Cinta yang tidak tersampaikan itu mampu membuat hati selalu gundah. Contohnya adalah kamu yang nggak pernah peka.
Mysha Gladis Madison
Baru saja dirinya berada di ambang pintu. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jaenab. Tak kuasa menahan tangis, air mata tumpah seketika di matanya. Jaenab memegang pipinya terasa nyeri.
"Kenapa Abi menampar Zae?"
Zae, adalah sebuah panggilan Jaenab oleh kedua orang tuanya dari kecil sampai saat ini. Entah apa yang membuat ayahnya begitu marah.
"Jangan pura-pura tidak berdosa kamu!" bentak Farid selaku ayahnya.
Wajah Jaenab begitu menahan kecewa, rasa panas di pipi Zae masih belum menghilang. Entah salah apa yang ia lakukan sehingga mendapat hadiah tamparan keras dari Abinya yang sebelum-sebelumnya tidak pernah main tangan terhadapnya.
"Ini!" Sehelai kertas disodorkan oleh Farid dengan deru nafasnya terdengar jelas.
Jaenab meraih kertas itu, memperhatikan sebuah gambar dirinya tengah menjambak rambut seorang siswi sebaya dengannya.
"A--Abi ini bukan sesuai yang Abi kira," tukas Jaenab mencoba menjelaskan.
Farid mencoba menatap anaknya.
"Sejak kapan Abi mengajarkan kamu bertindak keji seperti itu Zae?"
Apalah daya Zae setelah mendengar pertanyaan Abi itu yang ternyata bukan kesalahannya. Betapa sedihnya hati Zae setelah mendapati sebuah tamparan sebagai hukuman untuk dirinya yang bukan merupakan kesalahannya. Itu salahnya manusia sering tidak mendengarkan penjelasan dari orang terdekatnya dan memilih percaya kepada orang lain.
Zae merasa benar-benar kecewa dengan Farid. Dulunya ketika Zae dituduh oleh orang lain, pasti Farid selalu bertanya kepada dirinya apakah ini benar atau sebuah tuduhan. Tapi, kenapa kali ini sangat berbeda dengan aslinya.
Berlari menuju kamarnya meninggalkan Farid yang berwajah kusut bersama wanita berhijab itu selaku ibunya yang hanya menangis tanpa bergeming sedikit pun.
***
"Kenapa kamu ajak saya ke sini?" tanya Marvin kebingungan.
Mysha kembali menyengir. "Liat deh di sana! Mirip Om ya?" Menunjuk seekor kambing berlarian di lapangan.
"Apa?" Mata Marvin melotot. "Kamu bilang saya mirip kambing?"
Mysha merogoh tas selempangnya. Menyodorkan sebuah benda ke arah Marvin.
"Nih buat lo, Om."
"Apa ini?" Marvin mencoba memperhatikan di tangannya.
Mysha menoyor kepala Marvin tanpa segan. "Ih bolot banget sih, Om. Itu cokelat Om, cokelat!"
Marvin mengerang kesal. Belum ada yang berani menoyor kepalanya selain gadis ini. "Eh songong banget! Kenapa kamu menoyor kepala saya? Emangnya saya budak kamu?" decak Marvin tak terima.
"Berarti hidup Om nggak ada manis-manisnya, nggak kayak hidup saya selalu manis dan indah," ujarnya bangga sembari tersenyum menampakkan gingsul manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Love But Menikah?
RomanceRank : 29 #umum (18-07-2019) Pernah rank 5 dalam fiksi remaja. Bagaimana jika wanita yang kita cintai telah menghilang dengan waktu yang lama. Di saat ia sudah mulai melupakan sosok gadis itu, dia Kembali muncul, tetapi bukan dengan sosok yang bias...