Who You? (1/2)

883 107 9
                                    

Seoul, 7 Desember 2018

Seorang pria dengan jaket kulit tebal berwarna cokelat yang melekat pada tubuhnya tengah berjalan di daerah perbukitan. Dengan sebuah payung merah di tangan kanan dan tote bag kecil di tangan kirinya, ia terus berjalan mengikuti jalan setapak yang tampaknya tidak akan berakhir. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan sekitar. Sesekali juga ia bersiul dan bersenandung guna mengurangi keheningan.

     Langkahnya berhenti ketika ia berada tepat di bawah pohon pinus yang daunnya telah mengering dan jatuh berguguran. Penuh hati-hati ia meletakkan tote bag dari genggamannya ke samping sebuah batu, dan mulai mengeluarkan isinya. Sebuah lilin dan satu buket kecil bunga Forget Me Not.

     Dengan perlahan ia menyusun lilin dan bunga itu di hadapan sebuah batu yang terukir nama sang kekasih. Mantan kekasih mungkin?

     Ia berjongkok di samping makam. Kemudian mengusap batu nisan menggunakan tangannya yang bergetar karena dinginnya suhu di sana. Menyingkirkan debu yang menempel dan menutupi potret kekasihnya.

     Setelahnya ia menyalakan lilin, namun lilin itu tidak kunjung menyala sebab angin yang berhembus lumayan kencang.

     “Kenapa hari ini anginnya begitu kencang?” gumamnya.

     Dengan telaten ia meletakkan payung merah yang ada di tangannya untuk menepis air hujan yang turun agar tidak membasahi lilin yang telah menyala itu. Membiarkan tubuhnya basah karena air hujan yang menembus celah-celah pohon.

     “Selamat pagi Hwang, ini aku Jeon Jungkook, kekasihmu. Kamu tidak lupa aku kan?” sapa pria bernama Jeon Jungkook itu dengan senyum manisnya.

***

Seoul, 1 Januari 2016

Gadis dengan rambut kecokelatan itu terus mendesah gusar. Ia duduk dengan gelisah di kursi halte. Kakinya tidak berhenti ia hentak-hentakan pada tanah. Sekarang sudah pukul 7.30 KST, namun bus yang akan ia tumpangi tak kunjung menampakkan wujudnya.

     Beberapa orang yang berada di sampingnya hanya memperhatikan ia dengan kesal. Kesal karena gadis dengan setelan kantor itu tidak berhenti mengeluarkan ocehan-ocehan tidak jelas dari bibirnya.

     Bukan tanpa alasan ia gelisah seperti ini. Hari ini adalah hari pertama ia bekerja di perusahaan impiannya. Sangat tidak sopan jika ia terlambat di hari pertama, apa kata karyawan lain nantinya?

     Masalahnya bus yang akan dinaiki olehnya sudah terlambat tiga puluh menit dan belum ada tanda-tanda akan tiba. Jika begini terus ia akan benar-benar terlambat.

     “Hei, yang pakai baju putih!” teriak seseorang dari atas motor.

     Semua orang di halte yang mengenakan baju putih menoleh ke arahnya. Termasuk gadis yang sedang gelisah itu. Ia juga mengenakan baju putih dan ia hanya menatap pria di atas motor tersebut dengan heran.

     “Kau yang berambut cokelat, mengenakan atasan putih, rok hitam, tas warna putih, dan sepatunya putih,” kata pria itu lagi sambil menunjuk ke arah sang gadis.

     Gadis itu melihat ke kanan dan ke kiri. Ia tidak menemukan seseorang yang disebutkan oleh pria itu. Kemudian ia baru sadar bahwa ciri-ciri yang disebutkan pria itu benar-benar sesuai dengan dirinya.

     “Aku?” Dengan bingung gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

     “Iya kau!” Pria tersebut melambaikan tangannya, menyuruh si gadis untuk mendekat kepadanya.

      Dengan penuh waspada gadis itu menghampiri pria aneh di atas motor. Gadis itu berhenti dengan kira-kira jarak satu meter dari pria aneh tersebut. Takut-takut jika pria ini berniat jahat, jadi ia masih bisa menghindar.

A Brevis Narratio de SinkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang