Rumor yang sebenarnya fakta, bahwa Seulgi menyukai sesama jenis, perlahan tersebar. Seulgi gak tau mau nanggepinnya gimana, dia bingung, dia takut. Dia takut orangtuanya tahu. Dan sekarang rumor itu sudah nyampai ke telinga wali kelas dan guru BK nya.
Hari ini, habis istirahat pertama Seulgi di panggil ke ruang BK. Waktu Seulgi jalan ke ruang BK yang berada di lantai satu di sebelah lab kimia, murid-murid yang berlalu lalang pada ngeliatin dia. Tadinya, Siti nawarin buat di temenin tapi Seulgi tolak, Siti termasuk teman Seulgi yang paling pengertian.
Seulgi ngetuk pintu itu sebelum memasuki ruangan itu. Sedikit gugup ia memasuki ruangan tersebut.
Seulgi duduk di hadapan guru BK itu, di sampingnya ada wali kelasnya. Jujur tangannya udah dingin.
"Seul, kamu tau kan kenapa kamu di panggil?" Guru BK di hadapan Seulgi angkat bicara, Seulgi menganggukkan kepalanya, berusaha terlihat berani. Ia harus menyangkal rumor ini, walaupun terlambat. "Ibu mau tanya, apa benar rumor itu?"
Seulgi menghembuskan nafasnya, "Tidak, tentu saja tidak. Saya bahkan gak mengerti kenapa orang-orang membicarakan saya seperti itu tapi tidak ada buktinya."
"Tapi ibu dapat salah satu laporan. Kamu punya akun palsu di instagram bukan?"
"Ya saya punya,"
"Dengan menggunakan akun palsu itu, kamu berusaha mendekati salah satu siswi kelas 12 bukan?" Seulgi berusaha memasang wajah bodohnya menyembunyikan ketakutannya. Siapa yang melaporkan ini ya Tuhan?
"Kelas 12 mana ya Bu? Yang punya akun palsu bukan saya saja, mungkin satu sekolah ini punya akun palsu, dan bisa jadi itu bukan saya." Bela Seulgi,
Seulgi gak tau gunanya wali kelas dia ini apa di sampingnya, cuma nontonin dia aja, gak ada niatan bantu gitu. Astaga.
"Kalau begitu boleh saya cek ponsel kamu?"
Guru BK itu mengulurkan tangannya, meminta hape Seulgi.Mati Seulgi.
Seulgi gak bisa beralasan dia gak bawa handphonenya soalnya ia taruh hapenya di saku kemejanya dan udah pasti kelihatan. Dan dengan terpaksa ia ngasih. "Tolong buka," Seulgi membuka kunci ponselnya menggunakan sidik jari, mana dia pake sidik jari tengah lagi, mantep Seulgi.
"Tiwaytrexx, ini nama akun yang sama yang dilaporkan ke saya. Saya juga punya bukti foto itu dari orang yang laporin, bukti kamu ngechat dia." Seulgi menundukkan pandangannya, dia sudah gak bisa ngibulin gurunya lagi. Lagian ngapain sih dia pakai bawa hape segala. "Seul, kamu masih gak mau jujur? Ini akun kamu loh,"
Seulgi ingin nangis aja, siapa yang ngelakuin ini ke dia sih. Padahal Seulgi gak melampaui batas kok. Kenapa Seulgi jadi dapat imbas yang berat gini?
"Ya, Bu. Tapi kenapa hanya sebatas bukti chat itu ibu bisa menyimpulkan bahwa saya seperti yang dirumorkan?" Jawab Seulgi dengan suara bergetar. Tenggorokannya sakit sekali hanya untuk menjawab itu.Setelah perbincangan lama, akhirnya Seulgi di suruh balik lagi ke kelas, namun wali kelasnya menghentikannya, "Seul, bisa panggil orangtua kamu besok?" Wali kelasnya ngasih sepucuk surat, bukan, bukan surat cinta. Surat panggilan.
"Iya Bu."
Seulgi emang gak diapa-apain, guru BK itupun cuma nasihatin Seulgi, dan gurunya percaya dengan penjelasan Seulgi. Padahal di chat itu gak ada indikasi Seulgi terlihat seperti menyukai Irene.
Tapi kenapa sampai harus panggil orangtuanya? Kenapa dibuat ribet gitu.
----
"Serius Min, lu apain itu anak?"
ceritanya makin gaje, huhuhu😂
Jgn lupa gaes, vomment nya
thank u💞
oh y, btw aku buat cerita baru, baca ya ehehehe, vomment-nya jg.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria✓
Short Story//Euphoria ( /juːˈfɔːriə/) is the experience (or affect) of pleasure or excitement and intense feelings of well-being and happiness// Seulgi pikir ia menemukan 'euphoria'nya, ya benar rasanya seperti menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan yang memulai s...