1. Why don't you say "Hello"?

11 2 0
                                    

"Kok gak bangun? Sakit banget ya karena jatuh?" Ucap Felix sambil membalas tatapan takut yang dilayangkan Lya padanya.

"Mau dibantu?" Felix mengulurkan tangannya. Tapi Lya bangkit dengan kekuatannya sendiri. Lya enggan menggunakan tangan orang yang dibencinya. Orang yang menghancurkan ending hari baiknya.

Lya hanya diam, ia tak bisa berbicara. Kekuatannya banyak terkuras untuk melawan ketakutannya kini. Ia lalu mendirikan lagi sepedanya.

"Lama gak ketemu ya, Al-ya-na"

Jantung Lya berdegup sangat kencang ketika namanya disebutkan. Jujur Lya berharap bahwa Felix melupakannya. Tapi ternyata Felix masih mengingat namanya.

"Padahal kamu ngeliat aku loh, kok gak kamu sapa aku? Bilang hai atau helo gitu... Kamu udah lupa sama aku? Wah sombongnya...."

Lya hanya menunduk. Dia sangat ketakutan. Dia sedang berfikir bagaimana caranya kabur dari situasi ini, kabur dari iblis bencana seperti Felix.

"Tapi kayaknya ngga kan. Soalnya kamu masih ketakutan kayak gini pas ngeliat aku"

Felix maju selangkah menuju Lya. Tangannya bergerak maju hingga telunjuknya menyentuh dahi Lya. Lya terkejut lalu menatapnya kembali.

"Iya kan?"

Lya tak lagi dapat menahan beban tubuhnya. Ia sudah tak mempunyai kekuatan lagi. Pandangannya memutih lalu ia pun pingsan.

....

Lya terbangun dengan terkejut sama seperti kemarin, dia kembali mendapat mimpi buruk tentang kenangannya di SMP.

Lalu ia mendapati dirinya berada disebuah ruangan yang cukup besar di ranjang yang besar pula.
Saat melihat kejendela yang terang, ia menduga bahwa ini di pagi hari. Lya pun bergegas bangun dan melihat keluar jendela besar itu. Dibukanya tirai besar itu untuk melihat langit. Dugaannya pun benar, saat ini adalah pagi hari.

Lya juga terkejut melihat baju yang dikenakannya sekarang. Itu bukan baju miliknya. Dan lagi dimana seragamnya? Dimana tas nya? Juga sepedanya? Lalu ini rumah siapa? Apa yang terjadi kemarin? Kepala Lya penuh dengan pertanyaan. Memusingkan.

Sampai ia mengingat kejadian pertemuannya kembali dengan Felix.

Mungkinkah, ini rumah Felix?

Pintu terbuka lalu seorang wanita yang berpakaian seperti pelayan muncul dari balik pintu.

"Anda sudah bangun, Nona?" Ucapnya sembari tersenyum pada Lya. Lya hanya menatapnya bingung.

Pelayan itu lalu membawa Lya ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dan mengambil baju untuknya, tentu saja sebuah baju asing lagi yang bukan miliknya.

"Tu-tunggu, ini bukan baju milikku"

"Tuan muda menyuruh saya memakaikan ini pada anda Nona"
Pelayan itupun kembali memakaikan baju-baju yang terlihat mahal itu pada Lya.

Tidak selesai sampai situ, pelayan itu pun merias wajah Lya. Menata Rambutnya juga mengenakannya sepatu indah.

Lya sampai berfikir, apa sekarang dirinya berada di sebuah istana dan sedang didandani layaknya seorang putri? Ah tidak, Lya hanya terlalu sering menonton serial kartun Disney saat kecil.

"Nah sekarang Nona, mari ikuti saya" ucap salah seorang pelayan lain yang tanpa pikir panjang langsung Lya turuti.

Sambil berjalan, Lya melihat berbagai macam hiasan serta lukisan didinding maupun diseluruh ruangan. Tentu Lya sudah menyadari kini ia sedang berada di sebuah rumah mewah.

Dari jendela pun ia bisa melihat pemandangan luar rumah yang sangat luas.

Sebenarnya seberapa besar rumah ini?

Our YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang