TUJUH ✔

577 36 2
                                    

ENJOY
><

Lagi-lagi Alya di buat marah oleh teman plus tetangganya ini, siapa lagi kalau bukan Didi. Karena Alya yang sedang menikmati makannya terganggu dengan kehadiran Didi.

Didi hanya biasa saja, dia ikut bergabung dengan teman-teman Alya dan ikut makan di meja kantin tersebut.

"Ck, ck, ck. Udah deket sama Naufal sekarang sama Didi?! Dasar cewek so' cantik!"

Merasa namanya disebut, Didi mengalihkan pandangannya pada gadis dengan pakaian ketat dan juga beberapa teman di belakangnya.

Didi tersenyum lalu menyapanya, "Eh Nia, apa kabar?"

Gadis yang bernama Nia itu mendelik lalu beralih menatap Alya yang sedang asik dengan es campur di depannya.

Nia berteriak, "Heh! Cewek ganjen, gue lagi ngomong sama lo!"

Tidak ada sahutan, bahkan Lia, Awa dan Fathin masih asik dengan semangkuk baso masing-masing.

Nia, "Kurang ajar!"

"Aw! Aw! Aw! Sakit..."

Alya mendelik, tiba-tiba rambutnya di tarik sekuat tenaga, membuat es campurnya tumpah mengenai seragam sekolah.

Alya mendelik tak suka, "Ada apa sih, Kak? Main tarik-tarik aja, 'kan bisa di bicarain secara baik-baik!"

Nia, "Lo tuh kurang ajar banget ya! Udah gue panggil beberapa kali, gak nyaut-nyaut!"

Alya menaikkan alisnya, "Kapan Kakak panggil saya? Saya punya nama kali, nih nama saya!" seru Alya sambil menuduhkan nametag-nya.

Nia dan teman-temannya sudah sangat kesal. Seketika Alya merasakan dingin di sekujur tubuhnya.

"Es gue! Eh, Alya!!!"

"Alya!!!"

Alya basah kuyup, satu gelas penuh es di tumpahkan ke tubuhnya. Ini semua ulah Nia dan teman-temannya.

Nia, "Ha! Rasain jadi orang jangan sombong! Ayo pergi!"

Alya yang masih terkejut langsung di sadari oleh teman-temannya dan Didi.

Lia, "Al, udah ayo kita ke UKS, minta baju ganti,"

Awa, "Ayo Al."

Alya kembali tersadar, lalu ia melihat sekelilingnya. Nia dan teman-temannya belum jauh dari kantin.

Seketika, Alya menyambar dua gelas es di meja sebelahnya, entah milik siapa, Alya langsung berlari dan mengejar Nia.

"Hoy! Cewek gatel!"

Nia dan teman-temannya menoleh lalu seketika badannya basah seperrti Alya. Mereka sama halnya dengan Alya, Alya menyiramnya dengan es yang baru saja ia sambar dari orang.

"Mandi sana lo! Bikin orang gatel-gatel! Dasar ulet bulu!"

Cerca Alya lalu melemparkan gelas tersebut pada Nia dan teman-temannya yang masih diam membeku. Untung saja gelasnya terbuat dari plastik jadi tidak ada pecahan kaca.

Semua pasang mata menatap pertengkaran Alya dan Nia. Semuanya diam tidak ada yang berani melerai, apalagi Nia yang termasuk cewek nakal di sekolah ini.

"Cewek brengsek!"

□□□

Lia, Awa, Fathin dan Didi menatap Alya yang kini sedang duduk di atas kasur UKS dan memakai handuk di pundaknya.

Lia, "Al..."

Alya menatap Lia, "Gapapa Ya, gue baik-baik aja."

Semuanya tahu, Alya tidak baik-baik saja, karena melihat senyuman Alya yang tidak biasanya.

Baru saja Didi akan membuka suaranya. Suara keras bantingan pintu mengejutkan semuanya.

"ALYA!!!"

Alya yang masih terkejut dengan bantingan pintu kini dibuat terkejut lagi dengan pelukan yang ia dapatkan secara tiba-tiba.

"Al... kamu gapapa, 'kan?"

Diam, tidak ada jawaban. Alya terdiam di pelukan orang tersebut.

Tiba-tiba isak tangis terdengar, semuanya menatap Alya.

"Kak..."

"Udah jangan nangis, gue di sini."

"Hiks... hiks... takut..."

Orang tersebut tersenyum lalu mengeratkan pelukan di tubuh Alya, sama halnya dengan Alya ia membalas pelukan tersebut.

Setelah 5 menit, akhirnya Alya mereda dan ia melepaskan pelukan tersebut. Alya mengusap wajahnya yang basah oleh air mata lalu kembali menatap orang yang baru saja memeluknya.

Alya terdiam, lalu ia menjerit terkejut, "KAK NAUFAL?! HAH?! KOK KAK NAUFAL?!"

Lia, Awa dan Fathin saling pandang, "Dia gak sadar."

Naufal tersenyum, "Hai!"

Alya menutup wajahnya dengan handuk yang membungkus dirinya, ia malu setengah mati. Kenapa saat ia menangis dengan wajah jelek dan ingus yang banyak dilihat oleh Naufal?

Alya, "Ngapain Kakak di sini?"

Naufal menjawab, "Oh gue di sini, karena tadi denger kalau Nia berantem sama kamu. Jadi gue langsung lari deh ke sini."

Alya masih tidak percaya, Alya mengura yang memeluknya adalah Didi atau paling tidak Kak Sora, saudaranya.

Naufal, "Tapi kayaknya yang kena bukan kamu doang ya? Nia sama teman-temannya juga kena, itu ulah siapa?"

Awa mendekati Naufal dan Alya, "Ulah Alya, Kak. Dia biasanya emang gitu, kadang berani kadang enggak. Mungkin tadi lagi kesel, jadinya Nia deh yang kena."

Naufal tersenyum, ia bersyukur Alya tidak menjadi tersudut oleh Nia.

Naufal, "Maafin Nia ya, dia emang begitu."

Lia dan Fathin menautkan kedua alisnya, apa maksudnya dengan 'memang begitu'?

Naufal, "Dia mantan gue, kalau ada cewek yang deket sama gue. Pasti langsung kena bully dia, dan mungkin dia tahu kalau gue lagi deket sama Alya. Jadi dia bully Alya,"

Lia mendekati Naufal, "Kakak pacaran sama cewek ulet bulu itu?!"

Naufal terkekeh, "Mantan. Dulu dia gak gitu kok,"

Fathin menimpali, "Gak gitu gimana? Udah jelas-jelas Kak Nia itu so' cantik gitu!"

Lagi-lagi Naufal tertawa pelan, adik kelasnya ini memang aneh-aneh dan unik.

"Dia salah pergaulan, jadi begitu." jelas Naufal lagi, membuat keempatnya mengangguk mengerti.

Naufal, "Yaudah, karena Alya udah baikan, gue balik ke kelas dulu. Oh iya, Alya, cepat ganti bajunya, nanti keburu masuk angin."

Alya mengangguk dan tersenyum, "Makasih, Kak."

Naufal meninggalkan ruang UKS lalu pergi ke kelasnya.

"Dapet lampu hijau, nih!"

Alya menatap ketiga temannya yang asik menggoda dirinya, ia senang, sangat senang.

TBC

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang