💖Chapter 12 : Pinky meninggal

90 11 12
                                    

Persahabatan itu tiada habisnya, jika salah satu dari mereka tiada berkhianat. Kalau ada, maka dia lebih memilih iblis dari pada kita :) wkwkw.

Mysha Gladis Madison

"Eh Shaaa! Bawa motornya cepetan napa, sih!" omel Pinky boncengan di belakang Mysha yang tengah mengemudi.

"Apaan sih Pinky? Ini udah cepet,  mau cepet kaya gimana lagi? Ini mendingan gue, lah lu bawa motor larinya kek siput ga jalan-jalan," balas Mysha sedikit berteriak sembari fokus membelah jalan Jakarta.

Bugh

"Lo kenapa pukul gue sih?" erang Mysha risih.

"Kita udah mau telat curuuuut! Kalau satu menit aja kita telat, ujung-ujungnya dijemur kaya jemuran emak-emak tetangga sebelah."

Boom

Mysha menambah kecepatannya menuju sekolah, semoga saja ia tidak telat. Kalian semua tahu kalau dijemur itu tidak enak. Apalagi, sekarang terik matahari walaupun masih pagi sudah terasa panasnya menusuk kulit.

"Eh Sha! Lu orang kaya, masa bawa motor gini?" desis Pinky. Jarak ke sekolah masih sangat jauh, mau tidak mau ia terpaksa menemani tiang bendera sampai dua jam pelajaran selesai.

"Emangnya lu mau gue bawa mobil?"

"Ya-iya dong, mau banget. Ga kaya sekarang panas, gerah, ujung-ujungnya nih ketek keburu basah."

"Gue ga mau kalau orang itu mau berteman sama gue gara-gara harta, Ucok!" decak Mysha menolak usulan Pinky.

Mata Pinky membola sempurna. Jantungnya berdebar tiga kali lebih cepat. Ia berharap semoga ajalnya tak menjemputnya hari ini.

"Myshaaaaaaaaa! Awaaaaaaaaass!" teriaknya sekeras mungkin hingga membuyarkan konsentrasi pengemudi.

Braaaak!

Suara riuh terdengar jelas di indera pendengar Mysha. Tapi ... matanya sangat berat untuk dibuka. Bayangan seseorang lelaki yang tengah memangkunya kepalanya, lagi-lagi berusaha mempertajam penglihatannya, justru bertambah buram dan sepersekian detiknya menghitam, nyaris tak terlihat.

♡♡♡

Suara perbincangan terdengar jelas di telinganya. Tapi, kelopak mata sangat sulit utuk dibuka.

Apa gue udah meninggal?

Di sisi lain, wanita separuh baya menangisi gadis tengah terbaring ini. Berharap agar cepat sadar dari tidurnya telah memakan waktu tiga hari masih saja belum bangun-bangun.

"Sayang ... kapan kamu bangun, Nak. Kenapa cobaan hidup kamu begitu berat, belum beberapa bulan lalu kamu di--" ucapannya menggantung di udara setelah melihat tetesan air bening mengalir di wajahnya. Menangis dalam diam.

"Dok! Dokter! Dok!" teriak wanita ini, hingga dokter memasuki ruangan.

"Kenapa anak saya bisa menangis, Dok? Sedangkan dia masih belum sadar," tanyanya mengiba dengan wajah terbasahi air mata.

Dokter tersenyum setelah memeriksa keadaan gadis itu. Kemudian berkata, "Ibuk tenang saja. Detak jantungnya sudah stabil, tak beberapa lama lagi dia akan sadar. Umn ... kalau soal menangis itu hal yang biasa, terkadang pasien walaupun dalam bawah sadar tapi dapat mendengar apa yang terjadi di sekitarnya, Buk. Saya harap Ibuk bisa tenang sampai anak Ibuk sadar," bujuk dokter kemudian beranjak keluar.

Not Love But Menikah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang