5. Atap

137 30 3
                                    

Beberapa bulan kemudian..

Memasuki pertengahan kelas 3, kami berempat semakin dekat. Dan sepertinya Jimin menyukai Lili, terbukti mereka sering menghilang begitu saja dan pergi dengan seribu alasan seperti saat ini..

"Taehyung-ah, aku dan Lili akan membeli minum dan camilan dulu, kau dan Jieun tunggu saja di atap"

"Arraseo.., cepat ke atap, jangan membodohiku lagi. Kemarin kau hampir membuatku dan Jieun mati kelaparan."

"Arraso.. arraso... kau tidak sabaran sekali"
"Kajja Lili, kita harus cepat. Kalau tidak macan itu akan mengamuk" Jimin dan Lili lari sambil bergandengan tangan.

Saat di atap ...

Seperti biasa, Taehyung langsung menjatuhkan kepalanya di pangkuanku. Dia bilang itu adalah favoritnya, dan selalu memperingatkanku jangan izinkan siapapun melakukan hal yg sama sepertinya.

Biasanya hal itu dia lakukan setidaknya sampai Jimin dan Lili datang, jika mereka datang maka dia akan bergegas bangun, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Tapi lain hal nya untuk hari ini, sepertinya kali ini dia akan terbangun bukan karna kedatangan mereka..

"Taehyung-ah,"

"Eummm," jawabnya dengan mata terpejam.

"Aku ingin mengatakan sesuatu"

"Katakanlah, aku mendengarkan". Masih dengan mata terpejam.

"Aku akan melanjutkan studyku di Seoul" kataku lirih.

"Mwo??" Dia langsung terbangun dengan matanya yang menyorot tajam padaku.

"Iya Tae, kau tahu bukan bahwa di dunia ini aku seorang diri, di Seoul ada paman dan bibiku. mereka mengatakan akan membiayai sekolahku jika aku mau pindah kesana"

"Disini ada aku, omma, appa, Jimin, Lili. Kau tidak menganggap kami ada untukmu" Taehyung sedikit meninggikan suaranya sambil memegang pundakku keras.

"Tae..." lirihku

"Bisakah kau tetap disini, aku akan katakan pada Omma dan Appa agar membiayai sekolahmu. Kita juga bisa kerja part time saat libur atau sepulang sekolah. Otte?" Dia sedikit melemahkan cengkraman di pundakku.

"Tidak Tae, aku sudah cukup merepotkanmu dan orangtuamu"
(Karna selama ini memang orangtua Taehyung selalu membantuku bisa sekolah sampai saat ini).

"Aniya, Aku akan katakan pada Appa, semuanya akan lebih mudah Jieun-ah"

"Aku bilang tidak Tae, aku telah menyetujui tawaran paman dan bibiku"

"Jangan keras kepala Jieun-ah, jebaal" Taehyung memcengkram pundakku lebih keras, matanya berubah sendu dan terlihat mulai memerah.

"Mianhae, Taehyung-ah" ucapku lirih

"Tolong dengarkan aku, sekali ini saja" pinta Taehyung dengan nada sangat lirih.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala, menahan tangis yg sebentar lagi akan terjatuh.

"Neo, jinjja..." ucap Taehyung terputus.

Jimin dan Lili datang dengan membawa plastik, kemudian Taehyung melepaskan tangannya dari pundakku dan meninggalkan ku begitu saja.

"Mianhae, kami baru ... " Jimin belum menyelesikan ucapannya tapi Taehyung sudah pergi begitu saja.

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang