TIGA BELAS ✔

418 25 4
                                    

Enjoy
><

Alya memasuki kelasnya dengan senyuman yang terpatri di wajahnya, ia terlihat senang saat ini. Terlebih lagi, karena kejadian pagi tadi yang membuatnya senang bukan kepalang.

Ya, Alya tadi sempat bertemu dan bertegur sapa dengan sang pujaan hati, Naufal. Naufal hari ini sangat tampan dari biasanya, tapi sepertinya memang setiap hari seperti itu. Alya hanya melebih-lebihkan.

Alya duduk di kursinya, ia lalu membuka botol minum yang ia bawa dari rumah. Ia meminumnya hingga setengahnya lalu kembali menaruhnya di dalam tasnya.

Lalu ia melihat sekelilingnya, tidak, melihat ke sampingnya. Ia begitu terkejut dengan wajah Lia yang sudah seperti kepiting rebus. Ada apa neh?

Alya, "Kenapa?"

Lia tidak menjawab langsung, tapi Lia membalikkan badannya dan menghadapkan tubuhnya pada Alya. Lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam dan,

"Gue di tembak sama Kak Alvin."

Lia langsung menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan yang mungil itu, ia sudah semakin memanas dan memerah wajahnya.

Alya masih mencerna, memang Alya ini kadang suka kelewat bodoh. Lalu ia menahan jeritannya, "Lo di tembak Kak Alvin? Tapi kok lo di sini? Kagak mati?"

Lia yang sedang di mabuk cinta itu, langsung menatap Alya dengan malas. Rasa bahagianya seketika sirna, ia menatap Alya dengan tatapan tidak percaya.

"BEGO!" seru Lia sambil menoyor kepala Alya dengan begitu kerasnya. Alya hanya bisa meringis.

Lia, "Bukan itu maksud gue!"

Alya, "Hehehe, iya gue ngerti, kok. Terus sekarang gimana, 'bertali' dong lo sama Kak Alvin?"

Lia mengerutkan dahinya, "Bertali?"

Alya mendecak kesal, "Maksud gue itu PACARAN! Berhubungan, kalau berhubungan berarti bertali!"

Lia memandang Alya dengan jengah, ia sudah kesal. Alya ini selalu membuat kata-katanya sendiri yang membuat orang lain tak akan mengerti.

Lia, "Lo bener-bener bego ya?!"

Alya lalu mengidikkan kedua bahunya lalu menatap yang lainnya, tidak selera untuk berbicara lagi dengan Lia. Sama halnya dengan Lia juga, ia sudah mulai sibuk dengan kegiatannya sendiri.

□□□

Alya mendesah kelelahan, ia menatap semua siswa/i yang sekarang sedang berkumpul di lapangan sekolah dengan sedikit berdesak-desakan. Semuanya tidak rapi, tidak teratur bahkan ada yang duduk juga.

Mereka semua di kumpulkan di lapangan dengan dadakan, katanya ada pemberitahuan dari kepala sekolah. Jadi semua harus berkumpul di lapangan, biar terdengar.

Alya tidak bersama teman-temannya. Ia tadi sedang ke kantor untuk mengumpulkan buku tugas dan setelah itu mendapatkan pemberitahuan untuk segera berkumpul di lapangan. Membuat dirinya tidak bisa bertemu sejenak dengan teman-temannya.

Alya hanya bisa berdiri diantara lelaki-lelaki dengan badan yang besar-besar dan tinggi-tinggi melihat itu, Alya merasa seperti kurcaci.

"Nasib punya tubuh pendek." batinnya yang melihat sekelilingnya.

Tanpa sadar Alya merasakan bahwa lelaki di depannya ini sedang melangkah mundur tanpa melihat ke arah Alya terlebih dahulu. Membuat lelaki itu menginjak kaki Alya. Dan lelaki itu tak menyadarinya kalau ia menginjak kaki Alya dengan tetap.

Alya yang berusaha untuk menarik injakan lelaki tidak tahu diri itu pun tetao berusaha menariknya, sampai akhirnya terlepas juga. Tapi tubuh Alya limbung.

"Eh?"

"Awas, hati-hati!"

Alya terdiam, tubuhnya di tahan oleh lelaki lain yang sudah berada di belakangnya dengan tangan yang memegang kedua bahu Alya.

Alya melirik lelaki tersebut, "Ganteng." gumam Alya tanpa sadar.

"Ehm?"

"Eh-eh? Eh makasih Ka-- eh? Kok elo?!" seru Alya yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Lelaki itu menghela nafasnya, sudah di tolongin, eh, ini malah menatapnya dengan tatapan kesal. Lelaki itu hanya bisa menatap Alya.

Alya, "Ngapain lo di sini? Ih terus juga kenapa sih lo pegang-pegang? Hih..."

Lelaki itu mendengus, "Segitu aja udah gue tolongin. Tidak tahu terima kasih."

Alya melotot, "Dasar cowok rese, nih 'Makasih' buat lo, Makasih-Makasih-Makasih. Puas?"

Lelaki itu langsung meninggalkan Alya dengan diam, tidak membalas berniat ucapan Alya barusan. Alya mencak-mencak, ia kesal, sangat kesal pada lelaki itu.

"Siapa sih itu, bikin kesel aja!" kesal Alya lalu kembali menatap ke depan, tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang barusan melihat kejadian tadi.

Tiba-tiba seseorang membisikkan sesuatu, "Dia anggota OSIS kelas 12, namanya Kak Aaron."

Alya melirik lelaki yang baru saja membisikan pernyataan tentang lekaki rese menurut Alya.

Alya, "Emang kelas 12 masih menjabat jadi OSIS?"

Lelaki yang Alya sebut dengan 'Beben' itu kembaki bersuara, "Kata orang-orang, Kak Aaron anak yang bertanggung jawab. Makanya, semua acara sekolah lancar itu, ada campur tangan Kak Aaron."

Alya mengangguk paham, "Tapi Ben, kalau gitu Kak Aaron punya adik dong?"

Beben menautkan kedua alisnya, itu sama sekali tidak termasuk pembahasan kali ini, bukan?

Alya, "Nama adiknya Aarin!"

Alya tertawa, Beben yang awalnya sedang berpikir kemudian ia juga ikut tertawa. Tertawa lumayan lucu joke Alya. Beben berhenti tertawa, lalu ia menatap Alya yang juga sudah berhenti tertawa.

Beben, "Adiknya juga sekolah di sini, kok. Gue tau siapa, dia--"

Alya langsung terseret-seret oleh segerombolan lelaki yang membuat dirinya tidak bisa mendengar ucapan terakhir Beben. Beben juga sudah di tarik oleh teman-temannya untuk menjauh dari gerombolan tersebut.

Alya berusaha memisahkan dirinya, ia terus saja memundurkan tubuhnya dan keluar dari desak-desakan yang berbau badan itu.

Akhirnya ia berhasil juga, dia keluar dari segerombolan siswa/i yang berdesak-desakan. Ia berdiri tidak jauh dari tempat kejadian. Ia menghela nafasnya. Lalu menatap ke sampingnya setelah melihat sepasang sepatu yang berdiam di sebelahnya.

"Lo?!"

"Haish! Lo lagi?!"

□TBC□

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang