TUJUH BELAS ✔

384 25 0
                                    

enjoy
><

Alya menatap ketiga temannya dengan tatapan memohon.

Kenapa? Karena hari ini ada kerja kelompok tetapi Alya lupa membawa dompetnya yang ternyata berisi uang untuk membeli bahan-bahan untuk kerja kelompok tersebut.

"Asli deh, gue bakal ambil dulu dompet di markas, nanti langsung cabut ke rumah Lia," ujar Alya yang menjelaskan kronologi yang akan ia laksanakan.

"CE.PE.TAN! GAK PAKE LAMA!!!" seru ketiganya lalu meninggalkan Alya yang berdiam diri di lorong kelasnya.

Alya menghela nafasnya gusar, kenapa dia bisa melupakan dompetnya? Walaupun tidak ada isinya ia selalu membawanya kemana-mana. Ini kenapa di saat penting, dompetnya malah tertinggal?!

Alya langsung berlari ke parkiran, mencari sosok yang ia cari untuk menjadi bahan suruhannya.

Setelah sekian lama mencari, sosok tersebut memunculkan batang hidungnya dan Alya langsung berlari ke arahnya, tidak perduli dengan gadis di sampingnya.

Alya, "Di, urgent! Asli ini mah, lo harus bawa gue ke markas!"

Didi yang sedang bersiap memakai helmnya langsung menghentikan aktifitasnya, Alya sudah naik di belakang jok motor lalu menyambar helm yang berada di tangan gadis yang berdiri mematung menatap Alya dan Didi bergantian.

"Maaf Lun, mungkin lain kali." ujar Didi pasrah, lalu meninggalkan gadis yang bernama Luna itu sendirian di tempat parkir sekolah.

"Mbak, minjem Didi sebentar, gak akan saya rebut kok cowok brengsek ini!" seru Alya saat motor Didi sudah mulai menjauh dari parkiran.

Didi hanya bisa pasrah, lalu ia mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jika urgent itu harus cepat-cepat.

Saat lampu merah, Didi mulai penasaran dengan kata "urgent" dari mulut Alya.

"Emang apa sih yang Urgent?" tanya Didi mendekatkan kepalanya kepada Alya agar terdengar suara Alya yang berada di tengah bisingnya jalanan.

Alya, "Dompet gue ketinggalan di markas,"

Didi spontan membalikkan badannya lalu menggeplak helm yang di pakai Alya dengan keras, "Emang ya lo itu bego cap ikan hiu! Cuma gitu doang lo bilang 'urgent'? Gue ninggalin Luna cuma buat dompet?!"

Alya mulai menjelaskan, "Gue hari ini ada bayaran, semua uangnya ada di dompet itu, jadi gue harus bertanggung jawab."

Didi tidak menanggapi, karena lampu hijau sudah menyala dan satu hal lagi karena Didi sudah malas dengan alasan Alya yang tidak masuk akal. Sangat menyebalkan.

Setelah sampai di depan markas, Didi tidak turun dari motornya, ia langsung merogoh saku seragam sekolahnya lalu mengeluarkan benda pipih kesayangannya.

Alya, "Gak masuk, Di?"

Didi menoleh lalu menggeleng, "Gue bukan anggota geng, gak seharusnya gue masuk ke sana,"

Alya mengalihkan pandangannya lalu ia menunjuk dirinya sendiri, "Gue juga bukan anggota lagi geng ini, tapi gue bisa masuk. Lagian Kak Sora gak larang hal itu. Kan dia juga udah bebasin lo sama gue,"

Didi pasrah, daripada ia berdebat dengan Alya, ia memilih berjalan mengikuti Alya di belakangnya.

"Iya gue masuk, repot banget sih."

Alya tersenyum lalu memasuki tempat tersebut dengan langkah lebarnya dan tak menhilangkan senyuman yang terus terpatri di wajahnya.

Setelah sampai pada ruang utama, Alya langsung menelusuri tempat tersebut lalu berhenti pada segerombolan lelaki yang sedang duduk dan fokus pada permainan di meja bulat.

"Woy! Gue dateng kagak ada yang sadar gitu?!"

Semua perhatian orang teralihkam dengan suara teriakan gadis yang baru saja masuk. Mereka menatap pintu masuk ruang utama dengan bersamaan. Lalu mereka tersenyum.

"YO! Ngapain ke sini, Al?"

Semuanya langsung menyapa dan memberikan tos setelah Alya mendekatkan diri ke segerombolan lelaki di sana.

"Ngambil sesuatu. Kok cuma seginian? Tumbenan, pada kemana?" tanya Alya menatap satu persatu lelaki di depannya, hanya ada 8 orang.

"Mereka masih sekolah," jawab salah satu dari mereka yang mereka sebut dengan Coco.

"Terus kalian kagak sekolah?" tanya Alya lagi.

"Sekolah kita semua beda-beda, Alya!!!" geram salah satu yang paling tampan di sana, mereka memanggilnya James, jamet manis.

"Oh..."

Lalu Alya meninggalkan mereka dan mulai mencari benda yang sedang ia cari-cari. Setelah sedikit membuat keributan dengan ulah Alya yang tidak lazim, mereka semua menatap Alya dengan kesal.

James, "Jangan di berantakin!"

Lucas, "Nanti Mbak Sora marah!"

Coco, "Gue aduin sama Bang Rey nih!"

Alya menatap ketiganya dengan tatapan tajam, "Dompet gue mana? Seinget gue, tadi pagi ketinggalan di sini!" ucap Alya menunjuk tempat kecil di pojokan ruang tersebut.

Mereka saling lirik lalu beralih pada seseorang yang baru saja datang dari pintu lainnya dan memegang helm di tangannya.

Yang di tatap meresa keheranan, "Kenapa?"

Coco, "Tian yang beresin daerah situ,"

Tian, "Saya?"

Lalu Tian menatap Alya yang juga sama-sama menatapnya. Alya menghampiri Tian lalu mengadahkan tangannya, "Mana?"

Tian bingung, apa maksudnya? 

"Kak Alya, ini lho, aku sedari tadi manggil gak ada yang denger apa?" ucap seseorang yang tiba-tiba menghampiri Alya lalu menyerahkan benda yang lumayan tebal.

TBC

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang