PART 16

1.3K 32 1
                                    

"Tunggu di sini dulu aku mau panggil dokter dulu". Dian tidak mendengar penuturan Ravael,dia masih merintih kesakitan dan tak lama,dia pingsan.

Taklama,datanglah dokter yang menangani Dian dan di ikuti suster di belakang dokter. Memeriksa keadaan Dian yang semakin lemah. Ravael tidak sempat menelpon kedua kakak Dian,dia sangat khawatir terhadap keadaan Dian.

Ravael mengirimi pesan kepada Dimas untuk menyuruhnya ke ruangan Dian. Sedangkan Dimas yang menerima pesan tersebut langsung bergegas ke ruangan Dian. Diko juga langsung menyusul Dimas ke ruangan Dian.

"Bagaimana dok keadaannya?" Taklama setelah Ravael bertanya, Dimas dan Diko masuk ke ruangan Dian.

"Keadaan pasien sangat lemah. Kita tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalian berdoa kepada yang Maha Kuasa semoga di beri mukjizat kepada pasien"

Dimas dan Diko mendengar penuturan dokter tersebut sangat shock. Dimas dan Diko tidak mau kehilangan Dian,karena Dia adalah adik satu satunya. Mereka sangat menyayanginya. Setelah kepergian Mamahnya,Mamahnya pernah berpesan kepada mereka berdua untuk menjaga adiknya.

"Maaf,karena aku Dian jadi begini". Ravael merasa sangat bersalah karena Dian masuk rumah sakit.

"Ini bukan salah kamu. Ini sudah kehendak Tuhan"

"Tapi,jika aku berhati hati,Dian tidak akan begini. Seharusnya aku yang berada di sana bukan Dian"

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Dian menolongmu bukan tanpa sebab karena dia tidak mau terjadi apa apa sama kamu"

"Maaf... hiks maaf.... hiks" Ravael merasa sangat bersalah atas semua yang terjadi. Dan dia tidak bisa apa apa. Semua ini salahnya,karena dia tidak hati hati.

Tangan Dian bergerak sedikit demi sedikit,mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang ada di dalam ruangannya. Memanggil kakaknya untuk membantunya.

"Kakak...."

"Dek,kamu udah sadar? Mana yang sakit? Biar kakak panggil dokter!"

"Enggak usah kak. Dian udah baik baik aja. Kak Ravael dan kak Diko dimana?"

"Kak Diko dan kak Ravael di sana,lagi bicara sama Kak Ravael"

"Boleh minta tolibg di panggil"

"Tunggu sebentar". Dimas pun pergi memanggil keduanya.

"Kenapa hem?"

"Kangen sama kakak. Kakak akan bahagia nanti tanpa ada aku"

"Sama kakak kangen sama kamu. Kamu jangan ngoming gitu"

"Kak Dimas dan Kak Diko harus bahagia. Jangan pernah sedih,kalau Dian liat kakak sedih di sana? Aku bakal ngambek sama kakak"

"Kamu emangnya mau kemana?"

"Tempat Mamah sama Papah. Dian kangen sama Mamah,apalagi sama Papah"

"Kamu ngomong apa sih dek. Jangn ngomong sembarang lagi"

"Kak Ale"

"Iya? Kenapa? Mau kakak panggil dokter?"

"Enggak. Boleh minta peluk? Dian mau di peluk sama kak Ale"

"Boleh". Ravael langsung memeluk Dian. Detak jantungnya langsung berkali lipat memompa lebih cepat.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Enggak papa ko. Kak,Dian mau ungkapin sesuatu boleh?"

"Mau ungkapin apa?"

"Kakak jongkok,Dian enggak sampai"

FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang