Count On Me

3.1K 349 2
                                    

Aku tidak habis pikir dengan Jungkook, apa yang bersarang di otak pemuda itu, ia tidak bisa berfikir dengan jernih? Kenapa ia mudah sekali emosi dan melakukan segala sesuatu tanpa di pikir?

Aku tahu ia melakukan itu karena diriku, tapi aku tidak merasa bangga maupun senang. Aku justru merasa sedih. Karena aku, Jungkook melakukan tindakan anarkis.

"Kau harus banyak bersyukur tidak mendapat skors dari guru Han." Itu ucapan Taehyung yang pertama kali kudengar usai kembali dari dapur dengan beberapa cola di tangan. Duduk di salah satu sofa dan meletakkan cola di meja.

"Ibuku sedang tidak ada, hanya itu yang bisa kusediakan." Aku membuka suara karena tidak menemukan camilan apapun di dapur.

Setelah bergumam terima kasih, Jimin dan Taehyung menengak minum, sedangkan Jungkook masih dalam posisi diam memandangiku dari sofa sebrang.

Selepas keluar dari ruang komite kedisiplinan aku mendiamkan Jungkook, tidak bersuara apapun bahkan bertanya keadaannya, dan kurasa Jungkook menyadari sikapku.

"Ji," Jungkook membuka suara, ia menjilat bibir bawahnya sebelum membuka suara lagi, "Kau marah ya?"

"Tidak." Sudah tahu masih bertanya.

"Kalau tidak, kenapa kau mendiamkanku begitu?"

Aku menghela nafas, entah kenapa jadi malas menjawab pertanyaan Jungkook.

"Ahh, laparnya," Taehyung tiba-tiba berujar, "Jim, bagaimana kalau kita beli makanan hm?" Aku mendengus, alasan bodoh.

"Ah, iya. Ayo, Tae." Jimin bangkit dan diikuti Taehyung, "Kami pergi dulu." tanpa menunggu jawabanku ataupun Jungkook, kedua manusia itu segera menghilang.

"Ji," Jungkook memanggil lagi dan aku hanya berdeham, "Ayolah. Jangan diam begitu. Aku salah ya?"

"Pikir saja sendiri." Jungkook menghela nafas, dari ekor mata aku melihatnya  bangkit dan mendekat, duduk di sisi sofa yang sama denganku.

"Hei, aku minta maaf ya. Aku sedang emosi tadi, aku tidak bisa mengontrolnya." aku diam dan enggan melihat Jungkook.

"Jian," panggilnya lagi

"Ayolah, jangan mendiamkanku begini. Kau boleh memakiku." Lagi pria Jeon itu buka suara dan aku menyerah.

Menghela nafas sebelum menatapnya sebal,

"Kau bodoh sekali tahu, Jeon! Aku tidak mengerti apa yang ada di otakmu tadi. Berkelahi dengan senior di koridor? Kau gila! Beruntung tidak dapat skors tadi. Dasar bodoh!"

Bukannya marah karena aku mengumpatinya, pemuda itu menyunggingkan senyum tipis, "Begitu lebih baik." Aku berdecak

"Aku melakukannya untukmu, Jian. Aku kesal pada lelaki itu. Bisa-bisanya dia-"

"Sudahlah, kook " Aku memotong, tidak sanggup bila mendengar kalimat lanjutannya perihal Yoongi.

Jungkook menghela nafas, "Jangan katakan kau masih menyukainya?" Nada berbicaranya terdengar sangat kesal dan aku tidak tahu kenapa.

Aku diam tak berniat menjawab karena aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanku. Aku mendoktrin diri untuk melupakan Yoongi, tapi selalu berakhir dengan memikirkannya lagi.

Jungkook berdecak dan situasi berubah, sekarang ia marah padaku. "Untuk apa masih menyukai pemuda sepertinya sih? Banyak pemuda lain yang lebih baik."

"Aku sudah tidak menyukainya." Ucapku ikut merasa kesal karena Jungkook tiba-tiba marah

"Benar?"

"Iya!" Walau aku tidak tahu pasti apa benar aku sudah menghilangkan Yoongi dari hatiku.

Gotta Be You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang