Broken

3.3K 374 5
                                    


"Terima kasih." Aku berucap usai turun dari motor milik Yoongi, pemuda itu bersikeras untuk mengantarkanku tadi.

"Lain kali tidak usah ikuti ucapan ketiga temanmu yang tidak waras itu."

"Tapi, kan aku -" Yoongi menatapku, "Okay, aku akan lebih menggunakan otak saat menghadapi mereka."

"Aku pulang dulu." Ia menutup kaca helm hingga wajahnya tidak lagi terlihat, aku tersenyum tipis sambil melambaikan tangan dengan kaku ke arahnya. Ayolah, sudah sangat lama semenjak Yoongi terakhir kali mengantarkanku pulang, dan biasanya kalau tiga kurcaci itu mengantarkanku aku biasa langsung mengusir mereka tanpa melambaikan tangan segala.

Setelah motor Yoongi menghilang tak terlihat oleh mata, aku melangkah masuk ke dalam. Seharusnya aku sudah pulang dari tadi, dan mungkin kini sudah berleha-leha di atas kasur tapi gara-gara tiga kurcaci menyebalkan itu, huh! Awas mereka!

"Jian?" Ibu keluar dari dapur dengan apron menempel di tubuhnya, "Pulang dengan siapa?"

"Oh, itu dengan teman." Bohongku karena ibu tahunya aku dan Yoongi sudah putus. Beliau tiba-tiba tersenyum dan aku mengerutkan kening bingung

"Temanmu itu Yoongi ya?" Kok ibu bisa tahu? Ibu peramal ya? Seolah mengerti kebingunganku, ibu menunjuk dengan dagu dan aku tersadar kalau aku masih memakai hoodie hitam Yoongi. Sebelum pulang Yoongi memang menyuruhku untuk mengenakan hoodienya, katanya tidak baik naik motor tanpa mengenakan hoodie, tapi ia sendiri tadi tidak mengenakannya.

"Ah, iya. Itu, sebenarnya tadi-"

"Iya, ibu tahu. Sudah sana cepat berganti pakaian, makan malam sudah siap." Ibu tersenyum simpul lalu melangkahkan kaki menjauh masuk menuju dapur. Duh, ibu pasti mengira yang tidak-tidak, deh.

.
.
.
.
.

"Jii, hei." Aku menulikan telinga, berpura-pura tidak dengar panggilan lelaki yang berada di sebelahku, Jimin mendesah lalu berujar, "Kan, salahmu ini Jung! Jian merajuk sekarang."

"Kok aku sih? Kan dia memang kalah." Tidak terima dituduh Jungkook melontarkan argumen,

"Tapi dare mu keterlaluan tahu!" Taehyung menyahut sekarang membuat Jungkook memicing sebal,

"Kalau keterlaluan kemarin harusnya kalian mencegah, tapi kalian justru menyetujuinya." Ia mendengus,

"Ji? Jian?" Aku tetap menulikan telinga dan berpura-pura fokus dengan ponselku.

Drrtt...

'Aku berada di lapangan, kau bisa menemuiku di sana'

Itu pesan balasan dari Yoongi, aku tadi bertanya di mana keberadaannya.

Aku bangkit dari duduk sembari membawa paperbag berisi hoodie hitam Yoongi yang akan kukembalikan, "Ji, kau mau kemana?" Jimin bertanya tapi aku masih mengabaikannya, "Jian!"

Maafkan aku teman, tapi kalian memang menyebalkan. Jungkook, Jimin dan Taehyung sebenarnya sudah meminta maaf perihal dare kemarin -aku menceritakan pada mereka semuanya, tapi tidak bagian aku satu bilik dengan Yoongi- namun aku masih kesal, sesekali merajuk tak masalah'kan?

Aku menenteng paper bag dan minuman isotonik untuk Yoongi sebagai ucapan terima kasih perihal masalah kemarin.

Tiba-tiba jadi teringat kejadian beberapa bulan yang lalu saat kami masih berkencan. Yoongi tidak terlalu suka keramaian, makanya kami jarang muncul bersamaan di kantin, kami lebih sering bertemu secara diam-diam di lapangan indoor, entah itu hanya untuk sekedar bertatap muka atau berbincang berduaan.

Bisa dibilang lapangan ini adalah saksi bisu bagaimana kelangsungan hubunganku dan Yoongi, bahkan saat menyatakan perasaannya Yoongi melakukannya di lapangan ini. Apa mungkin Yoongi akan mengajakku berbaikan? Tidak, tidak mungkin.

Astaga, Jian!

Kau memikirkan hal yang tidak masuk akal, hanya karena Yoongi berbuat baik padamu beberapa kali kau jadi begini!

Aku mengelengkan kepala, membuang pikiran aneh yang tiba-tiba tercipta tadi lalu membuka pintu lapangan indoor dan mencari sosok Yoongi.

"Oh?" Aku menghentikan langkah kaki saat melihat kalau Yoongi tidak seorang diri di sana, ada wanita yang tengah berbincang dengan Yoongi di lapangan, dari sekian banyak senior wanita kenapa harus Hana yang berdiri di sana?

Aku jarang merasakan perasaan cemburu sebelumnya pada Yoongi, aku bahkan tidak marah saat Hera menempel padanya, aku justru menggodanya.

Tapi entah kenapa aku selalu merasakan perasaan kesal dan tidak suka saat melihat Hana dekat-dekat dengan Yoongi, bahkan walaupun kami bukanlah siapa-siapa lagi sekarang.

Aku mematung saat melihat Hana mencium Yoongi, tubuhku tiba-tiba terasa lemas dan aku tidak tahu kenapa, dadaku juga terasa sesak dan aku tiba-tiba merasa marah atas hal yang-

"Jian?!" Aku bahkan tidak sadar kalau paper bag dan minuman yang kubawa untuknya terjatuh, Yoongi dan Hana memandangku terkejut, aku bagai orang bodoh sekarang.

"Ma...maaf menganggu." Suaraku mengecil, aku tidak sempat membungkuk, persetan dengan sopan santun, aku harus pergi sebelum kakiku semakin lemas.

Aku menghapus air mata yang terjatuh di pipi, untuk apa aku menangis? Aku mempercepat langkahku saat mendengar teriakan Yoongi di belakang.

"Jian, tunggu!" Rasanya aku ingin benar-benar menghilang dari sini, seharusnya aku tidak menemuinya tadi.

Aku menghentikan langkah karena Yoongi menarik paksa lenganku, memutarnya hingga kami berhadapan sekarang.

"Ji?" Yoongi terkejut melihatku menangis dan aku benar-benar merasa bodoh sekarang, untuk apa aku menangis?

"Le-lepas." Suaraku sudah benar-benar nyaris seperti tikus kejepit,

"Jian, kau menangis?" Aku mengeleng berusaha melepaskan tangan Yoongi dari pergelangan tanganku,

Aku mengulang perkataanku tapi Yoongi tidak mengindahkannya,

"Jian, yang tadi kau lihat itu tidak benar.  Tadi itu-"

"Lepas, Yoongi!" Aku memotong ucapannya, setengah memekik.

"Jian, dengarkan penjelasanku dulu, aku-" Aku mengelengkan kepala,

"Tidak perlu," Jawabku, "Toh kita juga sudah bukan siapa-siapa lagi." Aku memberanikan diri menatapnya,

"Tidak ada yang perlu kau jelaskan, Yoon. Kau juga tidak seharusnya mengejarku dan meninggalkan Hana-sunbae di sana," pegangan Yoongi di tanganku melemah, "Kalian...Kalian terlihat serasi." Aku berusaha tersenyum walau nyatanya hatiku sakit mengatakannya

"Kau- bagaimana bisa kau mengatakan hal itu, Ji?"

Ia tersenyum sinis sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kau benar. Untuk apa aku mengejarmu? Untuk apa aku bersusah payah menjelaskan padamu, kau memang tidak pernah ingin mendengar penjelasanku'kan?"

Yoongi mundur selangkah lalu menarik nafas dalam sebelum berujar dengan nada yang terdengar kecewa, "Kupikir kau- hah... Terserahlah."




===Tbc===

Gotta Be You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang