SEMBILAN BELAS ✔

347 24 1
                                    

"Dek,"

"Iya Bang, kenapa malem-malem ke kamar gue?"

"Eum... lo gak ada titipan dari 'dia', lagi?"

"'Dia'? Siapa?"

"Ah, lupain aja. Gue balik ke kamar."

Lelaki itu terdiam melihat saudara kandungnya tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi. Membuat lelaki tersebut keheranan. Siapa yang tidak akan heran dengan hal seperti memangnya?

Lelaki itu kembali mengingat-ngingat hal apa yang bersangkutpaut dengan saudara kandungnya ucapkan. Lalu ia teringat sesuatu.

"Oh? Jangan-jangan Abang?!"

□□□

"Woy! Ngapain lo di sini?!"

Alya menghampiri lelaki yang kini terdiam di depan rumahnya. Lelaki itu sudah rapi dengan pakaiannya.

"Abang mau date, tapi chat gue belom di bales nih," ucap Ozan.

Alya tersenyum lalu menepuk pundak Ozan dengan pelan, "Kalau gitu date sama gue aja, gimana?"

Ozan mendelik, "Yang ada gue bangkrut!"

Alya tertawa, bukan date yang akan dia lakukan, tapi memaling atau menguras isi dompet Ozan.

Alya meniliti wajah Ozan yang sedang memasang wajah senangnya, seperti Ozan sangat menyukai pasangannya ini.

"Kapan-kapan kenalin kali dia ke gue," seru Alya menghampiri Ozan lalu membenarkan baju yang di kenakan Ozan.

Ozan, "Boleh aja, asal jangan lo ambil isi dompetnya!"

Alya mendelik lalu kembali melihat penampilan Ozan yang sudah bisa di bilang tampan. Memang dari sananya Ozan sudah tampan, di permak dikit saja, ketampanannya akan bertambah-tambah.

Alya, "Udah, sana pergi!"

Ozan, "Kan chatnya belom dibales,"

Alya, "Ck, udah dibales,"

Baru saja Alya menutup mulutnya, suara notifikasi berbunyi membuat Ozan terkejut. Lalu ia menatap Alya dengan seksama.

"Lo cenayang?"

Alya mengidikkan bahunya, "Gue les kelas penyihir."

Ozan tersenyum lebar lalu mengacak-acak rambut Alya dengan gemas, "Kayaknya lain kali deh gue kenalin dia ke elo, bye!"

Alya termenung melihat Ozan yang baru saja keluar dari kamarnya dan tidak lupa menyemprotkan beberapa kali minyak wangi pada tubuhnya. Alya hanya bisa mendengus kesal, minyak wangi terbarunya kandas.

●●●

Kini Alya berlari kecil menyusuri kamar-kamar rawat inap di rumah sakit di dekat rumahnya. Ia berlari kecil sambil melihat-lihat nomor kamar di setiap pintunya.

"303... 303... 303..."

Racaunya yang terus meneliti satu persatu, lalu matanya terpaku pada pintu kamar yang kini sedikit terbuka.

"Hah... ketemu!"

Alya langsung menambah kecepatan berlarinya lalu ia segera membuka pintu tersebut.

Tanpa dia duga, seorang perawat baru saja hendak keluar dari pintu tersebut, keduanya terkejut bukan main.

Setelah meminta maaf, Alya kembali tersadar lalu segera masuk kedalam ruangan tersebut. Ia melihat teman-temannya sudah berdiri menatap ke arah brankar yang memberikan fungsi pada satu orang.

"AWAAA!!! Brengsek! Bikin khawatir aja!"

Alya langsung memeluk Awa yang kini sudah berada di atas brankar, Awa hanya bisa menampilkan senyum terpaksanya karena telah membuat khawatir sahabatnya.

Alya menatap kedua temannya yang kini duduk di sofa kamar inap rumah sakit. Lalu menatap Alya dan Awa secara bergantian.

"Kronologi?" tanya Alya yang menatap Lia dan Fathin dengan penuh tanda tanya.

"Dia kena copet, waktu naik motor sama gue," jawab Fathin sambil menundukkan kepalanya rasa bersalah.

Lia menatap Alya yang kini sedang menahan emosinya, "Tenang Al," ucap Lia menenangkan Alya.

Alya, "Gue udah bilang berapa kali sama kalian, jangan lewat gang itu, di sana banyak preman!"

Fathin semakin menunduk. Pasalnya memang salah Fathin. Mereka bertiga akan bermain ke rumah Alya. Dan ke rumah Alya bisa memakai dua jalur. Yang pertama melewati jalan biasa, tetapi lumayan jauh karena sedikit memutar. Yang kedua, lebih dekat tetapi melewati gang yang rawan, banyak preman di gang tersebut.

Alya sudah memerintahkan temannya untuk tidak lewat sana jika tidak bersamanya. Tetapi Fathin keras kepala, dan terjadilah seperti ini.

"Terus kalian selamat gimana?" tanya Alya kembali.

Awa mengusap lembut tangan Alya, "Tenang Al, gue gak kenapa-kenapa, lagian tadi kita di bantu sama Kak Rey dan teman-temannya, kok, makanya tas gue bisa balik lagi."

Alya mengucap syukur, nanti ia akan berterima kasih pada Kak Rey dan yang lainnya.

Alya, "Sekarang lo istirahat, pasti masih kaget, orang tua lo udah di kasih tau?"

Awa, "Udah Al, tapi mereka lagi di luar kota, jadi mereka gak bisa ke sini,"

Alya mengangguk, "Jangan banyak pikiran, kita di sini sama lo."

Awa tersenyum. Dia sangat berterima kasih sekali telah di berikan teman yang sangat menyanyanginya seperti keluarga sendiri, walaupun selalu kena bully oleh teman-temannya.

TBC

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang