Vote sebelum baca😊
"Liaaa"
"Liaaaa"
"Aelah bangun ngapa " Ucap Ika sambil mengguncang-guncang badan Lia yang sedari tadi belum sadar juga.
"Lama banget lo bangun dek." Ujar Zuwa.
Saat ini dimana di kamar mereka yang masih berada di villa. Seusai mengelap-elap Lia. Icha menyuruh azmi untuk membopong Lia ke kamar agar tidak menganggu pemandangan Azmi di ruang tamu yang akan semakin membuat nya merasa bersalah.
Keadaan kamar seketika menjadi hening jam sudah menunjukkan pukul 01:3 WIB.Entah mengapa rasa nya hati mereka tak kunjung tenang sebelum melihat Loa siuman.
"Kalau dia gak siuman sampai besok kita harus bawak dia ke rs." Ucap Icha dengan nada dingin membuat semua wajah mereka seketika semakin lesu.
Deruhan nafas pelan dari hidung mereka sangat terdengar.Suara rayap serta jangkrik sangat nyaring terdengar di telinga.Suasana dingin di tambah AC yang terus menyala dikamar mereka walaupun suhu tidak tinggi tapi mereka tetap kedinginan. Ke enam gadis tersebut hanya mampu melihat satu sahabatnya terbaring di hadapan mereka. Muka yang mulus kini menjadi putih pucat dan tak berwarna bibirnya sedikit pun.
"Lia........." Tangis Zuwa pecah kembali.
Hamburan pelukan dari sahabat-sahabatnya menenangkan Zuwa tangis mereka ikut pecah. Tidak dengan Icha. Icha hanya berkaca-kaca menahan tangis nya sedari tadi. Icha adalah gadis yang anti melihat orang nangis. Tetapi kali ini entah mengapa ia mampu menahan tangisnya demi menguatkan sahabat-sahabatnya.
Tes.
Seberapa kuat ia menahannya pun ia tak mampu. Ia ikut meneteskan air mata melihat Zuwa yang sangat khwatir akan keadaan Lia sekarang.
Icha pov
Gue anti banget liat orang nangis apalagi menyangkut orang terdekat gue yang selalu bareng-bareng sama gue. Seberapa kuat gue menahan air mata itu akhirnya gue nyerah. Gue benerran gak sanggup. Baru saja Zuwa melihat Lia seperti ini sudah begini keadaannya bagaimana jika dia dan yang lain tau kondisi gue sekarang. Gue usap air mata gue yang netes di pipi secara kasar. Gue menarik nafas perlahan agar diri gue lebih tenang. Gue melihat teman-teman gue didepan gue yang masih acara tangis-tangissan.
Ada Kekey juga yang mencoba menenangkan Zuwa. Zuwa itu orang nya panikkan ia bisa saja menangis karna orang sekitarnya kenapa-kenapa belum lagi tadi ia berantam sama Rey.
"Auda jangan nangis kayak gitu Lia ga bakal kenapa-napa." Gue duluan bicara sekedar menenangkan. Mereka cuma melihat gue doang. Gue menarik nafas gue lagi secara kasar. Lalu melihat Lia yang berada disampingnya masih dalam keadaan berbaring.
Gue coba ngasih minyak kayu putih di daerah hidung Lia sama di bagian pelipis keningnya. Gue mulai memijit pelipis nya. Gue raih tangan sahabat gue. Jantung gue serasa mau copot. Dingin banget. Padahal gue udah selimuttin dia pake selimut tebal dan gue dan sahabat gue juga uda gantiin dia baju walaupun gue tau itu ribet.
Gue teteskan minyak kayu putih di tangannya dan mulai mengusap nya berkali-kali. Dan disitu sahabat-sahabat gue cuma melihat aja.
"Bantuiin gitu kek ini malah bengong." Kesal gue pada mereka.
Zuwa uda ikut berbaring juga tadi belum sampai lima menit ia sudah berlayar di alam mimpi mungkin karena kecapekan menangis.
"Egghh mmmm." Samar-samar suara gadis itu.
Langsung saja mereka yang tadi berada di kasur Zuwa berhambur kekasur dimana Lia berbaring.
"Liaa. Liaa uda bangun." Polos Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Icha [On Going]
Teen Fiction------Slow Update------ Bagaimana jika orang yang kamu sayang pergi dari hidupmu disaat kamu baru saja menyakitinya? Apakah kamu menyesal?? ⬇⬇⬇⬇⬇ No Plagiat!!!⚠⚠