15. Asrama

242 37 52
                                    

Yogyakarta 2007.

Saya bersyukur pernah merasakan keramah-tamahan hidup di lingkungan warga Yogya. Sedikit bertolak belakang dengan lingkungan daerah asal saya yang meskipun masih di Jawa tapi perangainya lebih kasar.

Asrama tempat saya tinggal berada di daerah Kaliurang yang masih cukup sejuk dan dingin. Bangunan asrama cukup besar mirip gedung pemerintah daerah, atau mungkin mirip asrama haji. Bangunannya terlihat mencolok di tengah perkampungan warga, persawahan dan tambak ikan.

Di asrama itu saya mengikuti pendidikan bahasa Jepang dan latihan kehidupan serba disiplin, katanya biar tidak kaget kalau nanti hidup di Jepang. Contoh yang paling kecil adalah tata peletakan selembar keset yang ada di depan kamar. Setiap waktu keset itu diperiksa dan harus terlihat simetris, tidak boleh miring atau akan mendapat hukuman push up atau lari.

Setiap hari kami harus bangun sekitar  pukul 03.30 untuk membersihkan semua gedung dan hanya istirahat sebentar saat sholat shubuh. Selanjutnya kami akan menjalani rutinitas belajar hingga malam pukul 23.00, tidak bisa langsung tidur karena masih ada tugas lain dan harus bangun kembali pukul 03.30, begitu seterusnya. Saya sempat khawatir apakah otak saya bisa bertahan untuk tetap simetris.

Jam 12.00 siang, kami ada waktu jeda untuk ishoma sekitar 45 menit. Setelah sholat dan makan, saya manfaatkan waktu yang tersisa sebaik mungkin untuk tidur.

Pada suatu waktu sekitar pukul 12.45 suara bel berbunyi, saya lihat teman-teman saya sudah bersiap turun menuju kelas kembali di lantai dasar, anehnya badan saya tidak bisa bergerak sama sekali, padahal mata saya sudah terbuka. Saya coba untuk meminta tolong, selagi masih ada teman yang tersisa, tapi tak ada satupun suara yang bisa keluar.

Saya baru menyadari, inikah yang dinamakan rep-repan atau kata orang ketindihan setan. Sekuat tenaga saya coba untuk melawan dan akhirnya bisa bangun dengan tersentak dan berteriak. Teman-teman datang mendekat, bertanya ada apa? Setelah itu semua teman ikut bercerita bahwa sebagian besar dari mereka juga pernah mengalami hal yang sama di tempat itu.

 Teman-teman datang mendekat, bertanya ada apa? Setelah itu semua teman ikut bercerita bahwa sebagian besar dari mereka juga pernah mengalami hal yang sama di tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya sekitar pukul 19.00 dimulai kelas malam. Sebagai senior saya mendapat giliran kesempatan untuk membantu junior belajar di kelas.

Di lantai dasar terdapat 4 ruang kelas, dipisahkan oleh sebuah lorong, kelas itu saling berhadapan. Kami dapat melihat siapa saja yang lewat di lorong melalui kaca yang ada di setengah bagian atas pintu.

Beberapa kali saya melihat ada wanita mengintip dari luar kaca pintu, dari wajahnya dia bukan salah satu siswa dan pastinya juga bukan nenek dari siswa, atau nenek penduduk sekitar, karena asrama sangat terisolir.

Beberapa kali saya melihat ada wanita mengintip dari luar kaca pintu, dari wajahnya dia bukan salah satu siswa dan pastinya juga bukan nenek dari siswa, atau nenek penduduk sekitar, karena asrama sangat terisolir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mitos ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang