SEBELAS ✔

439 30 0
                                    

ENJOY
><

"ASTAGA!!! Alya lo ngapain di sini?!"

Alya yang sedang memejamkan matanya, langsung membukanya secara perlahan. Dan menatap lelaki yang baru saja berteriak pada dirinya.

Alya mendesis, "Badan gue rasanya mau remuk, jadi gue tiduran dulu di sini."

Lelaki itu memandang Alya tidak percaya, lalu ia mendekati Alya yang berbaring di depan pintu kamar mandi.

"Lo emang abis ngapain?" tanyanya lagi.

Lagi-lagi Alya mendesis pada lelaki di sampingnya. Alya, "Bang, gue abis jatoh, gak bisa bangun!"

Lelaki yang di panggil 'Bang' adalah Ozan, Kakak Alya. Kini Ozan menatap Alya lalu ia tertawa pelan, "Terus lo diem di sini udah berapa lama?"

Alya memandang ke arah lain, ia sedang mengingat-ngingat, "Mungkin 10 menit, gitu."

Ozan memekik, "Lama amat! Emang gimana sih ke jadiannya? Cerita."

Alya meringis, ia mempoutkan bibirnya lalu menjawab, "Ini tuh gegara Didi. Dia tadi main ke sini, terus sebelum pulang dia ke kamar mandi dulu. Dan waktu keluar dia bawa baju basah, airnya netes ke lantai, sebelumnya gue gak tau. Terus gue deketin Didi dan berusaha nendang dia, eh tapi Didi keburu lari sedangkan gue jatoh di sini, kejungkal. Didi gak tau kalau gue jatoh, karena jatoh gue gak bersuara."

Ozan menahan tawanya, terlihat jelas ia sedang menutup mulutnya yang hendak mengeluarkan suara nyaring tawaan.

Ozan akhirnya dengan masih menahan tawa, berusaha membangunkan Alya dengan susah payah. Alya cukup berat, pikirnya.

Ozan, "Lo makan apa sih? Berat banget!"

Alya mendelik, "Apa yang lo makan, gue juga makan kali!"

Ozan, "Tapi gue gak seberat lo,"

Alya, "Karena lo itu gaib, jadi ringan."

Ozan tertawa, adiknya ini ada-ada saja. Tidak mau kalah.

Setelah membawa Alya ke kamarnya dengan susah payah, Ozan membawakan juga minyak pijat untuk Alya.

"Mau gue yang pijatin? Atau pijat sendiri?" tanya Ozan yang memberikan satu botol minyak pijat.

"Pijatin aja deh, gak nyampe."

Akhirnya, Ozan pun memijat pinggang Alya yang kesakitan. Membuat Alya menjerit-jerit. Sampai mengundang seseorang dengan panik masuk ke rumah Alya dan Ozan.

"Alya!!! Kamu kenapa, dek?"

Alya yang sedang memejamkan matanya langsung melirik ke arah pintu. Dan sama halnya dengan Ozan, dia langsung menghentikan kegiatannya yang sedang memijat.

"Astaga! Dek, kenapa?"

"Bunda... tenang. Alya cuma kepeleset aja kok," ucap Alya menenangkan wanita 40 tahunan yang baru saja memasuki kamarnya.

"Bunda kaget aja, Dek, kamu teriak-teriak kesakitan, kira Bunda kenapa." jelas Bunda yang masih menampilkan wajah khawatirnya.

Ozan tersenyum, "Bunda, tenang aja. Alya lagi di pijat sama Ozan, terus Alya kesakitan deh."

Bunda menganggukkan kepalanya tanda ia sudah mengerti dengan situasi saat ini. Lalu ia bertanya kembali, "Terus kenapa bisa jatuh?"

Alya mencebikkan bibirnya kesal, "Gegara Didi!"

Bunda menghela nafasnya gusar, "Kenapa sama anak Bunda? Didi ngapain kamu?!"

Alya cengengesan, "Salah aku juga sih Bun, aku mau nendang Didi, eh Didinya keburu kabur, gak kena dan jatoh deh jadinya."

Bunda adalah orang tua Didi. Nama Bunda adalah Bunda Gita, Bunda sudah seperti orang tua bagi Alya dan Ozan. Apalagi Alya, karena Alya sering mampir atau main ke rumah Didi.

Bunda Gita berdiri lalu membuka jendela kamar Alya ia mengeluarkan kepalanya dan melihat sekeliling. Setelah apa yang Bunda Gita cari ketemu, Bunda Gita lantas berteriak kencang.

"DIDI! SINI KAMU! BUNDA MARAH SAMA KAMU!!!"

Alya dan Ozan hanya bisa tersenyum miris dengan kelakuan Bunda dan anaknya. Terkadang Alya dan Ozan selalu di buat bingung dengan kelakuan mereka, kelakuan yang di luar dugaan.

Tidak lama suara gaduh terdengar dan muncullah Didi yang sedang memakai baju yang kotor karena tanah dan tangan yang masih terlumuri oleh tanah basah.

Didi terengah-engah tapi masih berusaha mengeluarkan pertanyaannya, "Kenapa, Bun?"

Bunda Gita mendekati Didi lalu ia menjewer telinga Didi hingga memerah, "Alya jatuh di depan kamar mandi karena ulah kamu! Udah Bunda sering bilang, kalau sehabis nyuci tuh di peret dulu biar gak netes kemana-mana."

Didi yang masih ngos-ngosan, ditambah dengan jeweran di telinganya dan kemarahan Bundanya membuat ia tidak bisa mencerna semuanya sekaligus.

Diam sejenak lalu ia melihat Alya yang berbaring diatas kasurnya, "Alya lo kenapa?"

Alya, Ozan dan Bunda Gita tidak bisa berkata-kata lagi dengan kebodohan Didi.

"Anak siapa ini? Bodoh kali!"

TBC

*note*
Pic-nya pas banget gak sih buat Didi yang bodohnya minta ampun itu?! Menurut aku sih iya, haha.

Terima kasih ya,
Yang udah mau baca cerita aku. Aku bakal revisi ceritanya secara bertahap, kalau aku gak terlalu sibuk aku bakal UP, sebisa dan secepat mungkin. Biar cepet tamat juga. Semoga kuat ya...

Jadi, Bye...

Kakak Kelas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang