14

15 2 0
                                    

Enjoy!!!

Sepulang sekolah Aeri langsung melangkahkan kakinya ke gymnasium sekolah, bahkan ia menjadi orang pertama di sana dan anak-anak basket baru datang 10 menit kemudian setelah mereka makan di kantin.

Dean terlihat senang namun juga terkejut melihat kehadiran Aeri di tribun. Ia pergi ke ruang loker terlebih dahulu dan berganti seragamnya dengan cepat lalu menemui Aeri. "It's nice to have you here."

Aeri mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya. Ia menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang duduk untuk Dean. "Gue gak akan lama, gue perlu ngomong sama lo sebentar."

"Alright," balas Dean sambil menganggukan kepalanya.

Aeri melirik Dean lewat sudut matanya. Dean tampan, sangat tampan. Tapi bukan penampilan yang membuat Aeri jatuh hati, Aeri yakin itu. Lalu, apa karena Dean baik dan peduli padanya? Gio dan Gery juga baik dan peduli pada dirinya, lalu mengapa hatinya berdebar pada orang di sampingnya ini?

"Er?" Dean menjentikkan jarinya di depan wajah Aeri. "Malah bengong."

Aeri sedikit gelagapan. "Sorry." Ia memainkan jari jemarinya sembari sesekali meliirik Dean dari sudut matanya. "Mm, D?"

Dean menatap Aeri dengan penasaran. Ia memutar tubuhnya ke samping agar bisa berhadapan langsung dengan Aeri. "What's wrong?"

"I wanna confess something to you." Kepala Aeri menunduk semakin dalam. Rambut sepinggangnya bagaikan tirai menutupi wajahnya. Tangan Dean gatal untuk menyelipkan rambut Aeri ke balik telinga cewek itu, membuat Aeri terkejut dan jantungnya berdegup semakin kencang.

"And what is that?"

Aeri meragu. "I think, I'm—"

Suara peluit terdengar keras, memekakan telinga, sang pelatih menepukan tangan beberapa kali dan berteriak memanggil para anak basket untuk berkumpul di tengah lapangan.

"Sorry, Er. Kita lanjut nanti?" Dean beranjak pergi dengan berlari kecil. Ia membalikkan badannya sambil berlari mundur. "Hey! At Icebear in 2 hours from now on?" teriaknya.

Tanpa pikir panjang Aeri mengangguk menyetujui bertemu di kedai es krim langganan mereka. Dean tersenyum dan berbalik untuk berlari ke tengah lapangan di mana anak-anak basket telah berkumpul.

Aeri merasa sedikit lega kala pengakuan perasaannya terkendala, namun ia juga tak menampik kala diam-diam rasa kecewa merasupi hatinya.

Aeri menatap sedikit lebih lama Dean yang sudah mulai latihan. Setelah dirasa puas, ia melangkah keluar dari gymnasium. Ia melangkah menuju mobil jemputannya di parkiran dengan langkah gontai dan penuh akan perasaan kalah. Ia belum memulai perangnya, tapi Aeri sudah merasakan dengan pasti kekalahannya.

"Ice bear, pak." Aeri berucap pelan sambil menyandarkan tubuhnya ke jok mobil. Kepalanya menoleh ke jendela, menatap pohon-pohon sekolah yang dilalui mobilnya.

"Ibu bilang langsung ke rumah, non."

Aeri mengernyitkan keningnya, merasa ganjal. Biasanya bundanya tidak pernah melarangnya untuk main sepulang sekolah barang sejam atau dua jam dalam sehari. "Kenapa?" tanya Aeri, ia yang duduk di bangku penumpang belakang menatap tajam belakang kepala sopirnya.

"Tidak tahu, nona."

Aeri mendesah lelah dan kembali menghempaskan punggungnya ke jok. "Ice bear dulu pak, sebentar aja kok," pinta Aeri memelas. Ia menatap keluar jendela mobil.

"Baik."

Mendengar satu kata itu, Aeri menyandarkan kepalanya ke jendela, tatapannya tidak lepas dari lalu lalang kendaraan yang semakin lama semakin memadat karena waktu pulang kerja dan sekolah yang hampir bersamaan.

Kepalanya memutar berbagai skenario untuk menyatakan perasaannya pada Dean. Semuanya berakhir dengan helaan napas lelah. Tidak ada idenya yang berakhir baik, wajah terkejut dan masam Dean selalu terbayang olehnya. Dan pemikiran terburuk yaitu persahabatannya dan Dean kandas begitu saja menjadi hal yang tidak bisa ia enyahkan. Semakin menolak pikiran tersebut, semakin pikiran itu menempel di otaknya.

Getar ponsel di genggamannya menyadarkan Aeri yang tenggelam dalam pikirannya sendri. Ia melihat notifikasi Instagram, sebuah pesan langsung di Instagram dari Cleo. Awalnya ia ingin abaikan pesan Cleo, runtutan pesan yang cewek itu kirimkan membuat Aeri penasaran juga.

Cleo

Hey, I just saw what Dean posted last night.

I'm sorry.

I hope you feel better now.

Sorry gue gak masuk sekolah dan gak bisa nemenin lewatin ini.

Aeri mengernyit keheranan. Jemarinya lantas lincah membalas pesan Cleo.

Aeri

What do you mean? I don't get it.

Aeri tidak mengeluarkan ruang pesannya dan Cleo di Instagram. Ia menunggu balasan Cleo dan terus memperhatikan balon titik percakapan yang hilang timbul, menunjukkan Cleo mengetik dan menghapuas pesan seolah ia ragu untuk menjawab.

Cleo

You don't know?

I'm not sure how I'm going tell you

Wait, I just gonna drop here what he was posted.

Beberapa saat kemudian, sebuah foto dari akun Dean dikirim Cleo ke ruang pesan. Foto Dean dan si cewek bioskop. Tanpa bisa menahan diri, Aeri mengklik foto itu untuk melihat langsung dari akun Dean.

That's really heartbreaking.

Dean merangkul Kirana, keduanya tampak sangat dekat dan bahagia. Senyum lebar terpasang di wajah keduanya. Dan caption yang Dean tulis di sana yang menghancurkan Aeri. Dadanya terasa sesak, tenggorokannya terasa sakit, serta matanya sudah basah oleh air mata yang tidak ia ketahui telah jatuh.

itsme,dean.
I don't need half of my ages to fall in love with her. I don't need spend all of my time to fall in love with her.

When I saw her, I know she's the one.

Love you.

Aeri menmasuk napa panjang yang terasa menyakitkan. Perlahan layar ponselnya mengabur dan setetes air mata jatuh di atasnya. Dia mendapatkan penolakan bahkan sebelum mengungkapkan.

Aeri tahu dirinya kalah total dibanding Kirana. Ia menghabiskan seumur hidupnya bersama Dean, tetapi cowok itu jatuh hati pada perempuan yang bahkan belum lama dikenalnya.

Aeri bukanlah siapa-siapa.

Tbc
Took me long enough to finishing and post this chap, sorry kalo ada kesalahan dalam penulisan dan bahasa inggris.

SPILL THE TEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang