16. Pabrik

114 17 59
                                    

Bukan hal yang mengejutkan bila di suatu pabrik mempunyai cerita mistis. Pengalaman saya bekerja di empat pabrik, semua mempunyai cerita seram masing-masing. Kali cerita di pabrik tempat saya bekerja sekarang, di Tangerang.

1. Bagian Perakitan

Awal tahun 2014, pabrik memulai kerja dua shift untuk memenuhi permintaan spare part mobil salah satu merk kendaraan. Saya mendapat giliran untuk mengawasi shift malam.

Hanya satu line yang beroperasi di shift malam. Line yang lain off, gelap. Saya mengecek semua lini kerja sampai di ujung line. Sambil jalan saya mengambil troli untuk di tempatkan proses akhir, di ujung line. Belum ada orang di ujung line, semua karyawan masih merakit di bagian depan.

Setelah menempatkan troli tiba-tiba ada suara perempuan memanggil saya, suaranya persis dengan suara salah satu member saya. Reflek saya mencari asal suara, tapi tak ada siapa pun di ujung line ini. Semua berada di bagian depan sekitar 100 meter dari tempat saya berdiri. Tidak masuk akal, jadi saya pikir itu hanya halusinasi.

"Pak Ajid," suara itu memanggil nama saya kembali. Kali ini benar, saya tidak berhalusinasi.

Saya memenjamkan mata sebentar, mencoba mencari ilham. Sepertinya suara itu dari tower air.

Di bagian belakang gedung produksi, ada gudang yang digunakan sebagai ruang Quality dan Maintenance, di bagian pojok ada tower dengan tinggi 10 meter.

( Saat menulis, pikiran tertuju ke  tower di pabrik. Dan entah bagaimana seperti terhubung, jadi perempuan yang ada di situ tahu saya sedang menulis tentang dia.)

Saat itu saya memandang tower sebentar lalu berusaha mengabaikan, kesenengan dia kalau kita mengikuti permainannya.

Saya berjalan ke arah ke ruang Quality dan Maintenance. Tadinya mau mengunjungi karyawan yang ada di situ, tapi melihat pintu dorong yang dibuka full, saya jadi tertawa.

"Kenapa mas?" tanya saya.

"Kalau pintu ditutup, diketokin terus pak," jawab karyawan Quality.

Begitu juga dengan karyawan bagian Maintenance. Alasannya kalau pintu ditutup ada yang manggil-manggil namanya. Si perempuan senang cari perhatian rupanya.

2. Bagian Las

Di hari yang berbeda, sekitar pukul 19.00, kali ini bagian las over time. Saya di office mengerjakan tugas yang lain. Tiap satu jam sekali saya akan ke line untuk periksa.

Sesekali saya memperhatikan galon di pojok ruangan karena beberapa hari yang lalu admin produksi ketakutan melihat ke arah galon. Saat berkaca dengan cermin kecil yang diletakkan di bawah monitor, dia melihat ada sosok berseragam persis seperti karyawan sedang berdiri tampak punggung di dekat galon.

Tadinya admin merasa biasa saja, tapi begitu sadar langsung mundur teratur, karena saat itu saya sedang di produksi, tidak ada karyawan office lain yang lembur.

Setelah kejadian itu, admin tidak mau sendirian di ruang office baik itu siang ataupun malam.

Malam itu saya sendiri, saya perhatikan lagi galon air berharap warnanya jadi orange dan berasa jeruk. Lalu tiba-tiba ada ketokan di pintu, saya memutar kursi. Ada karyawan bagian las datang dengan wajah berkeringat, wajahnya antara capek dan ketakutan.

"Pak, temanin saya las ya. Saya takut, " begitu katanya.

Saya tertawa. "Kenapa mas?"

"Tadi ada yang narik-narik baju saya saat ngelas."

Saya akhirnya shut down komputer dan menemani karyawan proses las hingga akhir lembur.

Di hari berikutnya, cerita sudah menyebar. Kali ini giliran karyawan lain yang lembur las. Dari rumah dia sudah persiapan hp diisi murottal. Jadi saat las, murrotal disetel untuk menghilangkan rasa takut.

Saat itu tidak ada yang menarik-narik bajunya, tetapi hp berubah setel dangdut. Memang di hp ada juga lagu dangdut, tapi tadi yang disetel masih track murottal dan itu panjang.

Saat hp disetel ke murottal kembali, tidak berapa lama kemudian berubah ke musik lain. Dan akhirnya minta orang tambahan untuk menemani las.

3. Bagian Forming

Sesekali karyawan ingin bersantai sejenak untuk istirahat sebentar, apalagi kalau shift malam, karena lebih sedikit yang mengawasi saya yakun jadinya bukan santai tapi jadi ngobrol berjamaah.

Salah satu karyawan dari shift malam bercerita. Saat sedang santai, dua orang karyawan melihat sendiri troli bergerak sendiri di sepanjang line.

Saya praktekan mendorong troli saat karyawan itu bercerita.

"Enteng, wajar kalau rodanya bergerak karena belum berhenti sempurna saat di simpan," kata saya coba menenangkan.

"Iya kalau ada yang pakai troli itu sebelumnya pak. Bagian forming kan enggak pakai troli, pakainya rak. Terus gimana trolinya bisa gerak?"

"Takdir." Hanya itu yang bisa saya jawab.

4. Listrik Padam

Sekitar pukul 00.30 ada panggilan masuk dari security. Listrik sudah nyala lagi. Security telp bagian maintenance tidak ada yang menjawab, jadi akhirnya telp saya.

Sudah tengah malam, pasti karyawan sudah produksi juga sudah pada tidur. Mau saya pinta lembur dadakan untuk menyalakan kembali panel mesin. Andaikata ada yang masih begadang kemungkinan besar tidak akan mau mengangkat telp dari saya. Seandainya besok saya cecer pun jawabannya maaf sudah tidur. Sudah di luar jam kerja, tidak mungkin saya tuntut untuk memikirkan pabrik.

Panel listrik berhubungan dengan mesin oven, yang suhunya harus dijaga di titik tertentu. Semakin lama ditunda, suhu akan semakin turun dan produksi bisa stop line karena suhu belum siap. Jadi siapa lagi yang harus ke pabrik, selain saya sendiri.

Sesampai di pabrik, pertama saya harus menuju ke ruang panel utama listrik yang ada di belakang. Di apit oleh tower dan ruang Quality. Masih aman.

Selanjutnya saya harus masuk ke dalam pabrik untuk menyalakan panel mesin oven, dengan ditemani cahaya hp.

Di pabrik yang gelap gulita seharusnya sepi, karena tidak ada proses produksi, tapi saat itu ada bunyi macam-macam. Dentingan besi, suara gerakan, hingga suara spray angin, padahal kompressor sudah dimatikan dari sore. Pikir positifnya, masih ada angin tersisa di saluran pipa meskipun sudah lewat 7 jam. Pikir positif saja biar tetap merasa kuat.

Saya harus berjalan dari panel mesin bagian ujung ke panel mesin di tengah. Bila saya jalan di line A, maka line A sunyi dan line B ramai. Saat saya pindah ke line B, maka line B menjadi sunyi dan line A ramai kembali.

Setelah selesai menyalakan mesin, ketegangan belum berakhir. Karena setelah ini saya harus pulang melewati komplek industri yang sepi dengan pohon-pohon besar di tepi jalan. Rindang di siang hari, horor di malam hari. Mungkin rekan ingat cerita saya yang sebelumnya, diikuti saat pulang malam dari pabrik hingga ke rumah.

Setelah hari itu, saya memberi training kepada security cara menyalakan panel listrik. Saya pikir masalah teratasi, tapi ternyata ada kejadian kemalingan di pabrik lain. Yang disalahkan security di pabrik itu, yang berimbas seluruh security di komplek industri tidak boleh masuk ke dalam gedung produksi. Berikutnya ada pemadaman kembali di tengah malam lagi, siapa lagi yang harus datang menyalakan. Sepertinya saya dikerjai.

*****

Mitos ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang