Sebuah Pesan

115 33 25
                                    

Hari itu tiba.

Kau kembali dengan sapaan hangatmu yang khas, nyaris tak ada bedanya dengan kau yang dulu. Kau kembali dengan sopan, layaknya tak ada niat sedikitpun untuk menyinggung perasaanku karena selama ini sudah menghilang bagai ditelan bumi.

Obrolan singkat bersamamu, membentuk kebahagiaan yang utuh.

Leluconmu, membuat diriku semakin sulit untuk melupakan hal-hal unik tentang dirimu.

Mungkin benar apa yang kawan-kawanku katakan. Seharusnya aku tak menaruh perasaan lebih pada teman dekatku sendiri, melainkan cukup menaruh rasa bangga pada sosoknya.

Ada yang berbeda dari dirimu.

Kalau dulu bisamu hanya membangun sebuah topik tentang percintaan, sekarang berbeda.

Kau selalu membangun topik percakapan tentang masa depanku, masa depanmu, ya.. Masa depan kita.

Pesanku untukmu,

Entah siapa yang lebih dulu sukses.. Jangan pernah lupakan satu sama lain, ya?

Yang pernah ada disaat sedang terpuruk, atau sedang sukar-sukarnya dalam menghadapi ujian terberat dalam hidup.

Ingat, kita pernah bertukar cerita sampai tak kenal waktu.

Sukses selalu, semoga nanti kau baca.

Senduan SanubariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang