DUA PULUH ✔

329 23 1
                                    

"Kak Naufal ngapain di sini?"

Lelaki yang bernama Naufal itu melihat ke sana kemari setelah gadis di hadapannya bertanya tentang kenapa dirinya bisa di sini.

Naufal sendiri tidak tahu, kenapa dirinya sendirian bisa datang dan menghampiri gadis di hadapannya saat ini.

"Gue juga gak tau, tiba-tiba," jawabnya dengan cengiran khasnya.

Gadis yang bernama Alya itu, terdiam, mencerna ucapan Naufal yang sangat-sangat Alya tidak mengerti.

Alya tersenyum jahil, "Kakak kangen saya, ya?"

Naufal yang diberi pertanyaan seperti itu langsung mengalihkan pandangannya menatap Alya tidak percaya, lalu ia kembali menatap hal lain dan menutupi mulutnya.

"Enggak."

Alya berdeham kecil, sebenarnya jantungnya sudah tidak kuat melihat ketampanan Naufal, kehadiran Naufal, dan juga sikap malu-malu Naufal yang baru pertama kali Alya lihat.

Naufal, "Mau... ke ka-kantin?"

Alya yang sedang berpikir memikirkan betapa lucunya Naufal langsung terdiam mendengar ajakan Naufal.

Alya berseru kencang, "MANA MUNGKIN SAYA TOLAK! Sebentar saya ambil uang saya di dalam."

Alya langsung melesat ke dalam kelasnya, tanpa melihat Naufal yang akan berbicara padanya, "Padahal mau gue traktir."

Alya sudah kembali di hadapan Naufal, lalu ia mengajak Naufal dengan semangat.

Mereka berjalan dengan diam, tidak ada yang mau membuka seuaranya sedikitpun, bahkan berdekatan pun tidak mau.

Mereka seperti remaja yang di mabuk asmara tetapi malu-malu untuk berterus terang.

Pikiran Alya mulai berkecamuk, apakah Naufal menyukainya? Atau Naufal hanya ingin berteman dengannya? Atau Naufal yang hanya mengajak makan bersama saja? Apa tidak ada maksud lain dari ajakannya ini?

Alya menatap Naufal dari sampingnya, terlihat sangat tampan walau hanya dari samping. Alya terpesona, ia lalu menggelengkan kepala untuk melanjutkan pikirannya yang tadi, apa Naufal ada maksud lain kepadanya? Jahat atau baik?

"Kak--"

"Lo mau pesen apa?"

Panggilan Alya terpotong saat Alya menyadari bahwa mereka berdua sudah berada di depan gerobak makanan yang selalu menjadi langganan Alya.

"Mas Joko! Pie kabare? Sehat?" sapa Alya untuk menghilangkan kecanggungan yang terjadi antara Alya dan Naufal.

"Non, saya orang Padang bukan orang Jawa," jawab Mas Joko yang bingung dengan sapaan Alya. Alya menahan malunya, ia baru ingat kalau Mas Joko adalah orang Padang.

"Saya yang orang Jawa, Dek." ujar seorang pedagang makanan yang berada di samping gerobak Mas Joko, dia Mas Yono.

"Oala! Mas Yono to, yang orang Jawa, saya kira Mas Joko!" seru Alya yang kembali menahan malu, kini dirinya di tatap oleh Naufal yang sedang menahan tawanya.

Naufal, "Udah Al, kalau lo lupa jangan dipaksain kali,"

Alya menatap Naufal, ia menunduk malu karena ulahnya sendiri. Seharusnya ia tidak terlihat sok akrab dengan Mas Joko dan Mas Yono.

Setelah memesan makanan, Naufal dan Alya menununggu di meja kantin yang tidak jauh dari sana. Sedikit orang-orang menatap Alya dan Naufal secara bergantian.

"Kak, di muka saya ada yang aneh?" tanya Alya tiba-tiba membuat Naufal menatap Alya dengan teliti. Alya yang diperhatikan dengan teliti merasa malu lalu menunduk.

"Gue gak ngerasa, tuh, kenapa emang?" tanya Naufal.

"Mereka liatin saya begitu, jadi saya kira ada yang sama tampilan sendiri."

Naufal lagi-lagi menatap Alya, "Jangan dipikirin apa yang orang liat sama apa yang orang bicarain, kita jalani hidup bukan tergantung mereka."

Alya terdiam, ada benarnya juga nih Kakak Kelas, "Berasa lagi siraman rohani." Naufal tertawa, Alya ini ada-ada saja dengan pembicaraannya.

Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan datang juga dan mereka langusng melahapnya sesekali berbicara mengenai hal-hal randomly lainnya.

15 menit sudah terlewat, Alya dan Naufal memutuskan untuk kembali ke kelasnya karena tinggal 5 menit lagi untuk masuk jam pelajaran lagi.

Naufal berinisiatif mengantar Alya samai depan pintu kelasnya dan mengucapkan kata perpisahan yang membuat Alya tertawa.

Saat Alya memasuki kelasnya, seseorang memanggilnya dengan begitu tegasnya membuat ia terperanjat dan membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggil.

"Sama siapa?"

Alya menautkan kedua alisnya, kenapa laki-laki dihadapannya ini sangat ingin tahu? Alya mengidikkan bahunya, "Cuma Kakak Kelas, kenapa?"

"Siapa lagi yang kamu deketin? Gak capek apa?"

Alya, "Lho? Ini hidup-hidupku kenapa kamu yang atur?"

Laki-laki itu terdiam, merasa aneh dengan perkataan yang keluar dari mulut Alya, "Aku-Kamu?"

Alya tersadar lalu menatapnya tajam, "Terserah, terus tujuan lo apa?"

Laki-laki menghela nafasnya lebih baik tidak usah pikiran hal yang tadi ia harus menuntaskan tujuannya pada Alya, "Bunda sakit, pengen ketemu lo. Jadi pulang sekolah, lo sama gue ikut ke rumah sakit,"

Wajah Alya berubah, ia panik, "Serius Bunda Gita sakit, Di? Sejak kapan?"

Laki-laki bernama Didi itu berdecak pelan, "Tadi pagi sebelum gue berangkat sekolah, makanya gue tadi terlambat,"

"Okay, pulang sekolah, gue ikut lo!"

Alya langsung berlari ke dalam kelasnya lalu mengeluarkan buku-buku pelajaran yang hendak di pelajari setelahnya. Didi hanya terdiam melihat Alya yang sangat tidak masuk akal ini.
Didi masih ingat, katanya agar cepat pulang, dia harus rajin belajar di sekolah.

Aneh.

TBC

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang