Berharap

25 8 0
                                    

Sudah hampir empat bulan, bahkan lebih.

Tiada lagi sapaan hangatmu tiap malam.

Tiada lagi yang selalu melontarkan kehumoran tengah malam.

Tiada lagi yang akan menemaniku tertidur sampai waktu pagi tiba.

Lagi-lagi perkara rindu.

Kurang ajar, memang.

Selalu bertambah, tanpa tahu caranya mengurangi.

Selalu mendadak hadir, tanpa tahu caranya pergi.

Sampai aku berpikir, betapa arogan-nya dirimu terhadap diriku.

Ah, tapi kalau bertemu, biasa saja. Layaknya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita.

Manusia tolol.

Mengharapkan sesuatu yang jelas-jelas dirinya sudah bahagia bersama orang yang disayangi.

But, it's okay.

Untuk saat ini, aku merasa 'kehilangan' mu.

Namun, ingat, takdir Tuhan tak ada yang tahu.

Saat ini, boleh saja, kau jadikan Ia sebagai bahagiamu.

Tetapi, kelak, kalau Tuhan lebih memilih aku sebagai kebahagiaanmu untuk selamanya, bagaimana?

Senduan SanubariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang