9. Mimpi Buruk

369 51 158
                                    

Seperti orang pada umumnya, masa kecil saya dipenuhi kegiatan menjadi bolang (bocah petualang) di ladang atau sawah. Di jaman itu, TV merupakan barang langka, 1 RT paling hanya satu rumah yang punya dan letak rumah satu dengan rumah yang lain saling berjauhan.

Suatu saat, saya yang masih seusia anak yang belum TK main di ladang, teriak-teriak, saling kejar-kejaran dengan teman, main petak umpet, mencari singkong, naik ke atas pohon, dll.

Di sore harinya saya terbangun di atas kasur, tetangga sudah berkerumun mengintip dari luar jendela. Di kamar hanya ada saya, ibu dan seorang bapak tua, kata beliau saya kesurupan, dan memang saya tidak ingat kejadian sebelum saya sampai di kamar itu.

Setelah itu hampir sampai usia SMP, setiap menjelang sakit, saya selalu mengalami mimpi buruk yang sama dan berulang kali, sampai saya hafal runtuk kejadian yang akan terjadi di mimpi. Saya dijerat di dunia yang penuh dengan rambut hitam, panjang, kusut, semua serba rambut dan dipenuhi makhluk-makhluk tinggi besar yang tertawa. Setiap saya bangun, semua bayangan di kamar bergerak sendiri, antara sadar dan tidak sadar.

Saya juga jadi sering berjalan dalam tidur, membuka semua kunci pintu kamar, pintu dapur, untungnya selalu dipergoki ibu sebelum mencapai pintu keluar rumah. Ibu selalu bertanya mau kemana? tapi selalu saya menjawab yang bahkan saya tidak ingat itu, hanya dapat cerita keesokan harinya dari ibu, katanya tangan saya seperti membawa sesuatu dengan kedua tangan.

"ini untuk Mbah (nenek),"
begitu kata ibu, jawaban dari mulut saya. Sampai sekarang saya kurang paham apa maknanya.

Sejak itu pula, saya setiap saya berkunjung ke tempat baru dan menginap, malamnya pasti bermimpi datang ke tempat itu dalam dimensi yang berbeda, melihat penghuni lain yang ada tempat itu.

Saya juga jadi punya pantangan untuk tidak naik pohon waru, karena setiap saya naik pohon itu, kaki menjadi berwarna biru, menjadi pincang lalu berangsur menjadi  lumpuh dalam hitungan jam, katanya dijilat setan.

Pohon waru ini jadi awal cerita saya di tulisan Pencari Arwah karena rasanya punya ikatan dengan kehidupan saya pribadi.

Namanya anak kecil berapa kali dibilangipun, tetap tidak kapok besoknya naik pohon waru lagi, lalu pulang dalam keadaan pincang. Saya masih ingat, pernah paling parah lumpuh dalam waktu 2 hari, mau berdiri dari kursi sama sekali tidak bisa dan ektrimnya terjatuh dari kursi karena mau mengambil minum di meja. Bersyukurlah orang-orang yang mendapat nikmat bisa berjalan normal.

Mulai beranjak remaja, mimpi buruk mulai berkurang, tapi gangguannya beralih ke alam nyata. Suara-suara makhluk yang tertawa sampai mengalahkan suara kendaraan. Ada juga suara-suara yang mengikuti semua bacaan doa saya.

Mulai dewasa, semua gangguan itu makin berkurang, saya sudah mulai bisa melawan. Yang terakhir duel dengan makhluk yang dulu merasuki saya, saya ceritakan di bab pedang Dzulfaqor.

Meskipun gangguan sudah mulai tidak ada, dan kehidupan menjadi normal kembali, tapi mimpi buruk kadang tetap ada. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya punya keyakinan tersendiri bahwa bila mimpi yang sama terjadi terus-menerus, berulang maka itu merupakan suatu petunjuk atau firasat.

Sampai saat setelah menikah, saya ajak istri untuk tinggal kos di Depok. Saat itu Istri sedang mengandung anak pertama, sudah menginjak usia kandungan 7 bulan.

Suatu hari istri cerita kepada saya, bahwa malam sebelumnya mimpi dikejar-kejar kuntilanak, ingin mengambil anak dalam kandungan. Saya berusaha menenangkan istri, bahwa itu hanya bunga tidur, mungkin istri lupa berwudhu dan berdoa sebelum tidur.

Hari berikutnya saya dapat banyak kerjaan di pabrik, loyalitas tanpa batas, sering pulang malam, terkadang pulangpun bawa setumpuk laporan di kerjakan di rumah. Sore itu di pabrik listrik padam, karyawan shift 2 bersorak kegirangan, saya masih bertahan di kantor gelap-gelapan memandang laptop. Beberapa menit kemudian baru sadar bahwa istri sendirian di kontrakan dan mati lampu, cepat-cepat saya pulang.

Sampai kontrakan benar sedang mati lampu, sudah menjelang magrib. Saya ketok pintu, tidak ada yang menjawab. Saya buka pintu, ternyata tidak dikunci, ruangan gelap. Saya cari istri ternyata sedang meringkuk ketakutan di pojok kamar, melihat saya datang, istri langsung memeluk saya.

Istri cerita dia mimpi buruk lagi, ada kuntilanak yang mengejar mau mengambil anak dalam kandungan. Ini sudah masalah serius, malamnya saya ajak istri keliling perumahan, cari kontrakan baru, Alhamdulillah dapat, tapi mungkin bisa pindah besok karena perlu beres-beres dulu.

Malamnya saya begadang menunggu istri tidur, setelah sholat isya. Saya berjaga sambil main hp, tidak lupa saya siapkan gunting besar. Kalau dia datang dalam alam nyata, saya sudah siap tempur, begitu pikir saya.
(Mohon maaf bila saya jarang menyebut nama makhluk, karena akan ada yang datang, dan sekarang kepala sudah mulai sakit, pertanda ada energi yang berbenturan)

Keesokan harinya saya kerja lagi, tapi sekarang pulang tepat waktu, cuaca sedang gerimis saya ingat betul momennya. Sampai di kontrakan pertama yang saya tanyakan tentang mimpi, ternyata terjadi lagi.

Setelah magrib saya pakaikan istri mantel, langsung pindahan malam itu juga. Sebelumnya saya sudah periksa kontrakan yang baru, suasananya adem karena di samping mushola, jadi saya bisa tenang meninggalkan istri di kontrakan baru, saya yang bolak-balik pindahan ambil barang.

Alhamdulillah di kontrakan baru keadaan lebih tenang, istri sudah tidak lagi mendapat mimpi buruk dan istripun jadi punya kegiatan mengajar ngaji di mushola.

Saya dapat cerita dari istri, bahwa di kontrakan yang lama, ada seorang ibu muda, tetangga yang tinggal tepat sebelah kontrakan, sedang hamil juga sering diganggu. Kebetulan dia kerja di restoran, sering pulang malam di atas jam 22.00, katanya beberapa kali melihat ada Kunti terbang di pepohonan bambu di depan kontrakan dan mendengar tawanya yang khas.

Setelah saya dan istri pindah ke kontrakan baru, tidak lama kemudian tetangga tersebut juga ikut pindah ke kontrakan lain, masih dalam satu perumahan, dan Alhamdulillah tidak mendapat gangguan kembali.

Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini. Ada kalanya kita perlu peka terhadap firasat yang datang salah satunya lewat mimpi. Bila itu terjadi berulang kali mungkin ada maksud tertentu yang ingin disampaikan kepada kita.

Mohon maaf bila terjadi perbedaan sudut pandang.

Mitos ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang