lalu melanjutkan aktivitas mengobatinya

"Sudah selesai." ia menegakkan punggungnya kembali lalu merapikan kotak obat,

"Kau harus lebih hati-hati lain kali. Sudah dewasa, hilangkan sikap cerobohmu itu." ia berceloteh dan aku hanya diam tidak tahu harus menjawab apa.

Dulu aku pasti akan menggodanya, mengatakan kalau ia khawatir padaku. Tapi masa ia sekarang aku mengatakan hal itu? Kami'kan hanya mantan. Ia juga tidak mungkin mengkhawatirkanku.

"Jangan membuat orang lain repot."

"Maaf sudah merepotkanmu kalau begitu. Aku permisi." Aku melangkah turun dari brankar. Kenapa aku jadi merasa kesal begini?

Yoongi mencekal pergelangan tanganku, wajahnya terlihat agak panik, mungkin tersadar kalau perkataannya membuatku sedikit tersinggung, "Bukan begitu maksudku, Ji. Aku-"

"Yoongi! Astaga! Akhirnya aku menemukanmu." Lee Hera salah satu teman seangkatan Yoongi masuk ke ruang kesehatan, berjalan menghampiri Yoongi,

"Kau terluka? Kenapa bisa ada di sini?" Aku memutar bola mataku malas, jelas-jelas yang terluka itu aku.

"Bukan aku. Tapi Jian." Hera lantas menatap ke arahku, wajah panik yang tadi ia tunjukan pada Yoongi mendadak sirna,

"Oh. Makanya hati-hati," ucapnya datar padaku, "Jangan menyusahkan orang lain. Yoongi'kan sudah bukan siapa-siapamu lagi, jadi-"

"Aku tahu," potongku, "Tanpa sunbae beritahupun aku sudah tahu kalau dia memang bukan siapa-siapaku lagi." Kenapa hatiku sakit saat mengatakan hal ini ya?

"Jian tunggu. Aku akan mengantarmu ke kelas." Yoongi berujar sebelum aku pergi

"Hei, untuk apa? Ia bisa sendiri kok" Yoongi menatap kesal Hera, "Benarkan, Jian?"

"Iya, Hera sunbae benar. Aku bisa sendiri kok, Yoongi-sunbae" Yoongi terlihat terkejut mendengarku memanggilnya 'sunbae' lagi, persis seperti awal kami berkenalan.

Aku menunduk lalu berjalan meninggalkan Yoongi dan Hera, kalau merepotkan kenapa menolongku?

Aku juga bisa mengobati luka ku sendiri! Aku'kan tidak meminta Yoongi menolongku, harusnya bertanya dulu sebelum bicara! Dasar Hera!

"Aw!" Karena terus mengumpat pada Yoongi aku sampai tidak sadar kalau aku berjalan menaiki tangga dengan menghentakkan kaki.

"Ahh, Jian bodoh" ringisku, menatap nanar lukaku yang sudah terbalut plaster.

"Jangan membuat orang lain repot." Kalimat Yoongi tergiang kembali di kepalaku tanpa ijin membuatku merasa makin kesal.

Aku tidak tahu ini efek karena kakiku yang perih atau karena ucapan Yoongi yang menyakitkan atau mungkin karena aku yang memang cengeng?

Aku menghapus kasar air mata di pipiku, kenapa aku jadi cengeng begini sih? Sepertinya saat terjatuh tadi kepalaku terbentur deh.

"Jian!" Aku mengusap mataku cepat dan lantas memasang senyum saat melihat Jimin, Jungkook dan Taehyung dari kejauhan.

=Tbc=

Gotta Be You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang