DELAPAN BELAS ✔

350 28 4
                                    

enjoy
><

"Kak Alya, ini lho, aku sedari tadi manggil gak ada yang denger apa?" ucap seseorang yang tiba-tiba mengahmpiri Alya lalu menyerahkan benda yang lumayan tebal.

□□□

"Gibran?"

Gibran tersenyum, "Ya? Ini aku simpen waktu beres-beres,"

Alya menerima dompet tersebut dan memeriksa, masih utuh. Lalu ia menatap Tian, "Ape lu?!"

Tian, "Kok saya lagi?!"

Yang lainnya tertawa, Alya dan Tian memang selalu tidak akur jika bertemu. Entah karena apa, mereka selalu ribut hal-hal sepele. Alya yang terlalu panas, Tian yang terlalu sensitif.

Lalu Alya beralih menatap Gibran ia tersenyum, "Makasih ya."

Ia berjalan pada segerombolan lelaki di sana dan memberikan tos, tanda ia berpamitan dengan mereka. Lalu Alya kembali ke hadapan Tian dan Gibran.

Alya tak menggubris Tian, sama halnya dengan Tian yang tidak mau menatap Alya. Lalu ia beralih pada Gibran dan mengulurkan tangannya untuk memberikan kepala tangan.

Tetapi Gibran menerimanya dengan jabatan tangan, Alya tidak memaksa ia mengikuti gerakan Gibran. Dan Gibran langsung menyambutnya dengan senang lalu menyalami tangan Alya.

Alya terkejut, lalu ia tersenyum. Saat hendak di lepaskan, Alya merasakan cengkraman Gibran mengeras lalu terlepas begitu saja. Alya tidak sempat melihat wajah Gibran, ia langsung berjalan menghampiri Didi yang berada di ambang pintu sedari tadi.

"Aneh." gumam Alya.

"Udah?" tanya Didi yang sudah mendapati Alya di hadapannya.

Alya masih memasang wajah heran lalu ia melupakan hal itu. Ia membalikkan badannya dan, "Gue balik dulu ya!"

Coco berseru, "Jangan lupa malam nanti ada rapat!"

Alya, "Kalau kagak penting, gue gak janji bakal datang."

James menimpali, "Penting gak penting, lo harus dateng, Alya!"

"KALAU MASIH SEMPET KE SINI, BYE ALL!!!"

Alya berjalan bersama Didi keluar dari markas tersebut.

Kini Didi sudah duduk di atas jok motornya dan sedang memakai helmnya. Lalu ia menatap Alya yang terdiam menatap kosong pada helm yang baru saja Didi berikan.

"Gibran siapa?"

Alya memalingkan wajahnya pada Didi, ia menggeleng, "Cuma anak baru di geng, kenapa?"

Didi mengangguk lalu kembali bertanya, "Udah berapa lama?"

Alya berfikir, "Mungkin sekitar 5 bulan yang lalu,"

Didi, "Kalian sering interaksi?"

Alya, "Terkadang,"

Didi, "Dia selalu liatin lo? Dan sering senyum?"

Alya menatal Didi heran, "Pernah, beberapa kali kepergok, kenapa emangnya? Dia jahat?"

Didi mengidikkan bahunya, "Mungkin dia lagi falling in love,"

Alya terheran, "Sama siapa?"

Didi menunjuk Alya lalu mulai menyalakan mesin motornya, "Ayo balik! Gue antar."

Alya membatu, ia tidak bisa mencerna ucapan demi ucapan yang Didi lontarkan.

Apa maksud Didi? Gibran menyukainya? Tidak mungkin. Alya seniornya, tidak mungkin juniornya menyukai wanita yang lebih tua darinya.

"Jangan gegabah. Dia junior lo!"

□□□

Ketiga gadis cantik yang kini berada di teras kelasnya menatap seorang teman yang kini sedang berinteraksi dengan salah satu Kakak kelas mereka. Kakak kelas yang bisa mereka bilang cukup dekat dengan Alya dan sebaliknya.

Lia, "Gue heran deh, sebenernya yang Alya suka tuh siapa sih?"

"Gue juga sama. Selama ini, gue pacaran sama Reza dan deket sama Kak Doni. Tetep Reza yang ada di hati gue. Gak habis fikir sama Alya," timpal Awa yang mulai menggelengkan kepalanya.

"Bahkan yang gue jadi korban goshting aja tetep cuma punya satu hati," sahut Fathin lalu meminum es teh yang ia pegang.

Lia, Awa dan Fathin terus saja menatap temannya yang kini sedang tertawa lepas bersama dengan lelaki yang sangat akrab dengannya.

"Dia Kak Naufal?" tanya Awa yang kesulitan melihat wajah lelaki tersebut.

"Bukan deh, kayaknya Kak Didi," timpal Lia yang juga kesusahan melihat lelaki tersebut.

"Enggak, kayaknya Kak Reyhan deh," tebak Fathin yang berusaha melihat lelaki tersebut yang terhalang dahan-dahan pohon.

Lalu mereka saling melirik, lalu menghela nafasnya pasrah. Mereka memikirkan satu hal yang sama, "Gebetan Alya banyak banget!"

Lia, "Yang pernah gue denger dari mulut Alya itu ada Kak Naufal, Kak Rey, Kak Geri, Kak Rendi, Kak Irza, Kak Didi, Kak Feri, Kak Alvin, Kak Bara, Kak Beben, Kak Gilang, Kak Varent, Kak Egi, Kak Haris, Kak Yogi, Kak Wisnu, Kak Leo, Kak Darren, Kak Chris, Kak Navan dan Kakak-Kakak lainnya!"

Awa dan Farhin melongo, apakah benar sebanyak itu? Apa semuanya dijajah langsung oleh Alya yang baru saja sekolah di sini beberala bulan lalu?!

Awa tampak berfikir, "Kalau di inget-inget lagi, kayaknya semua pilihan Alya Kakak kelas semua ya?"

Fathin dan Lia mengangguk, benar juga. Mereka tidak pernah melihat Alya dekat dengan teman seangkatannya. Kalau adik kelas, mereka kan di sekolah baru kelas sepuluh.

"Kalau dia suka sama cowok yang se-angakatan, jadinya cerita ini bukan 'Kakak Kelas' tapi 'Teman Seangkatan', haha," seru Lia yang mulai tertawa.

Awa dan Fathin ikut tertawa, benar juga ya. Jika Alya menyukai lelaki senagkatan dengannya judul cerita ini bukan lagi 'Kakak Kelas' tapi 'Teman Se-angkatan'.

"Atau enggak kalau dia suka sama adiknya kelas, jadinya 'Adik Kelas', hahaha!" timpal Lia sembari kesusahan karena tidak tahan ingin tertawa.

Mereka tertawa lagi, "Kalau gitu, bisa dong judulnya ganti jadi 'Teman Sekelas', hahaha!!!" sahut Fathin yang tidak mau kalah untuk mengeluarkan lelucon.

Mereka tertawa, tidak memperdulikan sekitar yang menatap mereka dengan pandangan aneh. Mereka sedang asyik saat ini jangan ada yang menganggu mereka.

"Ekhem!"

Ketiga berhenti tertawa lalu membalikkan badannya. Mereka terperenjat lalu saling pandang. Mereka lagi-lagi menahan tawanya saat melihat wajah gadis yang menjadi bahan ejekan mereka, yang kini berada di hadapannya.

"Alya lo kocak!"

"Ya, gue sakit perut gegara ketawain elo!"

"Al-Al, emang ya lo ada-ada aja!"

Alya yang baru saja datang tidak mengerti dengan pembicaraan mereka.

Alya, "Tadinya gue mau cerita tentang junior gue waktu di markas kemarin-kemarin."

Ketiganya kembali saling pandang lalu lagi-lagi mereka menahan tawanya dan langsung saja mereka menutup mulutnya masing-masing agar tawanya tidak meledak.

"ADIK KELAS! HAHAHAHAHAHAHAHA"

TBC♤

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang